Page 64 - Majalah Berita Indonesia Edisi 14
P. 64
BERITA HUMANIORA64 BERITAINDONESIA, 1 Juni 2006Mencari Helen Ongko dikantor pagi hari? Janganharap Anda bisa menemuinya. Maklum, pemilik Konsultan Hukum Sidharta &Partners berusia 46 tahun itu jarang ngantor pagi hari. Beberapa tahun terakhir, Helen baru masukkerja selepas makan siang. Pagi hari, iamenekuni pekerjaan ‘’sambilan’’ di rumah. Dari pukul tujuh hingga pukul 12,ia mengajar sendiri tiga anaknya, Joseph,Joshua, dan John Ongko.Demikian cuplikan tulisan Gatra, 17April 2006, yang berjudul “RumahkuSekolahku, Ortuku Guruku.” Tulisan itumengupas fenomena yang telah dimulaisejak empat tahun lalu, yakni homeschooling atau bersekolah di rumah.Banyak media massa yang telah menulismengenai sekolah model baru ini. Darisemua tulisan itu diperoleh mata rantai,bahwa model sekolah ini berdasarkan UUSistem Pendidikan Nasional masih dianggap sebagai jalur pendidikan informal.Namun hal itu tidak mematahkansemangat para orangtua yang memutuskan anak-anaknya bersekolah di rumah.Pasalnya, jika si anak ingin melanjutkanpendidikannya di sekolah formal kembali,si anak tinggal mengikuti ujian kesetaraan.Menurut Zaini Arony, Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah,Departemen Pendidikan Nasional, mereka bisa mendapat kesetaraan di pendidikan nasional melalui paket ujian A(SD), B (SMP), dan C (SMA). “Merekadapat mengikuti ujian. Bila lulus, berartidia setara,” kata Zaini seperti yang dikutipGatra.Ada beberapa lembaga seperti MorningStar Academy dan Pusat Kegiatan BelajarMasyarakat Bina Mekanika, tokoh pendidikan anak, Kak Seto Mulyadi; sertapendongeng Kak Wees yang telah menerapkan sistem belajar sekolah rumahan ini.Kecenderungan untuk menerapkansistem belajar home schooling ini karenarasa ketidakpercayaan kepada sekolahformal, yang kurikulumnya terus berubahdan memberatkan anak. Sekolah formalmasih banyak menganggap anak sebagaiobyek bukan subyek, memasung kreativitas dan kecerdasan anak, baik dari segiemosi, moral, maupun spiritual, demikian dalam laporan Tempo, 26 Februari2006.Secara operasional, UU Sistem Pendidikan Nasional telah mengakui sistemsekolah rumahan, meski sebagai jalurpendidikan informal. Buktinya, anakanak yang mengikuti home schoolingboleh mengikuti ujian kesetaraan. Namunpemerintah masih belum melakukanstandardisasi terhadap sistem belajar ini.Keunggulan dan kelemahanKebanyakan yang menjadi guru bagianak-anak sekolah di rumah adalahorangtua mereka sendiri. Kurikulum yangdipakai masih kurikulum nasional, tetapidengan modifikasi di sana-sini. Terutamaporsi praktek dan mobilitas yang lebihbanyak. Bahasa pengantarnya pun sebagian besar adalah bahasa Inggris.Anak-anak bisa berselonjor di ataskarpet sembari menyimak uraian-uraianpelajaran dari orangtuanya. Kegiatanbelajar dibuat fun dan sebisa mungkinbersentuhan dengan realitas, bukanmelulu teori.Ditulis Republika, 5 Mei 2006, di homeschooling yang diterapkan adalah pendekatan individu. Menurut Kak Seto, halitu bisa membantu membangun potensisiswanya.Pemerhati masalah anak yang jugamenerapkan home schooling bagi anaknya ini mengatakan, materi kurikulumnya seratus persen mengacu pada kurikulum nasional yang mencakup limamateri, yakni Iptek, kewarganegaraan,keolahragaan, etika dan estetika. Metodenya yang berbeda.Kak Seto saat ini tengah berjuang agarBadan Standar Pendidikan Nasional(BSNP) mengeluarkan standar minimalhome schooling di Indonesia, supayametode ini memperoleh pengakuan yanglebih besar.Di sisi lain, menurut Direktur Pendidikan Kesetaraan Depdiknas, EllaYulailawati, perlu ada verifikasi apakah sipengajar benar-benar kompeten untukmenggantikan materi belajar di sekolahbiasa. Dan harus ada komitmen si orangtua untuk menyajikan pendidikan berkesinambungan buat anaknya. Setelahmengikuti ujian kesetaraan, hasil pendidikan anak perlu dilaporkan secara rutin pada dinas pendidikan setempat.Diknas juga sedang membuat aturanpetunjuk pelaksanaanya.Di samping sejumlah keunggulan, adajuga kelemahan home schooling. Denganbelajar di sekolah umum, anak-anakbertemu banyak orang dan realitas sesungguhnya. Si anak punya dunia pergaulan dengan banyak teman dan belajarberkompetisi sejak awal. ■ RHBersekolah di Atas KarpetRumah SendiriMeski masih dianggap jalur informal, tetapi peminatnya mulaibanyak. Yang diterapkan adalah pendekatan individu.SEKOLAH DI RUMAH: Perlu ada standar dari Depdiknas