Page 37 - Majalah Berita Indonesia Edisi 04
P. 37
BERITAINDONESIA, Oktober 2005 37(LENTERA)AKYATmeningkatkan kesejahteraan rakyat.Selaku Ketua Penguasa Daerah, M. Noer,dalam sebuah forum resmi di tahun 1970,dengan lantang mengatakan bahwatujuan kemerdekaan: membuat wongcilik biso minggo kemuyu (orang kecilbisa sejahtera).M. Noer, dari 1939 sampai 1980,menjadi abdi rakyat. Ia telah berkelilingdunia, kecuali Rusia dan Afrika Selatan,membandingkan negara-negara laindengan Indonesia. Negara ini kaya danbesar. Di tanahnya, lautnya, semuanyaada. Tetapi, kenapa rakyatnya miskin?’“Inilah yang betul-betul tidak kitapahami,” kata M. Noer di dalam sebuahpidato menyambut rombongan Ma’hadAl-Zaytun pimpinan Syaykh AS PanjiGumilang, di Surabaya, Sabtu (17/9).Pada kesempatan itu, Syaykh PanjiGumilang mengangkat M. Noer sebagaianggota Dewan Kurator Universitas AlZaytun yang diresmikan bulan Agustus,2005. M. Noer juga menjadi anggotaDewan Kurator pelbagai perguruan tinggidi Surabaya, seperti Airlangga, ITS,Muhammadiyah, Bayangkara dan UBN.Padahal pendidikannya hanya setingkatSMA.Meskipun melihat kenyataan yangsangat bertolak belakang, M. Noer tetapberdoa bagi keselamatan para pemimpinbangsa, baik dari kalangan pemerintahmaupun masyarakat dan ulama agarmereka terus berbuat untuk mensejahterakan rakyat. Inilahcita-citanya, mulai dariKepala Desa di Sampangsampai menjadi Gubernur Jawa Timur dan Duta Besar RI di Prancis.Empat tahun bertugas disana, ia berupaya kerasmeningkatkan hubunganIndonesia dan Perancis guna meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.M. Noer bertekad untuk bisa mengamalkan ilmunya, bersyukur karenadikaruniai umur panjang dan kesehatan.Sebab umur panjang, tapi tidak sehattidak ada artinya. Yang penting umurpanjang, sehat dan berguna. Untuk apa?Ya, untuk keluarga, masyarakat, bangsadan negara.Ketika menjabat Gubernur JawaTimur (1967-1976), M. Noer selama 20hari berada di desa-desa, hanya 10 haridikantornya, untuk melihat keadaanrakyat. “Saya berorientasi ke desa karenasaya abdi rakyat,” kata M. Noer kepadaBerita Indonesia.Ia selalu dekat dengan rakyat karenaingin tahu apa yang mereka rasakan, danapa kekurangan, kebutuhan, keluhan dankeinginan mereka.Mungkin mereka masihada yang buta huruf, tapitidak buta hati. M. Noersadar bahwa sebagai gubernur atau kepala daerah yang meniti karirsebagai pamong praja,tetap menjadi abdirakyat. Ia tidak bisa hanya memerintahdari kantornya, tetapi selama 20 hariberada di desa-desa, berkeliling dari satuke lain kabupaten. “Saya perioritaskan desa-desa miskin,” kata M. Noer.Apa yang ia lihat, dilaksanakan dengan mekanisme yang benar melaluicara-cara administrasi dan birokrasi. Iamemberitahu para pejabat di lingkungannya mengenai hal-hal yang perlu dilaksanakan. Bilamana ada laporan, ia langsung melakukan cek dan ricek, apakahperintah atau petunjuknya, dilaksanakanatau tidak, oleh para pelaksana di bawah.M. Noer punya tim khusus yang akanmelakukan pengecekan. Karena itu, iamenekankan sikap jujur kepada parabawahannya, tidak mengecoh dan mengabaikan kepentingan rakyat.Tanpa PerbedaanKetika duduk di kursi gubernur, M.Noer melaksanakan tugas-tugasnyadengan jujur, sungguh-sungguh dandisiplin. Ia bahkan memperhatikan pagarrumah setiap warganya. Dengan demikian setiap orang tahu batas-batasnya.Kebijaksanaan membuat pagar rumah itudilaksanakan dengan konsekuen, yangtidak mampu dibantu. Jika orang Jakartadatang ke Jawa Timur, sesudah memasuki Ngawi menemukan rumah berpagar, berarti ia sudah masuk Jatim.Kata M. Noer, pembangunan mestimencegah perbedaan antara desa dankota. Masyarakat harus sama-sama diajakberpartispasi, baik di dalam membangundesa maupun kota. Jikaa ada SD sampaikelas empat tapi hanya punya ruanganM. NOER DAN SYAYKH AS PANJI GUMILANG.Tujuan kemerdekaan:Membuat wong cilik bisominggo kemuyu (orangkecil bisa sejahtera).

