Page 62 - Majalah Berita Indonesia Edisi 04
P. 62


                                    BERITA PEREMPUAN64 BERITAINDONESIA, Oktober 2005Seorang reporter harus mendalamilatar belakang permasalahan, danmempelajari latar belakang tokohyang akan diwawancara, sehinggamemperoleh ‘senjata’ yang ampuh.Ikon PerempuanTOTAL PROFESSIONALISMWanita Sunda cantikbermata lentikbertubuh mungil inidikenal sebagai penyiar(broadcaster) radio dan televisi. Dengan penampilannyayang smart dan anggun, Inkedahulu begitu familiar bagipemirsa TVRI sebagai spesialispewawancara tokoh-tokoh dunia. Pendiri, pemilik dan CEOInke Maris & Associates(IM&A) ini dikenal pula sebagai pelopor jasa public relations. Inke Maris adalah salahsatu ikon perempuan di Indonesia yang profesionalismenyabegitu total.Kemampuan jurnalistiknyasaat mewawancarai tokohtokoh dikagumi banyak orang,sehingga seringkali menimbulkan pertanyaan, bagaimanadia bisa melakukan hal itu. Inkemenyebut resepnya dengan total professionalism. Cara pendekatan seorang reporter ketika melobi untuk memperolehwaktu wawancara, dalammembahas substansi yang akandibicarakan, dan ketika melaksanakan wawancara, itu harusbersikap obyektif.Seorang reporter harusmendalami latar belakang permasalahan, mempelajari latarbelakang tokoh yang akan diwawancara, karirnya, bahkanpandangan-pandangannya,sehingga akan memperoleh‘senjata’ yang ampuh saat mewawancarainya.Wawancara bagi Inkemempunyai satu tujuan utama,mewakili kepentingan masyarakat banyak untuk memperoleh informasi yang relevanbagi kehidupannya. Seorangpewawancara mempunyai kewajiban untuk meningkatkanpengetahuan umum tentangberbagai masalah yang menyangkut hajat hidup orangbanyak. Hal itu merupakanpublic service yang harus ditekuni dengan penuh tanggungjawab.Profesionalisme berarti pula menggali informasi untukmenggiring tokoh ke suatu titikyang diinginkan, melaluipertanyaan-pertanyaan yangberlandaskan pengetahuan,dan membiarkan penonton,pemirsa, mengambil kesimpulan sendiri.Beranjak dari sikap profesionalisme itulah, sebagaimanaditulis situs TokohIndonesia.Com sebuah plaza web paratokoh, ia berandai-andai, apabila diangkat menjadi MenteriKomunikasi dan Informatikaakan mewajibkan semua stasiun televisi agar mempunyaitanggung jawab sosial, mengalokasikan sebagian waktusiaran sedikitnya 30% untukprogram-program yang peduliakan hak-hak publik memperoleh siaran berisi informasi,edukasi, dan hiburan sehat.Sebagai figur publik yangterkenal sebagai penyiar bereputasi sangat baik, Inke memisahkan secara tegas antarapekerjaannya sebagai jurnalisdengan bisnis PR yang pernahdilakoninya secara bersamaan.Sedikit saja keberuntunganyang pernah diraihnya darinara sumber. Pengagum LarryKing, Oprah Winfrey, dan Rosianna Silalahi ini pernah diajak bergabung sebagai staf ahlibidang komunikasi, di KantorMenko Perekonomian RizalRamli.Televisi untuk demokrasiKetika masih muda Inkeaktif sebagai pecinta lingkungan hidup. Kini, memasukiusia paruh baya aktif sebagaipekerja sosial dan pendidikansekaligus pembelajar pengetahuan praktis ke-PR-an.Ia mempunyai visi Indonesia harus bisa memanfaatkansarana televisi untuk memperkuat demokrasi melaluipenyampaian informasi yangdapat mempersenjatai danmembekali orang Indonesiauntuk bisa membuat pilihanpilihan yang tepat tentangkebijakan Pemerintah. Katakanlah, jika Pemerintah maumencabut seluruh subsidi BBMmasyarakat harus paham apaimplikasinya dan sebagainya.Kemudian, televisi sebagaimedia edukasi untuk mencerdaskan bangsa dengan memberikan misalnya edukasi tentang bagaimana hidup sehat,atau mengenai hak dan kewajiban keluarga, yang semuanya bisa dikemas dalam sinetron atau komedi yang saratmisi. Pemanfaatan lain adalahtelevisi sebagai media hiburansebab segala sesuatu di televisitidak akan menarik kalau tidakdikemas dengan cara yangmenghibur.Inke terlibat aktif sebagaiKoordinator Media CenterSBY-JK pada Pilpres 2004 lalu,yang berhasil mengusung pasangan ini meraih popularitastertinggi diantara capres-cawapres lain. Inke memang takmemperoleh pamrih atau konsesi politik apa-apa dari hasilkerja total professionalism-nyaitu, kecuali hikmah menuangkan pengalaman berharganyaitu sebagai bahan kajian untukmenyelesaikan studi S-2 diUniversity of Leicester, Inggris,pada bidang komunikasimassa.Kepada para politisi yangberniat menjadi pemimpinkepala daerah, ia berpesan,kalau mau menggunakan televisi sebagai sarana berpolitikmulailah belajar untuk berbicara di televisi dengan memberikan isyarat-isyarat yangtepat di televisi. Ini hanyalahsebuah pesan, yang memangsecara empirik sudah terbuktidi era kepemimpinan yangmensyaratkan popularitasmaksimal.■ HTNAMA : Inke MarisNAMA KECIL : Nyi Raden Maria Diniarti NatanegaraLAHIR : Bogor, 7 Desember 1950AGAMA : IslamSUAMI : Rizal MarisMENIKAH : Tahun 1969, di London, InggrisANAK : Yuma Sanjaya, Armand Erlangga Maris,Renata MarisCUCU : Satu (1) orangJABATAN :• Chief Executive Oficer (CEO) Inke Maris & Associates(IM&A) • President Director Inke Maris School ofCommunications (IMC)• Chairman of IMC Educarion FoundationPENGUASAAN BAHASA ASING :Inggris, Jerman, Indonesia, dan Belanda (pasif)ALAMAT RUMAH :Jalan Alam Asri IV/14, Pondok Indah, Jakarta SelatanALAMAT KANTOR:Jalan KH Abdullah Syafi»i (Lapangan Roos Raya)No. 28, Jakarta Selatan 12840, Telp. (021) 828-1250Faks. (021) 835.1369BiodataINKE MARISINKE MARIS INKE MARISINKE MARIS
                                
   56   57   58   59   60   61   62   63   64