Page 29 - Majalah Tokoh Indonesia Edisi 26
P. 29
THE EXCELLENT BIOGRAPHY 26 TokohINDONESIA Q 29D E P T H N E W S QA kte Pendirian Yayasan Damandiri ini ditandatangani HM Soeharto, Prof.DR.Haryono Suyono, Sudwikatmono dan Sudono Salim. Didirikan untuk mengawinkan upaya pemerin- tah menyejahterakan masyarakatnya dengankesediaan pengusaha membantu si kecil. Kala itu, parapengusaha sepakat bahwa mereka yang mempunyaikeuntungan di atas Rp 100 juta per tahun agar relamemberi sumbangan bagi usaha-usaha pengentasankemiskinan untuk keluarga-keluarga kurang mampu di luardesa tertinggal melalui yayasan ini.Apa latarbelakang pendirian yayasan ini? Apa danbagaimana kegiatannya sampai hari ini? Siapa-siapa tokohyang berperan di dalamnya? Itulah berbagai pertanyaanyang antara lain muncul di tengah masyarakat banyak.Didorong Keinginan LuhurPembangunan nasional yang berkesinambungan, darisatu Pelita ke Pelita berikutnya telah berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tingkat kemiskinan yangpada tahun 1970-an masih berada pada angka 60 – 70persen, turun menjadi 12-13 persen pada tahun 1993-1994, bahkan mencapai sekitar 11 persen tahun 1996.Namun sejak tahun 1990-an itu penurunan angkakemiskinan makin melambat bahkan cenderung mandeg.Sehingga, kala itu (1993-1994), pemerintah mengambillangkah konkrit dengan Program Inpres Desa Tertinggalyang terkenal sebagai Program IDT. Suatu pendekatanpemberdayaan langsung kepada sasaran, yaitu keluargaatau penduduk miskin.Namun, Haryono Suyono, yang kala itu menjabat MenteriNegara Kependudukan merangkap Kepala BKKBN, merasakurang pas dengan konsep Inpres Desa Tertinggal yangdijabarkan Bappenas, hanya mencakup 22.000 desa yangperlu didanai oleh pemerintah. Padahal saat itu ada 65 ribudesa di Indonesia.Apalagi peta kependudukan dan kemiskinan yang dimilikiBKKBN jauh lebih sempurna daripada yang disusun BiroPusat Statistik yang menjadi acuan Bappenas. MakaHaryono berupaya menanyakan kepada Pak Harto: “Apakah43 ribu desa lagi harus menunggu giliran?” Pak Harto balikbertanya: “Maksud kamu bagaimana?” Haryonomenjelaskan, program yang dirancang Bappenas itu tidakakan bisa membantu keluarga miskin di 43.000 desalainnya.Haryono mengatakan program 22 desa itu tidak bisadigunakan di dalam proses pemberdayaan rakyat. Haryonomengusulkan alternatif kreatif dengan sekaligus harusmengajari rakyat menabung dan berusaha kecil-kecilan.“Jadi 43 ribu desa lainnya tidak perlu menunggu giliran,bisa segera mulai.” Argumen itu bisa diterima olehPresiden.Kebetulan saat itu konglomerat sudah mulai bicara-bicaramasalah kemiskinan. Mereka juga prihatin atas makinmelambatnya penurunan tingkat kemiskinan tersebut.Lantas Pak Harto berbicara dengan sejumlah konglomerat.Mereka pun merasa terketukhatinya untuk ikut bersamapemerintah memikirkan jalankeluar yang terbaik.Dalam kesempatan yangsama, oleh BKKBN mulaidiadakan pula programprogram pemberdayaankeluarga dalam rangkapengembangan keluargakecil yang bahagia dansejahtera. Lalu parapengusaha yang pedulimengusulkan kepadaPresiden untuk ikut sertamenangani keluarga danpenduduk di desa yang tidaktertinggal.Para konglomerat itumaunya donasi yangdikumpulkan dari merekadikelola oleh sebuahyayasan. Pak Hartomemerintahkan Haryonomenyiapkan konsepnyasekaligus lebih meyakinkanpara konglomerat itu. Parapengusaha itu pun setujupengentasan kemiskinan danHARYONO PIDATO 10 TAHUN DAMANDIRI Q mti/doanYAYASAN DAMANDIRI, SUPERSEMAR, GOTONG-ROYONG DAN GN-OTA BANTU KORBAN BENCANAQ mti/da