Page 30 - Majalah Berita Indonesia Edisi 19
P. 30
30 BERITAINDONESIA, 24 Agustus 2006ntah sampai berapa tahun ke depan, yang jelas kitamusti mulai membiasakan diri dengan pemadaman listrik secara bergilir.Sesuatu yang tak terbayangkan ketika mendengar sebutan gemah ripah loh jinawi. Tapi begitulah yang terjadi sepanjang hari Senin(21/7), tulis Harian Republika dalam tajuknya (25/7).Pemadaman listrik secarabergilir bukan lagi hanya didaerah, tetapi sudah terjadidi ibukota negara, Jakarta.Layaknya sebuah ibukotanegara mestinya pasokanlistrik bisa memadai. Tapisekali lagi itulah yang terjadi.PT PLN sebagai satu-satunya pemasok listrik masyarakat ternyata masih harusbergelut dengan pasokanbahan bakar minyak (BBM)dari PT Pertamina. BBM untuk pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Muara Tawar Bekasi habis. PadahalPLTG Muara Tawar merupakan pemasok utama listrikuntuk kawasan Jakarta danjuga Jawa Barat.Situasi seperti ini pernahterjadi Desember 2005.Waktu itu Pertamina tidakmemasok BBM ke PLN karena masih menunggakutang Rp 6 triliun. Pertaminasaat itu malah mengancamtidak akan mengirim pasokan BBM untuk PLN jikautangnya yang sudah membengkak Rp 23,9 triliun tidaksegera dilunasi.Kini yang muncul adalahdua perusahaan plat merah itusaling lempar tanggung jawab.Lantas, Pemadaman Siapayang Bertanggung Jawab?,tanya Republika seperti terterapada judul tajuknya.Habis Terang Terbitlah Gelap, demikian judul tajuk HarianMedia Indonesia (25/7). Tulis harian itu; listrik telah menjadiperadaban manusia yang tidak bisa ditawar. Semakin beradabmanusia, semakin tinggi dan luas pemakaian dan ketergantungan pada listrik. Semakin beradab negara semakin tinggikewajiban menjaga agar litrik menyala 24 jam dalam sehariselama bertahun-tahun. Namun manusia Jakarta kemarinseperti hidup di zaman batu. PLN memadamkan listrik disejumlah lokasi selama delapan jam karena pembangkit MuaraTawar kekurangan pasokan bahan bakar.Tampaknya pemerintah, PLN dan Pertamina, masih bertikaidalam cara pembayaran subsidi. PLN mendapat subsidi BBMdari pemerintah. Pertamina menyalurkan BBM kepada PLNsambil menagih tunggakanutang. Sudah berpuluh-puluh tahun PLN mengelolalistrik nasional. Sudah berpuluh-puluh tahun Pertamina menyuplai BBM bagiPLN. Sudah berpuluh-puluhtahun pemerintah mengaturtata cara pembayaran. Sangatlah memalukan kalaukebiasaan yang seharusnyamembuat orang semakin pintar di negeri ini kebiasaanjustru membodohkan.Tajuk Koran Tempo mencermati pemadaman listrikbergilir itu sebagai, AkibatPLN Salah Urus (25/7). PLNmestinya jangan sering-sering memadamkan listriksecara bergiliran. Apalagiternyata publik yang menjadikorban. Sebab listrik adalahkebutuhan vital. Kebutuhanakan tenaga listrik sudahmenjadi bagian dari kehidupan masyarakat modern.Begitu listrik padam, kegiatan ekonomi lumpuh.Kereta rel listrik langsungberhenti, ribuan penumpanglangsung tertahan dan ribuanlainnya tak terangkut di stasiun. Penerbangan dibandaratertunda, penumpang menunggu dengan gerah karenaalat pendingin ruangan mati.Lalu lintas macet polisi punjadi sibuk. Mesin penarik dana tunai padam, orang yangsudah antri jadi kesal. Daftarkekacauan akibat padamnyalistrik bisa diperpanjang.Yang jelas pemadamanlistrik tak cuma membuatlampu mati. Mesin pabrikharus menunggu berjamjam, pemilik pabrik tekstilmenyebutnya berhari-harisetelah aliran kembali normal agar pabrik bisa berproduksi kembali.Sedangkan suratkabar soreSuara Pembaruan menyindir PLN dengan tajuk yang berjudul,Pijar PLN yang Meredup (25/7). Hidup tanpa pijar lampu listrikmerupakan sesuatu yang tidak bisa diterima dalam kehidupanmanusia saat ini.Pengumuman PLN mengenai pemadaman bergilir listrik diwilayah Jakarta dan sekitarnya awal pekan ini sungguh peristiwayang sulit diterima.Apalagi penyebab pemadaman adalah kurangnya pasokanBBM di PLTG Muara Tawar. Sungguh ironi disaat negeri iniberkutat dengan inovasi baru untuk menghasilkan sumber energibaru atau perangkat listrik baru yang berguna bagi manusia,Indonesia masih dipusingkan dengan persoalan penyediaanBBM. SB-SHListrik PadamRoda Ekonomi LumpuhPemadaman listrik bergilir yang dilakukanPLN Senin dua pekan lalu telahmenimbulkan banyak kerugian. Mulai daripelayanan publik hingga industri lumpuh.Sejumlah media cetak menyoroti haltersebut dengan berbagai sudut pandanglewat tajuk mereka.ELINTAS TAJUK