Page 27 - Majalah Berita Indonesia Edisi 101
P. 27
BERITAINDONESIA, Edisi 101 27BERITA UTAMAkesempatan macam-macam. Di sini tidak boleh libur, yang tadinya sekolah Tingkat Dasar biasanya Sabtu-Ahad pulang sekarang tidak boleh pulang, mengapa? Pulang-pergi-datang menjadi jembatan juga,” demikian penjelasan Syaykh Al-Zaytun.“Kalau orang lain meliburkan karena memang tidak satu kampus, mengapa kampus-kampus lain meliburkan, karena tidak mempunyai dormitory (asrama), sedangkan di sini ada dormitory. Maka, tempat-tempat umpamanya tempat ibadah shalat jamaah, itu kita bagi sekarang. Di selasar asrama. Asrama kita banyak selasarnya. Ternyata tatkala ada wabah seperti ini manfaat nya besar. Penghuni lantai satu di selasar lantai satu. Lantai dua, penghuninya di selasar lantai dua, lantai tiga di selasar lantai tiga, hingga lantai lima. Asrama ini muat lima ratus, ya seratus-seratus (per lantai) cukup.Masjid juga begitu, tidak boleh kosong. Isi saja, jaraknya saja yang diperlebar. Jadi masjid tidak usah diisi oleh 7.500, diisi dengan 300 saja. Jangan pernah mengosongkan masjid, apapun kejadian nya.Di sinilah fasilitas mendukung. Di kampus kita ini fasilitas mendukung. 7.500 penghuni Shalat Jumatnya di pecah-pecah menjadi 10. Jadi tinggal 750. Umpama masih besar, dipecah lagi.Kalau dipulangkan malah tidak aman. Belum tentu anak-anak kita ini tinggal di lingkaran Jalan Merdeka Jakarta. Di Jalan Merdeka mungkin aman karena banyak tentara yang jaga, bagaimana kalau tinggal di gang-gang kecil. Di sini gang besar semua. Olah raga tetap, sekolah tetap, cuma dijaga.Dan semua sekolah, pagi disemprot disinfektan. Malam dibersihkan, pagi disemprot, kemudian detektor untuk suhu badan kita siapkan semua.Jauh aman seperti itu dari pada disuruh pulang. Siapa yang mengawasi di rumah. Tidur, mereka jam sembilan malam harus tidur. Jam empat pagi bangun. Sudah bisa tidur 6 jam lebih. Bahkan tujuh jam. Cukup. Maka anakanak segar badannya.Menghadapi covid-19 ini dasarnya adalah sehatkan badan kita, daya tahan kita, supaya punya daya tahan tinggi. Makan cukup. Kurang apa di sini. Kalau di sini dianggap sedang diisolasi, ya tiap hari begini. Pangan tiap hari cukup, karena menanam sendiri. Istirahat cukup, pangan cukup, tidak ada yang cari keluar. Orang kesulitan gula, kita buat gula sendiri. Orang kesulitan beras, kita menanam sendiri. Orang kesulitan daging, kita memelihara sapi. Orang kesulitan ikan, kita memelihara ikan. Apa susahnya,” demikian uraian detil Syaykh Al-Zaytun. Dan PSBB di Al-Zaytun dilakukan sampai kurun waktu yang belum ditentukan. Melihat bagaimana perkembangan situasi dan kondisi selanjutnya. Petugas penyemprotan disinfektan di Kampus Al-ZaytunRajin cuci tangan sesuai protokol WHO Latief WeHa | BERITAINDONESIA

