Page 28 - Majalah Berita Indonesia Edisi 04
P. 28


                                    28 BERITAINDONESIA, Oktober 2005BERITA NUSANTARASejumlah petani lokal yangbergabung dalam Serikat TaniNusa Tenggara Barat (SertaNTB), awalnya, hanya berniat mengadakan pertemuan rapat umum internasional. Rapat yang berlangsung dilahan milik PT Angkasa Pura, di DesaTanak Awu, Kecamatan Pujut, LombokTengah, 30 kilometer dari Mataram,rencananya turut diikuti oleh perwakilandari 26 negara, berlangsung pada Minggu (18/9), pukul 10.30 waktu setempat.Para petani itu sebelumnya adalahpemilik lahan, yang telah menjualnyamelalui proses pembebasan sebab katanya di situ akan dibangun bandar udarainternasional Lombok Baru.Agenda rapat secara tegas menyebutkan petani akan menyatakan sikappenolakan pembangunan bandara dilahan tersebut. Para petani juga dijanjikan akan mendapatkan kembali hakmiliknya. Sebagai biaya pertemuan, parapetani yang dikenal sebagai kelompokanti pembangunan bandara dimintauntuk menyerahkan beras dan iuran Rp10.000 per orang.PT Angkasa Pura sesungguhnya tidakmengizinkan lahannya digunakan sebagai tempat pertemuan, untuk menghindari kemungkinan konflik horizontalantara massa petani yang kontra, denganyang pro pembangunan bandara. Indikasi konflik semakin menguat sejakSabtu (17/9), tatkala terjadi pengerahanmassa pro pembangunan bandara kelokasi pertemuan.Pada hari Sabtu malam itu pulaMabes Polri mencabut izin pertemuanyang sebelumnya sudah dikeluarkan.Setelah itu Kepolisian Resor (Polres)Lombok Tengah, pada Minggu paginya,bermodalkan surat pencabutan izinmengimbau agar pertemuan dibatalkan.Polres memberikan waktu 30 menitkepada peserta pertemuan yang sudahberkumpul untuk meninggalkan lokasi.Namun peserta rapat menolak untukbubar. Mereka mengorasikan penolakanpembangunan bandara, dan tetap bertahan di bawah tetaring (tempat berteduh yang dibuat dari daun kelapa)kendati aparat polisi semakin merapat.Sekretaris Serta-NTB, MamingAgung, tak mengindahkan permintaanKapolres Lombok Tengah AKBP Drs DPManingka, agar massa membubarkandiri. Padahal Kapolres sudah menyiagakan 600 personil bersenjata lengkap, tigaunit mobil pemadam kebakaran, danmendapat dukungan penuh dari BrimobPolda NTB.Berawal Adu SuaraMenurut Bali Post (19/9) adu suarapun terjadi. Setelah negosiasi menemuijalan buntu beberapa tokoh masyarakatnaik ke panggung meminta massa untuktidak meninggalkan lokasi. Ketika adusuara masih berlangsung aparat terpaksamenghitung dan pada hitungan ketigamereka menyerbu maju.Namun tiba-tiba saja tanpa diketahuiasal-usulnya meluncurlah hujan tanahliat, batu, dan jungkat (tombak), semuadiarahkan ke aparat kepolisian. Suaratembakan mulai pula terdengar. Massaterus didesak mundur dan akhirnyaberhasil.Namun saat polisi sudah mulai menguasai keadaan perlawanan balasanjustru datang. Bentrokan tak dapat lagidihindari. Melihat anak buahnya terlukaKapolres memerintahkan melemparkangas air mata. Namun massa semakinberingas dan hujan batu kembali gencarbeterbangan. Korban di kedua pihakberjatuhan termasuk Kapolsek Pujut,Iptu L. Abdul Hamid, yang terpaksadilarikan ke rumah sakit karena terlukadi bagian kepalanya terkena lemparanbatu dan memerlukan 10 jahitan.Kekacauan berlangsung sekitar duajam, menyebabkan empat anggota PolresLombok Tengah luka parah terkenatusukan keris, tombak, serta lemparanbatu, dan puluhan lainnya luka ringan.Massa yang membakar ilalang jugamelempari aparat dengan bom molotov.Di pihak warga terdapat 34 orangyang luka-luka terkena tembakan pelurukaret, sebelas diantaranya luka parahdan dilarikan ke RSU Praya. Massa akhirnya membubarkan diri dan polisi melakukan pengamanan. Beberapa wargaditahan untuk dimintai keterangan.Sejumlah warga yang berkumpul didepan Kantor Kepala Desa Tanak Awu,menyesalkan kejadian itu. Mereka memprotes aparat yang membubarkan acaradengan kekerasan.Kapolri Jenderal Pol. Sutanto menyesalkan kejadian tersebut. “Kami telahmembentuk tim untuk memeriksa kronologi dan latarbelakang peristiwa ini,”ujarnya dalam rapat kerja dengan DPDdi Jakarta (26/9). ■ SP/HTLombok Tengah BergolakRapat Umum PetaniBerujung BentrokEra demokrasi, toleransi dan perdamaian yangsedang disemai tetap saja masih memilukan.Konflik horizontal di antara sesama warga kerapterjadi. Kali ini menimpa petani Lombok Tengah,yang bentrok dengan aparat kepolisian. Puluhankorban luka berjatuhan.
                                
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32