Page 28 - Majalah Berita Indonesia Edisi 19
P. 28
28 BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006BERITA KHAS28 BERITAINDONESIA, 24 Agustus 2006Kunci. Sebagai ilustrasi ditempatkankarikatur pemimpin Hizbullah, HassanNasrallah sedang main catur denganPerdana Menteri Israel Ehud Olmert.Kompas membuka tulisan dengan menampilkan satu-satunya korban tewasdari Indonesia, Siti Maemunah (24),akibat gempuran udara militer Israel. Iasalah satu dari ratusan korban sipil akibatkekejian Israel, yang 12 Juli lalu menabuhgenderang di kawasan Timur Tengah.Selain Maemunah, Kompas juga melaporkan tentang empat staf PBB yang tewasdalam serangan di Khaim, Libanon.Mengutip analisa pengamat masalahTimteng, Riza Sihbudi, Kompas menulisbahwa menyangkut konteks dalam negeriIsrael, konflik ini menemukan momentum, karena PM Olmert dianggap tidaksekeras pendahulunya Ariel Sharon didalam menghadapi Palestina. Olmertingin memperlihatkan kepada rakyat Israel bahwa dia juga bisa bertindak keras,baik melawan Hamas maupun Hizbullah.Pengamat LIPI itu mengatakan Olmerttidak ingin Israel disesaki oleh wargaYahudi keturunan Arab yang hari demihari mengubah komposisi demografisnegeri Zionis tersebut. Kini banyakanggota parlemen Israel (Knesset) darifigur Yahudi keturunan Arab.Kompas, di rubrik khusus, Fokus,halaman 34, menurunkan tulisan SmithAlhadar, penasihat Indonesian Society forMiddle East Studies. Alhadar menulis,sangat mudah bagi Israel jika inginmembebaskan dua serdadunya yangdisandera oleh Hizbullah. Jika Israelmelepaskan ratusan tawanan Hizbullah dipenjara-penjaranya, maka Hizbullah akanmelepaskan kedua serdadu Israel tersebut. Sebenarnya Olmert ingin memperkuat dukungan bagi pemerintahannyayang agak rapuh. Tulis Alhadar, Israeljuga ingin menghancurkan Libanon,tetapi dengan menjadikan Hizbullahsebagai kambing hitam, bahwa akibatulahnya telah menyengsarakan rakyatLibanon. Setidaknya Israel dapat mendesak NATO untuk menempatkan pasukannya di Libanon.Pada halaman berikutnya (35), harianini secara menyeluruh menurunkan petakawasan konflik, kronologis serangan,peta kekuatan: Israel-Libanon, IsraelHizbullah-Hamas.Ujian Bagi Sikap Indonesia, demikianjudul ulasan di halaman berikutnya (36).Dunia seolah hanya seonggok roti konflikyang terpecah-pecah dalam ideologiberbeda-beda. Siap meledak, tinggalmenunggu pemicu. Tak akan ada lagipidato soal kearifan pada kemanusiaan,kebajikan dan kebaikan, yang ada bagaimana mendominasi dan meluaskan hegemoni, apapun caranya. Amerika Serikatsetidaknya telah tegas memilih garispolitik untuk selalu membela Israel.Sekaligus mendekonstruksi peran PBBmenjadi impoten. Setidaknya pilihanpolitik AS tegas, ketegasan penting dalampilihan politik, terlepas itu benar atausalah, karena dalam politik, kebenaran itutidak absolut.Lantas bagaimana garis politik Indonesia? Seperti biasa, pemerintah telah mengutuk agresi Israel. Apakah itu cukupmencerminkan pilihan politik sebagai sebuah bangsa (muslim) paling besar? KataHamdan Basyar, peneliti LIPI dan KetuaSMES, Indonesia memang mengutuk Israel tetapi belum memenuhi harapanpublik. Hingga kini, politik luar negeri Indonesia masih dianggap tidak mandirimenghadapi kolaborasi AS-Israel.Judul Fokus (hal.37): Sikap Ekstrim ItuKembali Bertemu. Kalau saja Israelbersedia melakukan pertukaran tahanandengan pihak Hizbullah, keadaan tidakakan berkembang menjadi separah ini.Korban serangan Israel sudah terlalubanyak, juga rasa sakit mendalam. Hizbullah menyandera dua serdadu Israeldengan harapan bisa membebaskanratusan anggotanya yang ditawan dipenjara-penjara Israel. Taktik Hizbullahyang selama enam tahun terakhir dipenuhi oleh Israel.Israel-Hizbullah dan Perang Kawasan(hal. 38). Dalam topik tersebut, Kompasmenilai, kamus konflik Timteng berubah.Kamus konflik Arab-Israel yang menjadifenomena selama lebih dari setengahabad, kini cenderung menjadi bagian darimasa lalu. Kini lahir format baru dalamkonflik Timteng, yaitu antara kubu prodan kontra AS. Menlu Condoleeza Ricedalam lawatannya ke Timteng belum lamasetelah serangan Israel merajalela, “Saatnya sudah tiba untuk lahirnya TimurTengah Baru.”Seharusnya AS Berkaca Pada PerangIrak, demikian judul rubrik Fokus halaman 39. Ketika Presiden AS George W.Bush dalam perjalanan dari Jerman keKTT G-8 di Rusia (12/7), gempuran hebatIsrael melumat Libanon Selatan. Apa yangharus dilakukan Bush? Menlu Rice danpenasihat keamanan Steve Hadley membeberkan sejumlah kemungkinan. KalauBush langsung menelpon PM Elmert, halitu kurang pas bagi diplomasi Timtengkarena dukungan AS akan terlalu kelihatan. Bush lalu “berlatih” apa yangharus dikatakannya kepada para pemimpin Arab yang bersahabat dengan AS,Raja Abdullah II di Jordan, PresidenHosni Mubarak di Mesir dan PM LibanonFuad Siniora. Bush akan mengatakanbahwa dia sedang berusaha untuk menenangkan situasi dan akan mengingatkan Israel agar tidak menghancurkanpemerintahan baru Libanon.Judul terakhir (hal. 40): KebangkitanHizbullah dan Prospek Perdamaian.Perang telah menghentikan nafas kehidupan Libanon. Siapakah yang akanmembayarnya? Bukan Israel, bukanAmerika Serikat, bukan Suriah. “Kamiyang harus membayar semua ini, denganhidup kami dan bisnis kami,” kata ElliasMouawad, seperti yang dikutip oleh TheChristian Science Monitor. Sasarantempur militer Israel memang Hizbullah,tetapi korbannya rakyat biasa sepertiMouawad. SH