Page 20 - Majalah Berita Indonesia Edisi 08
P. 20
20 BERITAINDONESIA, 10 - 23 Februari 2006BERITA UTAMAmenutup usaha.Kepala Badan Pengawasan Obat danMakanan (Badan POM), Sampurno,justru menilai mencuatnya isu formalinsebagai sebuah blessing in disguise, atauberkat terselubung yang sangat bernilai.Setelah isu diangkat ke permukaan semuaorang menjadi tahu dan mah’fum bahayaformalin bagi kesehatan tubuh. Dampakpositif lain penjual eceran sekarang taklagi berani menjual formalin secarabebas. Pengawasan yang dilakukan Badan POM menjadi jauh lebih baik dibandingkan periode-periode sebelumnya,serta ada keinginan melahirkan regulasibaru tata niaga formalin.Isu formalin sesungguhnya bermuladari adanya temuan Badan POM penggunaan formalin pada sejumlah produk,khususnya di wilayah Jogyakarta yangcukup signifikan jumlahnya.Badan POM setiap tahun memang rutin melakukan pengawasan terhadapmakanan yang mengandung bahanbahan berbahaya seperti formalin,boraks, Rhodamin-B hingga methanylyellow.Dan setiap tahun pula Badan POMberhasil menemukan bahan-bahan berbahaya pada ratusan produk tersebar diberbagai daerah.Badan POM biasanya menindaklanjutitemuan dengan melakukan pengawasan,pembinaan, peringatan, pemusnahan,penarikan produk hingga menyidik pelaku ke pengadilan.“Jadi, setiap tahun kita mengajukankasus penyalahgunaan bahan-bahanberbahaya ini sampai ke proses pengadilan,” kata Sampurno khusus kepadaBerita Indonesia.Ketika masih juga menemukan bahanberbahaya, yang puncaknya terjadi padaperiode tahun 2004-2005, Badan POMawalnya berniat melokalisir persoalan inicukup hingga tingkat provinsi saja.Harus Sinergi“Khusus mengenai formalin ini, sebetulnya kebijakan awal kita adalahmelokalisirnya di provinsi. Misalnya diLampung kita berbicara dengan Gubernurnya, di Semarang kita lapor keGubernurnya. Tapi isu ini kemudiandicium oleh media masa lalu dibollow-upbesar-besaran ke atas,” urai pria kelahiran Nganjuk, Jawa Timur, 31 Desember1950.Isu formalin telah berdampak luashingga berpotensi melahirkan pengangguran baru. Jumlahnya tak sedikit, danterjadi di tingkat akar rumput pula.Solusi atas persoalan ini melekat padaBadan POM, sebuah lembaga non departemen yang bertanggungjawab langsung kepada Presiden.Di Amerika Serikat posisi Badan POMTEROR SI ANTI BUSUKTidak cuma formalin yang menyelundupdalam makanan. Pewarna tekstil dan boraksditelan anak-anak sekolah sehari-hari.Mendapatkan formalin itutidaklah sulit. Sebelum kasusini diangkat media secarabesar-besaran, sejumlah toko kimiabiasanya menyediakan dengan harga 15ribu rupiah per liter. Menyedihkanmemang, ketika sejumlah pedagangmelakukan praktik menggunakan racunini sebagai pengawet.“Selama pemerintah belum memberijalan keluar sebagai pengganti formalin,saya tetap akan menggunakan bahan ini,”kata seorang pedagang tahu yang diwawancari sebuah stasiun televisi.Meski saat ini Badan Pengawas Obatdan Makanan (BPOM) menyatakan bahwa penggunaan formalin sudah bisadiminimalisir di sejumlah kota, pengawasan dan edukasi terhadap bahaya zatpengawet ini harus selalu didengungkan,agar kejadian ini tak terulang lagi.Jika kandungan formalin dalam tubuhtinggi, efeknya akan mematikan fungsi seldan menyebabkan keracunan. Bisa jugairitasi lambung, kencing darah danterburuk kanker yang berujung padakematian. Bahkan dalam kadar rendahpun, mampu merusak seluruh jaringantubuh.Isu tentang formalin mengingatkan kitapada zat berbahaya lainnya yang jugasering terdapat dalam makanan seharihari. Hasil penelitian BPOM, sebanyak 60persern minuman anak-anak sekolahdasar tak memenuhi syarat. Selain mengandung bakteri berbahaya seperti Salmonella, juga mengandung pewarnaRhodamine B, yang biasanya untukmewarnai tekstil.Seperti halnya formalin, Rhodamineberbahaya bagi kesehatan. Seperti diulasmajalah Tempo, 8 Januari 2006, zat iniberpotensi menyebabkan peradanganhati, kanker hatu dan kanker kelenjargetah bening.Selain Rhodamine B, BPOM juga menemukan penggunaan boraks dalammakanan. Boraks yang beredar di masyarakat berbentuk kristal berwarna