Page 18 - Majalah Berita Indonesia Edisi 08
P. 18
18 BERITAINDONESIA, 10 - 23 Februari 2006BERITA UTAMAPepatah Jawa klasikmengatakan, ngono yongono, ning ojo ngono,yang arti harfiahnya begituya begitu tapi jangan begitulah. Isu penyalahgunaan formalin,boraks dan Rhodamin-B dalam makananserta daging tikus dalam bakso taksemestinya menimbulkan tekanan luarbiasa, yang sampai-sampai berdampakluas terhadap usaha berskala rumahan,apabila semua pihak mampu menahandiri dan bijaksana dalam bersikap. Keuntungan ekonomis sesaat janganlahmerusakan tatanan masyarakat masadepan.Isu-isu ini muncul hampir secarabersamaan waktunya hingga begitumenyengat dan dipukul rata berlakuterhadap semua makanan rakyat, kecualimakanan yang dipajang rapi di etalasekaca minimarket, supermarket, atauhypermarket.Ibu Tutiek, seorang pedagang tahu diPasar Badung, Bali, misalnya. Ia biasamenjual hingga habis 10 tong tahu buatankakaknya, yang tanpa sentuhan formalin.Setelah isu formalin merebak dia mengalami kerugian luar biasa, omset turun 50persen. Ketika ditemui di suatu siang (4/1) dia mengatakan, petugas Badan POMtelah mengambil sampel dagangannyadan terbukti tahunya yang hanya bisabertahan dua hari, itu memenuhi syaratdikonsumsi dan bebas formalin. Tapibukti ini tak dapat mendongkrak penormalan omset.Seorang kolega Ibu Tutiek yang jugaberjualan di Pasar Badung, bernama IbuDiana, mengalami kerugian yang samapula. Penghasilan Ibu Diana turun 50persen. “Biasanya saya bisa menjualsampai 500 biji. Lima hari terakhir inihanya bisa 200-300 biji, itu juga sampaidua hari baru habis,” tutur pedagang tahuasal Ubung ini kepada Bali Post (5/12).Kerugian besar yang dialami Ibu Tutiek, Ibu Diana, serta Ibu-ibu dan Bapakbapak pedagang lain terjadi karenamasyarakat ketakutan mengkonsumsimakanan yang kadung diduga menganDAMPAK SOSIAL FORMALINPenggunaan formalin pada makanan memang menyesatkan. Tapi penanganankasus yang kurang cermat berdampak luas bagi masyarakat bawah. Isu iniberpotensi ciptakan pengangguran baru 10,7 juta orang.√ KULIT: Iritasi, kemerahan, seperti terbakar √ MATA: Iritasi, merah dan berair, kebutaan √ HIDUNG: Mimisan √ SALURAN PERNAPASAN: Sesak napas, suara serak, batuk kronis,sakit tenggorokan √ SALURAN PENCERNAAN: Iritasi lambung, mual, muntah, dan mules √ HATI: Kerusakan hati √ PARU-PARU: Radang paru-paru karena zat kimia (pneumonitis) √ SYARAF: Sakit kepala, lemas, susah tidur, sensitif, sukar konsentrasi,mudah lupa √ GINJAL: Kerusakan ginjal √ ORGAN REPRODUKSI: Kerusakan testis dan ovarium, gangguanmenstruasi, infertilisasi sekunder.DAMPAK BURUK PADA TUBUH:Supermarket bukanlah domain pengusaha kecil. Dan supermarket kadungdipersepsikan steril dari isu formalin.Karena itu Ketua Umum GabunganAsosiasi Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), ThomasDarmawan bisa dengan enteng menguraiisu formalin ini. Ia mengatakan, “Kalaubagi usaha besar dampaknya tidak terasa”.Munculkan Pengangguran BaruDampak isu formalin, boraks, Rhodamine-B yang dibumbui pula dengan isudaging tikus dalam bakso, yang sempatditayangkan berkali-kali oleh sebuahstasiun televisi swasta dalam reportasesore, lebih banyak dirasakan masyarakatkelas pedagang keliling gerobak danwarungan.Mereka kini telah menjadi pengangguran baru atau paling tidak mengalamidrastis penurunan omset penjualan.Penjualan kedelai Koperasi Tempe TahuIndonesia (Kopti) cabang Bandung,misalnya, menurut ketuanya Akil Dermawi anjlok hingga 80 persen. Dari ratarata mampu menjual 1.200 ton perbulankepada anggota, kini turun menjadi 200ton saja.Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno turut mengakuidampak besar isu formalin. Dia bahkanMENGALIR SAMPAI JAUHdung formalin.”Saya makin takut membeli tahu sembarangan,” kata Nyonya Ansye Sapi’ie, 66tahun, warga Rempoa, Tangerang, kepada majalah Tempo (2-8/1). Penggemarberat tahu ini emoh membelinya daripedagang keliling atau warung. Apalagibila makanan yang berasal dari bahankedelai itu terasa keras saat dipegang,sebab itu adalah salah satu pertanda tahuberformalin.Tapi rasa takut tak ditujukannya kepada makanan pajangan beretalase kacadi supermarket. Nenek tiga cucu ini kinilebih suka pergi ke supermarket meskiharganya lebih mahal. “Badan ini satusatunya yang harus dijaga kesehatannya,”tutur Ansye.