Page 65 - Majalah Berita Indonesia Edisi 09
P. 65
BERITAINDONESIA, 23 Maret 2006 65BERITA M (BERITA MEDIA) EDIAMajalah Urban di Sudut KafeKebutuhan informasi,terutama tentang gayahidup metropolis,menjadikan majalahgratis menjamur. Kodeetik jurnalistik tetapdipegang.Jika Anda mengunjungi kafe-kafe,restoran atau mal atau tempatnongkrong lainnya di beberapakota besar, terutama Jakarta,coba tengok ke pojokan, Andaakan menemukan sejumlah majalah.Dengan beragam format dan ukuran,majalah tersebut dipajang rapi dan bolehdiambil tanpa harus membayar, aliasgratis.Keberadaan penerbitan gratis bukan halyang baru lagi saat ini. Tidak cuma satu,melainkan beragam segmen. Dari gayahidup, keluarga, makanan sampaiotomotif, bahkan juga komunitas tertentu.HarianKompas menangkap fenomena ini untukdiulas dalam dua halaman dalam edisiMinggu, 5 Februari 2006.Menurut harian ini, penerbitan gratismulai marak dalam lima tahun terakhir.Perkembangannya sangat pesat, terutamadi pusat-pusat pertumbuhan masyarakaturban, seperti Jakarta, Bandung dan Bali.Kompas juga mewawancarai beberapapemimpin redaksi dari majalah-majalahgratisan tersebut terutama yang beredar diJakarta. Sejumlah majalah seperti FreeMagazine, djakarta!, Area dan Maxx-M,bukanlah nama yang asing bagi parapengunjung kafe.Ide awal dari para pendiri majalah iturata-rata serupa, yakni membuat majalahyang berisi panduan bagi yang inginmenikmati hidup kota seperti Jakarta.Maka, jika Anda membuka lembar demilembar majalah-majalah itu, Anda akanmenemukan informasi seputar acaraacara heboh di berbagai kafe dan klabmalam, menu andalan berbagai restoran,mode terbaru di berbagai butik, resensiCD, film dan buku paling laris, jugaberbagai tips kecantikan dan psikologi.Khusus untuk majalah bersegmen otomotif seperti Ascomaxx, isinya mengulasberbagai merek mobil dan motor yangsedang tren. Ada juga Appetite Journey,yang isinya makanan dan kuliner, InspireKids tentang kesehatan ibu dan anak, jugaLe Marriage tentang panduan pernikahan. Sementara, Suara BSD City mengakomodir tali komunikasi antara penghuniBumi Serpong Damai dan pengelolaperumahan tersebut.Setiap majalah berusaha memiliki cirikhas. Majalah djakarta!, menurut pemimpin umumnya, M. Rasyid Ganie,menajamkan sisi pemberitaannya, sehingga tidak dianggap majalah iklan.Awalnya, majalah ini merupakan majalahkomersial. Terbit di akhir 2000 denganbandrol Rp 27.500, kini djakarta! gratis.Penulis kondang seperti Seno GumiraAjidarma dan Wimar Witoelar rutinmengisi kolom di majalah ini.Kode EtikDengan menerapkan jurnalisme pelayanan (service journalism), awak redaksinya juga selalu menerapkan etika jurnalisme dasar seperti fakta, akurasi dankeseimbangan berita. Justru, karenamemberikan panduan tentang berbagaihal, informasi yang diberikan harus bisadipercaya.Pemilihan kertas tidak main-main.Rata-rata tampil full color dengan kertashard paper luks. Kontrol terhadap kualitasmajalah juga diperhatikan. PemimpinRedaksi Appetite Journey MarcellinusHanjaya mengakui hal itu. Selain itu,meski sangat mengandalkan iklan, seleksiterhadap iklan-iklan yang akan dipasangdi majalah juga diterapkan. Reynaldo dariMaxx-M menyatakan, iklan yang dipasangharus sesuai dengan target pasar majalahnya.Para pengelolanya juga memilikiprinsip-prinsip tertentu yang tidak bolehdilanggar. Misalnya Inspire Kids yangmenolak iklan makanan kecil untuk anakyang mengandung MSG. SedangkanSuara BSD City menjaga jangan sampaiada tulisan berisi gosip antar penghuni.Meski hidup sepenuhnya dari iklan yangmemenuhi halaman per halamannya, parapengurus redaksi tetap memegang kodeetik jurnalistik. Lagipula, iklan yang masukjuga dibatasi jumlahnya. Batas maksimal30-50 persen dari jumlah halaman. Lebihdari itu, majalah akan disebut majalahiklan dan tidak akan ada yang maumembaca.Untuk meyakinkan para pemasang iklanbukanlah hal yang mudah. Belum lagi soaldistribusi, dimana harus dilakukan surveiberkala untuk memastikan majalah masukke pasar yang benar.Tidak dipungkiri, citra majalah gratisbagi masyarakat masih dianggap majalahyang isinya iklan melulu. Ulasan Kompasmengenai fenomena majalah gratis setidaknya membuka mata betapa tidakmudahnya menerbitkannya meskipungratis. ■ RH