Page 24 - Majalah Berita Indonesia Edisi 100
P. 24


                                    24 BERITAINDONESIA, Edisi 100 BERITA NASIONALAssalamualaikum, MERDEKA!Segala Bentuk Diskriminasi Berakhir“Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT Tuhan YME yang telah mengaruniakan kepada kita nikmat besar yang tak terhingga sebuah bangsa, sebuah negara, dan bahasa yang telah kita akui bersama dari sejak kemerdekaan yang pertama yaitu 28 Oktober 1928 sampai kemerdekaan yang formal diakui oleh seluruh bangsa-bangsa di dunia pada 17 Agustus 1945, tepat hari Jumat, telah dikaruniakan kepada kita oleh Allah SWT. Syukur ya Allah kami ucapkan atas karunia Mu kami menjadi bangsa atas karuniaMu, kami punya negara atas karuniaMu, kami punya bahasa yaitu Indonesia,” kata Syaykh pada awal tausiyahnya. Kemudian, Syaykh mengajak semua hadirin untuk memahami dan memaknai kemerdekaan Indonesia. “Kemerdekaan Indonesia ini kita maknai sebagai berakhirnya segala bentuk diskriminasi yang mengekang pilihan manusia untuk mengembangkan dirinya. Sekali lagi, kemerdekaan harus dimaknai sebagai berakhirnya segala bentuk diskriminasi yang mengekang pilihan manusia untuk membangun dirinya,” seruan Syaykh. Dalam arti luas, lanjutnya, mengemSyaykh Al-Zaytun Abdussalam Panji Gumilang memelopori salam nasional dengan ucapan: “Assalamualaikum, Merdeka!” yang dipekik-ucapkan seraya bersikap tegap dan tangan menghormat di dahi, bukan dikepal. Ungkapan salam (selamat) dan sikap hormat tersebut mengandung doa dan fi losofi yang memaknai kemerdekaan Indonesia sebagai penegasan sikap berakhirnya segala bentuk diskriminasi yang mengekang pilihan manusia untuk membangun dan mengembangkan dirinya. Pengembangan diri dengan fi losofi merdeka itu, terutama ditempuh melalui pendidikan modern yakni pendidikan bermuatan pengembangan budaya toleransi dan perdamaian.Ucapan salam nasional “Assalamualaikum, Merdeka!” tersebut secara otentik dilakukan di Kampus Al-Zaytun. Bukan sekadar diucapkan dan diajarkan tetapi diterapkan dalam kegiatan keseharian: Otentik. Menjadi jatidiri, identitas diri, atau kepribadian otentik. Di Al-Zaytun, Salam Assalamualaikum, Merdeka; Itulah Indonesia. Indonesia yang ditegaskan dan dilakoni oleh Al-Zaytun dengan sikap (prinsip) berakhirnya segala bentuk diskriminasi dengan pengembangan budaya toleransi dan perdamaian. Dan, secara otentik: Itulah jatidiri Al-Zaytun. Kampus pendidikan modern berjatidiri Indonesia: “Assalamualaikum, Merdeka!”Selain secara otentik melakoninya, Syaykh Al-Zaytun Panji Gumilang berulangkali menjelaskan apa makna salam nasional ‘Assalamualaikum, Merdeka!’ tersebut. Di antaranya pada tausiyah upacara perayaan HUT Kermerdekaan RI ke-74, pada 17 Agustus lalu.Upacara 17 Agustus di Stadion Palagan Agung, Al-ZaytunSyaykh Al-Zaytun: Assalamualaikum, Merdeka!
                                
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28