Page 28 - Majalah Berita Indonesia Edisi 06
P. 28
28 BERITAINDONESIA, Desember 2005BERITA KHASDampak dari perang tarifangkutan pesawat terbang,beberapa waktu silam,berimbas pada angkutandarat dan laut. Sebagaisalah satu moda angkutan darat, jajaranperkeretaapian nasional masih merasakan dampaknya. Kondisi yang dialamiperusahaan angkutan massal itu kiandiperparah oleh kenaikan BBM, meskitidak seberat yang dialami usaha modaangkutan massal lainnya. Kondisi inijustru menjadi momentum kekuatan armada di atas rel itu dalam menangkappeluang bisnis.Lepas dari itu, kinerja perkeretapianmemang belum menunjukkan hasil seperti yang diharapkan, baik oleh stakeholder maupun pengguna jasa.Era 1997 ketika Perumka (Perusahaan Umum KA) dipimpin SoeminoEko Saputro —sekarang menjabat DirjenPerkeretapian Departamen Perhubungan—, merupakan masa jaya dunia perkeretaapian. Angkutan massal ini menjadiprimoda moda angkutan darat dan mampu menggeser peran pesawat terbang.Menurut Soemino Eko Saputro, angkasecara nasional di mana sebanyak 7,3%penumpang dan 0,6% barang dapatdiangkut oleh KA pada 2004 masihsangat kecil, dibandingkan permintaanyang ada saat itu.“Obsesi saya ke depan adalah meningkatkan angka itu dengan menjadikankereta api tulang punggung angkutanmassal,” ungkap Pak Mino, panggilanakrab Soemino.Masih kata Soemino, DirektoratJenderal Perkeretapian yang kini dibawahinya akan bekerja sesuai denganvisi dan misi Departemen Perhubungandalam mengoptimalisasikan KA sebagaimoda angkutan penumpang dan barangsecara massal dan andal. Angkutan KA, sambungnya, bukanhanya andal tapi jadi tulang punggungangkutan darat. Diharapkan ke depandapat diciptakan suatu keterpaduan padatransportasi intermoda (intregatedtransport), dan pada gilirannya akanmenjadi simpul dalam mengoptimalkanberbagai peluang dan berbagai inovasibaru, terutama dalam memenangkanmarket share yang ada.Bagi Soemino, KA harus mampumerebut peluang dengan pola jemputbola, bukan pola menunggu, berinisiatifserta kreatif memenangkan kompetisi.Untuk itu, seluruh jajaran KA harusmemiliki jiwa entrepreneur yang disesuaikan dengan kondisi yang ada.Intinya bagaimana bisa memberikan nilaitambah kepada perusahaan.Sebagai mantan orang pertama di PTKA, Soemino tahu persis seluk-belukdunia KA nasional. Atas dasar itulah, diaberpandangan, keunggulan KA yangbersifat massal itu harus mampu membentuk brand image yang melekat dibenak masyarakat luas.“Inovasi tiada henti seraya mempertajam bisnis inti dan bisnis-bisnispendukung perlu dipertajam,” ungkapSoemino yang juga Komisaris UtamaPTKA itu.Sebagai perseroan, kata Soemino,PTKA harus memiliki obsesi mendapatkan profit, namun dibutuhkan waktu.Tapi obsesi itu harus menyatu di semuajajaran KA, semua lini harus dapatmengoptimalkan peran dan tanggungjawab masing-masing.“Tahun 2006 diharapkan jauh lebihbaik dibanding tahun 2005. Untuk mencapai obsesi itu harus ditempuh berbagailangkah, termasuk langkah efisiensi. Adadua hal perlu dapat perhatian, mencarikeuntungan dan memberi pelayananpublik sebaik baiknya.”Saat ditanyakan perihal IMO, PSOdan TAC yang selama ini implementasinya belum maksimal, secara diplomatisSoemino mengungkapkan, apa diberikanpemerintah melalui APBN harus memberikan hasil yang optimal.Hal itu sedang dikaji sehingga baikpemerintah sebagai regulator maupunPTKA (operator) dan”stake holder parameternya masing-masing.Sejauh ini, dana APBN yang dikucurMemenangkan persaingan dalam angkutan massaldi masa depan menjadi obsesi Dirjen Perkeretapiandan PTKA. Kuncinya, mengoptimalkan berbagaipeluang dan berbagai inovasi baru.Optimisme KAdi Masa SulitSOEMINO EKO SAPUTRO(TENGAH): Satu saat KA jadi primadona.