Page 63 - Majalah Berita Indonesia Edisi 04
P. 63
BERITAINDONESIA, Oktober 2005 65(BERITA FEATURE)Beberapa pria bersenjatakan jarum suntikberisi racun datang duahari sebelum Li Juan bersalin.Mereka membaringkannya ditempat tidur di sebuah kliniksetempat, dan menancapkanjarum ke dalam perutnya sampai menembus ke janinnyayang berusia 9 bulan.“Saat-saat pertama saya masih merasakan bayi saya menendang,” kata calon ibu berusia 23 tahun itu. “Sesaat kemudian, saya tak merasakandia bergerak.” Sepuluh harikemudian, Li melahirkan seorang bayi perempuan yangsedianya diberi nama Shuang(Cahaya). Bayi itu sudah mati.Agar dia benar-benar yakin,kata Li, para pejabat—darikawasan Linyi, di mana ia menetap, propinsi Shandong, China Timur—membenamkan mayat bayi itu beberapa menit didalam sebuah baskom air di sisitempat tidur. Yang dia pikirkanpada hari yang menyakitkanitu, kenang Li, bagaimana diamenyewa seorang bandit untukmembalas dendam pada orangorang yang telah membunuhbayinya, karena setiap kelahiran, kata mereka, melanggarprogram keluarga berencanaChina.Sejak tahun 1980, ketikaChina menerapkan apa yangdikenal sebagai kebijakan satuanak, para pejabat di propinsisering melakukan hal-hal yangberlebihan—memaksakan sterilisasi dan aborsi di antarapara pasangan—untuk menekan jumlah penduduk negeriyang berjumlah 1,3 miliar jiwaitu berkembang menjadi mimpi Malthus. Para petinggi pemerintah berupaya mengendalikan penduduk China untukmendorong pertumbuhan ekonomi dengan mengurangi jumlah mulut yang disuap.Tetapi di Prancis, pemerintah malah memberikan insentif dan bonus kepada para ibuyang mau mengandung danmelahirkan bayi. Prancis mengalami zero pertumbuhanpenduduk, karena para keluarga lebih memilih mengadopsi anak-anak dari negaranegara lain ketimbang melahirkan sendiri.Tahun 2002, tatkala kebebasan pribadi menyebar di bidangbidang kehidupan lainnya,parlemen China memilih untukmelonggarkan kebijakan yangsangat tidak populer itu. Selainmelarang kelahiran anak lebihdari kebijakan, undang-undangbaru melakukan pembaruan,mengizinkan pasangan memiliki anak lebih dari satu asalkanmereka mau membayar dendadalam jumlah besar.Dendanya untuk pasanganpetani seperti Li—USD 365atau lebih untuk tambahankelahiran pertama di Linyi,sekitar empat kali dari rata-ratapenghasilan bersih tahunan diprovinsi miskin itu. Tetapi,setidak-tidaknya, pasangansuami-istri China memilikipilihan di dalam masalah keluarga yang tidak mereka dapatkan tahun-tahun sebelumnya.Namun demikian, birokratPartai Komunis tidak begitutanggap dengan undangundang baru tersebut. Disamping peraturan, kemajuan karirpara pemimpin lokal, khusus didaerah-daerah pedesaan, masih sangat tergantung padapenekanan angka kelahiran.“Angka yang buruk padakepadatan penduduk dapatmenggagalkan promosi seorang pejabat,” kata Tu Bisheng, seorang aktivis hukumdi Beijing yang telah membantumendokumentasi pelanggaranyang berkaitan dengan kebijakan satu anak.Pada pertemuan tingkat provinsi, para pejabat Linyi dipersalahkan karena tingginya angka kelahiran ekstra di seluruhShandong. Karena itu, provinsitersebut melancarkan kampanye brutal sterilisasi danaborsi paksa bertahun-tahun.Para pejabat lokal di China melancarkankampanye brutal aborsi dan strelisasisecara paksa. Majalah TIME (19/9)menyampaikan laporan yang sangatmenyentuh berikut ini.yang Tak DikehendakiANAK-ANAK Dimulai bulan Maret, parapejabat KB di sembilan kecamatan dan tiga kabupatenLinyi, menjelajahi desa-desauntuk mencari para ibu yangkedapatan mengandung anakanak kedua untuk diaborsi dandisteril paksa.Menurut undang-undangtersebut yang berlaku di hampir semua desa, para ibu yangsudah punya anak satu tidakdiperbolehkan mengandunganak lagi, sedangkan ibu yangmelahirkan anak cacad atauseorang anak perempuan, diperkenankan mengandung bayi kedua.Banyak wanita tidak maumelaksanakan ketentuan tersebut. Mereka sering sembunyidi rumah-rumah keluarga. Paraanggota keluarga perempuanyang melawan aborsi dan sterilisasi ditahan atau dipaksamembayar “biaya belajar dimana mereka harus mengakupunya pemikiran salah,” kataTeng Biao, seorang instrukturpada Universitas Ilmu Politikdan Hukum di Beijing, berkunjung ke Linyi bulan laluuntuk menyelidiki pelaksanaankampanye tersebut.Di kecamatan Yinan, Linyi,sekurang-kurangnya 7.000pasangan dipaksa melaksanakan sterilisasi antara Maret danJuli, menurut para pengacarayang berbicara kepada parapejabat KB lokal.Beberapa penduduk desadan pengacara yang didakwadipukul sampai mati di tahanan karena membantukeluarga-keluarga menghindari sterilisasi. ■ SH(BERITA FEATURE)DEMO ANTI ABORSI

