Page 29 - Majalah Berita Indonesia Edisi 06
P. 29


                                    BERITAINDONESIA, Desember 2005 29(BERITA KHAS)kan pemerintah belum mencerminkanperforma PTKA seperti yang diharapkan.Karenanya, semua aspek akan dikajiulang dengan berbagai skala prioritas. Kedepan, performa PTKA harus menjadijelas termasuk pendapatan yang diperolehnya, sehingga kondisi tersebutakan menjadi acuan yang jelas.“Semua harus dibangun dengan sinergi agar yang dihasilkan mencapaiperforma optimal, sehingga target-targetyang dicanangkan mendekati yang diharapkan,” tambah Soemino.Pada bagian lain, orientasi bisnisPTKA harus mendapat perhatian utama.Misalnya, Divisi dan Daerah Operasi(Daop) yang merugi, seperti DivisiSumatera Barat dan Daop IX Jember,perlu dikaji ulang. Pilihan yang sulitmemang. Tapi, kata Soemino, PTKAharus memiliki pilihan dan solusi gunamenekan kerugian yang ada.“Adanya revisi UU 13/92 dan masuknya sektor swasta sebagai operatorkereta api harus diantisipasi oleh PTKA.PTKA harus sudah siap. Sebagai komisaris utama PTKA, saya orang pertamayang mempromosikan kereta api milikpemerintah sebagai sarana transportasipilihan pengguna jasa,” jelas Soeminomenggaris bawahi.Rute-rute yang dilalui angkutan KAbersinggungan langsung dengan trayekangkutan udara. Sekadar contoh, ruterute Jakarta-Surabaya, Jakarta-Yogyakarta, dan Jakarta-Semarang. Tapi untukrute-rute Jakarta-Cirebon, JakartaPurwokerto-Kutoarjo, Surabaya-Madiun,dan Jakarta-Bandung, PTKA masihmampu bersaing dengan moda angkutanlainnya.Potret agak berbeda terjadi pada KAyang melalui rute-rute Jabotabek, yaknijalur pendek yang menjadi primadonapara pengguna jasa KA yang menghubungkan Jakarta-Bogor-TangerangBekasi.KA membuktikan diri sebagai modaangkutan massal yang memberikankontribusi lalu lintas ekonomi yangsignifikan.“Saya optimis suatu saat KA jadiprimadona angkutan darat, kembali kemasa jayanya Tapi untuk meraih itu perlukerja keras dan kerja sama,” tegasSoemino.BerpacuPerforma dan kinerja KA sebagaimoda angkutan massal yang andal tidakbisa dilepaskan dari faktor ketersediaandan dukungan infrastruktur KA.Pertanyaannya, sejauh mana perwaktu dan dana yang tidak sedikit.Namun, secara bertahap prasarana KAsemakin tampak. Misalnya, yang sudahtua diganti total dengan prasarana yanglebih memadai dan mampu bertahanlama.“Itu semua adalah bukti konkretkeseriusan dan konsern pemerintahterhadap pembangunan prasarana fisikkereta api,” tukas Budi Noviantoro sepertidituturkan kepada Samsuri dari BeritaIndonesia.“Bila terjadi kecelakaan (tentu kitatidak mengharapkan hal itu terjadi),seperti kasus anjoknya KA Jayabayabeberapa waktu lalu, jangan langsungmenuding itu akibat rel yang sudahterlalu tua. Bagi saya, banyak faktorsebab-akibatnya termasuk dari faktorsarana atau kereta apinya sendiri.”Budi menambahkan, proses percepatan pembangunan prasarana KAtidak bisa dilepaskan dari dukungandana, baik yang berasal dari APBNmaupun bantuan pihak asing seperti dariJepang, Jerman, Austria, Belgia, dannegara lainnya.Sebagai pelaksana di lapangan, Budimenilai, pembangunan pengembanganprasarana KA bersifat teknis dan strategis. Pembangunan prasarana yang adasesuai dengan apa yang telah dicanangkan oleh pemerintah. Seperti pembangunan prasarana di PJU. Sementara,menyangkut sarana (KA), Budi mengingatkan, bahwa hal itu menjadi tanggungjawab operator dalam hal ini PTKA.SejarahDiakui, sebagian prasarana KA yangada saat ini sudah berusia puluhan tahunkarena dibangun pada zaman Belanda.Tapi secara bertahap dan konsistendengan pengadaan infrastruktur limatahun ke depan, maka prasarana KA diPulau Jawa sudah memakai bantalanbeton dan rel jenis R-54.Bagaimanapun, lanjutnya, pembangunan prasarana KA telah menumbuhkan performa KA, melalui standarstandar prasarana perkeretapian internasional.“Saya melihat pemerintah memilikiobsesi dan kemauan politik yang kuatuntuk mengembangkan pembangunanprasarana kereta api nasional. Itu sudahmulai terlihat, dampak positifnya telahdirasakan dalam mendukung percepatanpertumbuhan ekonomi dari jasa angkutan KA. Prasarana KA yang memadaiakan dapat memberikan kontribusi yangoptimal kepada performa KA secarakeseluruhan. ■ AF, RIkembangan pembangunan infrastrukturKA yang cenderung lebih cepat dibandingpengembangan KA itu sendiri? Itulahyang dihadapi KA saat ini.Memang pembangunan infrastrukturmenjadi tanggung jawab pemerintahdalam skema PSO (Public Service Obligation). Akan tetapi, bila pembangunaninfrastruktur KA terus berkembang dantidak diimbangi pengembangan KA.Konteksnya adalah ketika operator KAdari kalangan swasta telah merambah kedalam bisnis yang sama. Ini tantangan.Maka, kata Soemino, diantara tugaskami adalah membangun performa KAbersama PTKA, dimana pembangunaninfrastruktur yang sudah berjalan diharapkan saling bersinergi,” ungkapSoemino. Mengapa performa KA duluyang diprioritaskan? Kekuatan diawalidari sini dan semua diharapkan berkembang sesuai dengan program.Dalam kesempatan berbeda, BudiNoviantoro Pimpro Jalur Utara (PJU) KAmengaku kurang sependapat denganpenilaian bahwa prasarana KA kurangbaik. Sebaliknya, kata Budi, prasaranaKA yang ada dewasa ini jauh lebih baikdibanding 10-15 tahun yang lalu. Banyakkemajuan yang telah diraih.Pemerintah telah menempuh berbagai kebijakan serius guna membangunprasarana KA. Misalnya, prasarana yangsudah tua banyak yang diganti denganyang baru.Jika dulu bantalan rel dari kayusekarang diubah dengan bantalan beton,termasuk jenis rel (semula R-42 dan R33) sekarang berubah menjadi R-54.Memang disadari, pembangunan danpengembangan prasarana KA butuhBUDI NOVIANTORO: Pembangunanprasarana KA semakin tampak.
                                
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33