Page 25 - Majalah Berita Indonesia Edisi 04
P. 25


                                    BERITAINDONESIA, Oktober 2005 25Pemerintah melalui Ketua Bappenas menyatakankemungkinan sasaran pertumbuhan ekonomi 6%tahun ini tidak akan tercapai.Ini berarti sampai akhir tahun, tingkat pengangguran akanmencapai lebih dari 10%, sementara stabilitas ekonomi makrocenderung melemah seperti terindikasi melemahnya nilaitukar rupiah, tingginya tingkat inflasi, dan tingginya sukubunga.Selama satu tahun terakhir, Tim Ekonomi pemerintahanSBY tidak dapat memanfaatkan secara optimal peluang yangdemikian terbuka bagi perbaikan ekonomi, dan kurangmampu merespons secara memadai kejutan eksternalkhususnya melonjaknya harga minyak dunia, yang berjalanseiring dengan melemahnya stabilitas ekonomi makro.Sekalipun perekonomian akan tumbuh sekitar 5-5,5%namun keadaannya rentan terhadap perubahan internaldan terutama eksternal. Perkembangan kondisi eksternalakan semakin tidak menguntungkan karena masih tingginya harga minyak dan kencenderungan peningkatan sukubunga di AS.Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi pada TriwulanI/2005, 6,4%, yang didukung oleh perkembangan investasi,menurun pada Triwulan II/2005 menjadi 5,3%. Pertumbuhaninvestasi yang dibanggakan tersebut, yang menurut laporanBKPM mencapai 5,9 miliar dolar AS, ternyata lebih merupakan pencatatan daripada realitas sebenarnya. Perkembanganinvestasi tersebut tidak tercermin di dalam Neraca Pembayaran yang tercatat di BI.Melemahnya stabilitas ekonomi makro, belum adanyaperbaikan fasilitas investasi, dan tidak berjalan baiknyarencana pemerintah terutama program pembangunaninfrastruktur, membuat para investor kembali menahanrealisasi minatnya untuk berinvestasi yang sebelumnyademikian tinggi.Koordinasi antara kebijaksanaan moneter dan fiskal yangpada saat tidak ada kejutan eksternal tampak berjalan baik,menjadi saling tunggu dan terkadang saling menyalahkanbegitu permasalahan meningkat, terutama berkaitan dengantingginya harga minyak yang berakibat pada peningkatanbesar subsidi BBM, meningkatnya permintaan dolar olehPertamina, dan meningkatnya inflasi.BI menunggu pemerintah untuk memotong subsidi BBM,sementara pemerintah meminta BI menaikkan suku bungaterlebih dahulu, tetapi tidak terlalu tinggi, untuk menahan lajudepresiasi nilai rupiah.Selama harga minyak tinggi dan subsidi BBM besartampaknya permasalahan koordinasi fiskal dan moneter initetap menjadi masalah yang serius.BI telah menaikkan BI rate menjadi 10%, yang terkesantergesa-gesa setelah menunggu pemerintah tidak jugamelakukan pemotongan subsidi BBM. Kenaikan suku bungaini membantu dalam membuat nilai rupiah stabil, sekalipunsementara sifatnya. BI kemudian akan menunggu kembalipemerintah menjalankan kebijaksanaan pemotongan subsidiBBM, baru kemungkinan besar BI menaikkan suku bunga lagiuntuk mengendalikan kemungkinan naiknya inflasi karenakenaikan harga BBM. Kembali saling tunggu akan terjadi lagi.Sementara di pihak pemerintah pesan yang disampaikanmasih simpang siur, apakah kenaikan harga BBM sampai 80%Oktober ini sebagaimana yang disampaikan oleh WapresKalla, ataukah tidak setinggi itu dan kemungkinan lebihlambat lagi pelaksanaannya, sebagaimana yang diindikasikanoleh Presiden dan Mensekneg.Lepas dari ada atau tidak adanya permasalahan diantaraPresiden dan Wapres, atau dengan Tim Ekonominya, adalahmenjadi pegangan standar bahwa pemerintah haruslahmempunyai suara yang sama dan memberikan arahan yangbenar dalam kebijaksanaan yang akan diambil kepadamasyarakat, dan khususnya pelaku ekonomi.Prediktibilitas kebijaksanaan ekonomi pemerintah sangatpenting agar pelaku ekonomi tidak salah dalam menentukanarah, atau menebak-nebak yang menambah ketidakpastian.Jika sinyalnya simpang siur dalam arah kebijaksanaan, makakredibilitas pemerintah menjadi rendah.Rencana pemerintah mengucurkan secara langsung danakompensasi pemutusan subsidi Rp 100.000/rumah tangga/bulan untuk mengurangi beban masyarakat miskin akan sulitberjalan efektif.Kita tidak mempunyai pengalaman dengan program cashtransfer seperti itu, dan pengalaman berbagai negara yangpernah melakukannya ternyata tidak memberikan dampakmenggembirakan.Kita tahu, bantuan pendidikan dan kesehatan kepadamasyarakat miskin bisa lebih efektif mengenai kelompoksasaran. Proyek-proyek padat karya dan dana bergulirmemang sulit, tetapi paling tidak kita sudah punyapengalaman.Mengapa bukan program yang berorientasi penciptaanlapangan kerja yang diutamakan daripada mencoba programaliran dana langsung yang masih coba-coba.Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi sekitar 5%masih mungkin tercapai, dengan kondisi stabilitas ekonomitidak rentan terhadap gejolak ekstemal. Tampaknyamengharapkan kondisi ekstemal yang lebih baik kemungkinantidak akan terpenuhi. Harga minyak akan tetap tinggi dansuku bunga di AS akan meningkat. Ini berarti kondisi ekstemaltidaklah menguntungkan.Indonesia masih mempunyai kesempatan untuk meningkatkan investasi dan memperbaiki perekonomianmemanfaatkan potensi yang ada, jika kebijaksanaan adalahrasional dan terkoordinasi dengan baik. Namun jika ini tidakterjadi maka kepercayaan dan harapan yang semula demikiantinggi akan segera hilang dan perekonomian Indonesiamenjadi lemah kembali.Penulis, Ketua Dewan Direktur CIDES Penulis, Penulis,  (Center for Information and Development Studies).Ekonomi Tumbuh Tetapi RentanBERITA OPINI Oleh: Umar Juoro
                                
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29