Page 15 - Majalah Berita Indonesia Edisi 08
P. 15
BERITAINDONESIA, 10 - 23 Februari 2006 15Mengutip omongan Bondan Winarno,pengamat kuliner yang juga penggagasKomunitas Jalan Sutra, seharusnya kitamerasa sangat terbelakang dengan adanyapengakuan atas temuan itu. Sementaranegara-negara maju sudah menjagakeamanan makanan dan bahan panganmenurut kaidah HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point), negeri inimasih membumbui makanannya denganformalin, boraks dan pewarna tekstil.Satu hal yang pasti, edukasi terhadappara produsen tidak pernah benar-benardilakukan. Penghematan biaya dan ketidaktahuan menjadi alasan klise mengapa mereka membubuhkan formalindan saudara-saudaranya itu ke dalamproduksi mereka.Saat ini, bahan pengawet makanan yangaman harus segera disosialisasikan. Media mulai mengulas berbagai bahanpengawet alternatif yang tidak berbahaya.Kunyit, asap cair dan chitosan pun menjadi bahan berita. Kunyit sejak lamadipakai sebagai pengawet oleh paraprodusen tahu Bandung. Asap cair yangberasal dari kondesansi asap pembakaranbatok kelapa harganya terjangkau danbisa diproduksi sendiri dengan mudah.Chitosan yang terbuat dari limbah udangdan rajungan juga terbukti aman danalami. Bahkan, kalau masih ingin memakai pengawet kimia ada alkali fosfatyang sudah diakui aman oleh Depkesuntuk mengawetkan daging olahan.Sejak semula, mestinya ada tiga halyang dilakukan pemerintah terhadap paraprodusen. Pertama, pembinaan. Kedua,pengawasan. Ketiga, barulah penindakan.Pemerintah punya Kementerian UsahaKecil, Menengah dan Koperasi yang bisadisuruh melakukan edukasi dan pembinaan.Dari sisi moralitas, para produsennakal itu mesti diingatkan bahwa menggunakan formalin dengan sengaja padaproduksinya sama dengan pembunuhanberencana.Sungguh disayangkan, warning yangdilakukan berbagai pihak sejak lama baruterdengar gaungnya sekarang. Kita semuaterbangun dari tidur saat formalin sudahterlanjur menjadi bumbu dalam makanansehari-hari.Pemerintah hanya bisa saling tudingsementara rakyatnya mulai jadi zombieyang hidup dengan zat pengawet mayatdalam aliran darahnya.Tidak cukup cuma kampanye ramairamai makan mie bakso dan tahu gorengdi mal dan pasar-pasar. Kelak, akanhidup generasi awetan di negeri yangapatis ini.■ RHkan. Sejumlah produsen makanan yangkedapatan menggunakan formalin pundiseret aparat hukum. Menyusul didaftarkannya sejumlah gugatan yang dialamatkan ke Presiden RI, Menteri Kesehatan, Kepala Badan POM, MenteriPerindustrian dan Menteri Perdagangan.Ironisnya, menurut Lembaga BantuanHukum (LBH) Kesehatan, penggunaanformalin sebagai pengawet makananbukan hal baru di negeri ini. Hal itu sudahberlangsung selama 20 tahun. Cobabayangkan, sudah berapa gram bahanberbahaya itu mengalir di dalam tubuhkita.Menurut para pakar medis, seseorangyang keracunan formalin akan mudahmengalami sakit kepala, radang hidungkronis dan sesak napas kronis. Gangguanitu bahkan bisa mempengaruhi saraf.Penderita menjadi sulit tidur, mudah lupadan sulit berkonsentrasi. Dalam jangkapanjang, formalin menyebabkan kankermulut dan tenggorokan. NEGERI APATIS