Page 64 - Majalah Berita Indonesia Edisi 09
P. 64
BERITA HUMANIORA64 BERITAINDONESIA, 23 Maret 2006Seorang ibu mengeluh.Anaknya yang duduk dibangku sekolah dasarkelihatan seperti kura-kuradengan ransel berat penuhbuku di punggungnya, yang harus disandangnya setiap pagi ke sekolah.Ia mempertanyakan, harus sebanyakitukah buku yang dibawa anak-anaksekolah di Indonesia setiap hari kesekolah. Sebagian sekolah memang sudahmemiliki loker untuk para siswanya.Tetap saja, jumlah buku pelajaran merekabegitu banyak. Bayangkan beban yangharus dihadapi anak-anak itu dalammempelajari isi buku-buku itu setiap hari.Sementara jumlah jam pelajaran merekajuga menjadi sangat lama.Ada sebuah surat pembaca di Media Indonesia, 15 Februari 2006 yang menggugah perhatian, yang ditulis Diah Ratnadewi, seorang dosen yang tinggal diBogor.Saat ini, pemerintah sedang mengujicoba Kurikulum 2004 atau KurikulumBerbasis Kompetensi (KBK). Hasilnyaternyata belum memuaskan, karenasangat bergantung pada situasi dankondisi sekolah yang bersangkutan.Akhirnya, KBK urung diberlakukan.Menurut Diah, keberhasilan KBKtergantung pada perubahan mendasardalam sistem pendidikan di Indonesia. Iamengutip pendapat Bambang Soehendro,mantan wakil RI untuk UNESCO yangkini menjabat Ketua Badan StandarNasional Pendidikan (BSNP).Berdasarkan pengalamannya diUNESCO, Bambang menilai jam belajar di Indonesia adalah yang terpadatdi dunia. Ia merekomendasikan pengurangan jam belajar sekolah dasardan menengah, yang selama ini lebihdari 1.000 jam per tahun, menjadi dibawah 1.000 jam seperti di negaranegara lain.Di Indonesia, anak-anak sejak beliasudah dibebani sistem pendidikan formal. Sementara kemampuan kognitifanak yang berkembang sesuai usia terabaikan oleh pendidik.Sekolah di luar negeri menerapkan limahari sekolah dalam seminggu dengan 5-6jam efektif setiap minggu. Satu jampelajaran setara dengan 45-50 menit,dengan waktu jeda antar pelajaran 10menit di AS dan lima menit di Jerman.Sehingga kesegaran otak siswa terpelihara. Berbeda dengan Indonesia yangtak ada jeda istirahat antar pelajaran danenam hari sekolah dalam seminggu. DiEropa dan AS, ada libur sekolah setiapenam minggu yang waktunya antara 3-15hari.Lebih MembebaniHarian Kompas tampak yang palingconcern dengan isu KBK ini. Terlihat darilaporannya tanggal 4, 10 dan 14 Februari2006. Dalam laporan tanggal 14 Februari,harian ini mengetengahkan kendalasubstansi isi kurikulum tersebut.Senada dengan pemikiran BambangSoehendro, beberapa guru dari SMANegeri 46 Jakarta Selatan, SMA Negeri70 Jakarta Selatan, SMA Negeri 35Jakarta Pusat menganggap materi KBKMenyoal Belajar AktifKurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tidak jadidiberlakukan. Ketidaksiapan perangkat dan jam pelajaranyang terlalu padat menjadi salah satu kendala.yang memuat 16 mata pelajaran menjadilebih banyak dari Kurikulum 1994 yangmemuat 12-13 mata pelajaran.KBK pada akhirnya hanya sebatasperubahan cara penyajian, tetapi tuntutan materi pelajaran tetap banyak danberat. Selain itu, kebanyakan guru masihmeraba-raba teknik belajar yang cocokuntuk KBK. Penataran guru yang diadakan tidak efektif. Sehingga komunikasi dikelas masih cenderung searah, padahalKBK menuntut keaktifan murid.Kompas juga menyimpulkan, selainminimnya pemahaman guru terhadapkonsep KBK, tidak semua sekolah memiliki kelengkapan sarana penunjangbelajar aktif ini, seperti sarana laboratorium sains, bahasa maupun komputer,akses internet maupun buku-buku. JikaSD Labschool dengan segala kelengkapansarananya bisa melaksanakan KBK dengan baik, lain halnya dengan SD-SDnegeri yang masih mengandalkan bantuan dari Diknas DKI.Menyadari hal itu, BSNP akan melakukan pergantian kurikulum dengan kurikulum hasil kreasi guru-guru di sekolahberdasarkan standar isi dan standarkompetensi yang dikukuhkan peraturanmenteri, akhir Februari. Artinya, gurupunya kewenangan untuk menyusunkurikulum baru. ■ RH