Page 27 - Majalah Berita Indonesia Edisi 06
P. 27
BERITAINDONESIA, Desember 2005 27(BERITA NASIONAL)Pesta ulang tahun ke 41 partaipemenang Pemilu legilastif2004 ini berakhir sengit.Manuver Golkar untukmengangkat citra partai malah berubah menjadi polemik. Semulanama Pak Harto disebut-sebut sebagaisalah seorang penerima penghargaanBhakti Pratama. Namun muncul reaksipro-kontra.Partai terbelah tentang perlu atautidaknya memberi penghargaan kepadatokoh yang sukses membangun “dinasti”Golkar di masa lalu. Pak Harto yangmenjabat presiden selama 32 tahunmerangkap sebagai pucuk pimpinanlembaga yang menentukan garis partai,Dewan Pembina. Penghargaan itu akhirnya hanya dialokasikan untuk mantanPresiden B.J. Habibie, mantan MenteriKehakiman Oetojo Oesman, mantanMensesneg Moerdiono, dan mantanMenaker Cosmas Batubara dan BasyuniSuryamihardja, mantan Ketua UmumPGRI.Di dalam krisis kepemimpinan nasional tahun 1998, Golkar berbalik arah,membiarkan bahkan ikut mendorong,pemimpin kuncinya menjadi bulanbulanan massa. Pimpinan MPR/DPRyang juga merangkap Ketua UmumGolkar, Harmoko, tanggal 18 Mei 1998,malah melayangkan sepucuk surat kepada Presiden (Soeharto) untuk mempertimbangkan pengunduran diri dari kursinya. Bola bergulir. Komite Reformasi dananggota Kabinet Reformasi yang sedianyadilantik oleh Pak Harto tanggal 21 Mei,semuanya menolak.Golkar mencopot semua atribut partaiyang melekat pada diri Pak Harto. Yanglebih tragis, MPR hasil Pemilu 1997 yangdidominasi Golkar, dalam sidang istimewa 1998, meloloskan ketetapan yangkhusus diarahkan kepada Pak Harto.Salah satu pasal Tap MPR No.11/1998tersebut, sangat diskiriminatif buat PakHarto. Bunyi pasal tersebut, antaralain,”“…percepatan penyelidikan kasuskasus KKN yang melibatkan pejabatpejabat negara dan mantan presiden,termasuk mantan Presiden Soeharto dankroni-kroninya…”Sumber BERITA Indonesia di lingkungan Cendana, mengungkapkan agaknya Pak Harto enggan menerima penghargaan tersebut selama TAP MPR yangsecara eksplisit menyebut namanya tidakditinjau kembali. Sulitnya MPR sekarangyang semestinya mencabut ketetapantersebut, meski dimenangi, tetapi tidaklagi didominasi oleh Golkar.Selain itu, lembaga hukum negeri inibelum memastikan posisi hukum PakHarto. Baik Kejaksaan Agung maupunMahkamah Agung, masih membiarkanstatus “tersangka koruptor” menempel dibahu Pak Harto. Mantan presiden 32tahun ini, tahun 2001 diajukan ke mejahijau lantaran dakwaan sumir, “melakukan tindak korupsi terhadap keuanganyayasan-yayasan yang dipimpinnya.”Waktu itu pihak pengadilan tidak bisamelakukan pemeriksaan tanpa kehadiranPak Harto. Sedangkan jaksa tidak bisamenghadirkan “tersangka” karena timdokter negara menyatakan kesehatan PakHarto tidak memungkinkannya untukmemberi keterangan di pengadilan.Meskipun bertolak dari fakta tersebut,jaksa tetap tidak mau menarik dakwaannya.Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh,menurut harian Rakyat Merdeka (29/11),telah diingatkan oleh Tim Pengacara PakHarto supaya tidak membiarkan presidenkedua yang berusia 84 tahun ini meninggal dalam status dicekal. AbdulRahman meneruskan masalah ini ke MA,tetapi jawaban MA, “apakah tim doktersudah merekomendasi bahwa Pak Hartosudah bisa diadili?”Pro-kontraDi antara tokoh Golkar yang menentang pemberian penghargaan tersebut termasuk Mahadi Sinambela,Menpora di era Presiden Habibie (1998-1999) yang sekarang menjadi anggotaDPR. Alasan Mahadi, hubungan Pak Harto dan Golkar sudah putus sejak tahun 1998. Mahadi, sudahtentu, hanya melihat dariaspek legal formal, tetapimengabaikan aspek historis dan jerih payah PakHarto di dalam membesarkan Golkar.Dalam ungkapan kerensebagaimana dikutip Koran Tempo (26/11), Mahadi berujar, “it’s betterwithout Soeharto.” Mantan pucuk pimpinan Golkar, Akbar Tandjung, yangdibesarkan oleh Pak Harto,sependapat dengan “muridpolitiknya,” Mahadi.“Jika dikaitkan denganOrde Baru, Soeharto memang layak. Namun jikadilihat dari masa reformasi, tentu tidak ada hubungannya,” kata Akbarseperti yang dikutip KoranTempo.Pimpinan teras GolkarBurhanuddin Napitupulumalah berseberangan dengan Mahadidan Akbar. Dia menilai penghargaantersebut tidak menjatuhkan citra partai.“Malah bisa mengangkat citra Golkarkarena adanya sportivitas, menghargaijasa Pak Harto,” kata Burhanuddin. ■ SHGOLKAR INGINMENEBUS “DOSA”Golkar merintis tradisi baru, memberi penghargaankepada para senior partai. Tetapi “kado” buat mantanPresiden Soeharto terjerat di dalam polemik.PAK HARTO