Page 63 - Majalah Berita Indonesia Edisi 98
P. 63


                                    BERITAINDONESIA, Edisi 98 63BERITA HUMANIORAsekarang masih berkirim surat lewat pos untuk melakukan pemasaran? Atau spesialis di bidang layout surat kabar/koran yang sekarang makin jarang karena koran pun sekarang sudah tidak diminati. Atau jurnalis foto. Buat apa mempekerjakan jurnalis foto kalau sekarang semua orang sudah punya kamera?Ini artinya, menjadi spesialis itu ternyata rawan terhadap perubahan jaman atau bahasa canggihnya, “disruptive change”. Sekarang keahlian kita masih dihargai, tapi siapa yang tahu 5, 10, 15 tahun ke depan? Mau tidak mau, kalau mau bertahan, seorang spesialis harus terus mengikuti perkembangan jaman. Tatkala lingkungan hidupnya berubah, spesialis itu terancam punah (contoh Koala di paragraf sebelumnya).Selain itu, semakin banyak pemilik bisnis, pemimpin organisasi, dan karyawan HR memiliki pemahaman yang disebut “generalist bias” yakni sebuah keyakinan bahwa memiliki anggota tim yang bisa beradaptasi dan bisa memainkan berbagai peranan, lebih dibutuhkan, daripada individu dengan keahlian tertentu (spesialis). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Long Wang dari City University of Hong Kong dan J. Keith Murnighan dari Northwestern University menyimpulkan bahwa perusahan-perusahaan yang mempekerjakan para spesialis pun memiliki “generalist bias”. “Generalist bias” pun sudah lazim ditemukan di HR rekrutmen di mana HR lebih suka menawarkan wawancara atau memperkerjakan generalis daripada spesialis bila keduanya dievaluasi secara bersamaan. Kalaupun ada spesialis, lebih sering ditaruh sebagai kandidat semata, hanya untuk memenuhi SOP rekrutmen perusahaan.Lalu bagaimana dengan “alam berpikir” Pihak Generalis-Spesialis Seimbang (Jalan Tengah)? Cara berpikirnya terbilang sederhana. Dalam kolomnya di Forbes, George Bradt menulis, “Teams beat individuals every time”, dan tim terbaik itu terdiri dari generalis dan spesialis. Kemudian, seseorang itu diyakini bisa menjadi seorang generalis dan spesialis tergantung dari kondisi yang dihadapi. Kita bisa memiliki pemahaman yang mendalam tentang sesuatu (spesialis) namun bisa juga fl eksibel (generalis). Atau dalam bahasa Inggris: Be a Specialist in your topic and Be a Generalist in your skills.Misalkan seseorang bekerja sebagai recrutment specialist namun bila dia ingin mendapatkan posisi di bagian manajemen, dia harus bisa menjadi generalis yang memiliki keahlian dalam berkomunikasi dengan orang, bisa mengelola orang dan atau budget, bisa membuat prakiraan bisnis, dan sebagainya.Sedangkan mereka yang bekerja sebagai generalis bisa mengembangkan skill-nya pada topik tertentu sehingga memiliki nilai tambah dimana skill-nya itu bisa disandingkan dengan spesialis. Dalam pemikiran yang lebih luas lagi, menjadi spesialis tidak harus berkaitan dengan dunia kerja. Seseorang bisa menjadi generalis di kantor tapi spesialis bidang tertentu di luar kantor.Jadi, mana yang lebih baik? Generalis atau Spesialis? Jawabannya, ada di tangan Anda.  cid
                                
   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67