Page 12 - Majalah Berita Indonesia Edisi 21
P. 12
12 BERITAINDONESIA, 21 September 2006BERITA TERDEPANSabu-Sabu dari Teluk NagaObat haram, sabu-sabu, hampir sajamembanjiri pasar-pasar gelap di berbagaikota besar. Namun polisi menggagalkanniat jahat sindikat Narkoba.asa nikmat sesaatberujung nista. Itulah nasib yang menimpa mereka yangkecanduan sabu-sabu. Sebutsaja, misalnya, mantan WakilBupati Lebak. Mendekam dipenjara, kehormatan keluarganya terpuruk dan kehilanganjabatan empuk. Lantas seorang bintang film dan sinetron papan atas terpaksa mendekam di penjara berbulanbulan hanya lantaran memilikiseperempat gram sabu-sabu.Bandingkan dengan 966 kilogram sabu-sabu yang menyusup masuk dari Hong Kongke Tangerang lewat Teluk Naga. Jika obat haram itu tidaktertangkap, menyebar ke parabandar dan pengecer, menurutperkiraan polisi, bisa membuatkecanduan 9 juta orang, ataumembikin mabuk 48 juta orang lebih jika diisap serentak.Sabu-sabu sejumlah itu ditaksir polisi bernilai Rp 1 triliun di tingkat pengecer.Agaknya, wilayah Bantenmenjadi tempat yang amanbagi persembunyian para produsen danpenyelundup obat psikotropika. Belumlama berselang, sebuah pabrik yangberkapasitas produksi jutaan butir pil ekstasi sehari ditemukan di Cikande, Serang.Dan tahun lalu, di Tangerang, Banten,ditemukan pabrik ekstasi terbesar didunia. Juga sebuah pabrik ekstasi beromzet besar digrebek polisi di KampungKandang Kambing, Bogor, tahun lalu.Ironis. Transaksi sabu-sabu harusdilakukan secara tersembunyi, tetapibong, alat pengisap sabu dijual bebas ditempat terbuka. Di tengah suasana gempar akibat penangkapan yang spektakuleritu, para pedagang di kawasan Pancoran,Jakarta Barat, menggelar dagangan bongdi trotoar dari siang sampai petang hari.Sabu memang dijual secara gelap, tetapibong, alat pengisap sabu, dijual bebas disejumlah tempat di Jakarta. Orang awammemang tidak akan tahu bahwa tabungdengan pipa kaca itu alat pengisap sabu.“Selama ini saya aman-aman saja menjualbong,” kata seorang pedagang kepadaKompas (31/8).Awalnya, sebuah kapal besar yangmembawa sabu-sabu tersebut dari HongKong, melempar jangkar di perairanSumatera bagian selatan. Barang haramitu dipindahkan di tengah laut ke sebuahkapal yang lebih kecil yang membawanyake Teluk Naga. Kapal itu milik Ah Kwang(42), Direktur PT Sang Putra Wisma Jaya,diduga sering melakukan hal tersebut.Sabu-sabu itu disita dari mobil boks IzuzuPanther biru bernomor B-9105-QD, diJalan Raya Mauk, Tangerang, Selasa pagi(29/8). Mobil ini sempat menabrakBripka (Pol) Heri Prastowo ketika berusaha mengejar kawanan tersebut. Ditempat yang sama, polisi menyita mobilToyota Avanza perak bernomor B-1935-JK. Kisah penyelundupan serta dramapengejaran dan penangkapan dituturkanoleh Ajun Komisaris Besar Hendra Jhoni,pejabat psikotropika Polda Metro Jaya.Kata Hendra, seperti dikutip KoranTempo (31/8), Ah Kwang alias SaminIwan menerima kiriman itu dari A Hua,anggota sayap sindikat Narkoba HongKong-Cina-Indonesia. A Hua kabur keSingapura, 28 Agustus. Namun A Huadiketahui sebagai kaki tangan Mr. Lou danMr. Chen, dua bos yang diduga punyahubungan langsung dengan bos besar diHong Kong. Bos besar ini masih punyajaringan lain di Indonesia, dipimpin olehMr. Wong alias Herman Chu yang ditangkap polisi di Hotel Limas, Palembang, 3Mei lalu.Rupanya, Mr. Wong membocorkaninformasi pengiriman sabu-sabu tersebutke polisi. Mr. Wong memasok bahan bakusabu-sabu sekitar 100 kilogram (senilai Rp 215 miliar)per bulan. Dia juga pemilikpabrik ekstasi di Cikande,diperkirakan terbesar di AsiaTenggara. Saat digrebek polisi(11/11-2005), pabrik itu memiliki stok 1,33 ton bahan bakuekstasi dan 138 kilogram sabusabu. Polisi sudah menetapkantiga tersangka; Ah Kwang,Wang Yi Meng (21), istri simpanan A Hua dan Rury Susanti(20). Mereka bersama barangbukti digelandang ke PoldaMetro Jaya. Sementara A Hua,Mr. Lou dan Mr. Chen menjadiburonan polisi.Herman juga mengungkapkan bahwa polisi sedang melacak sebuah indikasi lolosnya100 kilogram sabu-sabu olehjaringan Narkoba internasional yang sama. Sabu-sabuitu dibawa ke Surabaya lewatjalan darat, diangkut denganmobil dari tempat yang sama.Memberi komentar tentangpenangkapan tersebut, KapolriSutanto mengatakan itu menandakan bahwa Indonesiamenjadi surga bagi sindikat Narkobainternasional. Soalnya, di Indonesia vonishakim terhadap penjahat Narkoba, sangatringan. “Maka polisi meminta vonis yangberat sehingga pelakunya jera,” kataSutanto sebagaimana dikutip Kompas(31/8).Ah Kwang tinggal di Desa Tegal Angus,Teluk Naga, sejak 1996. Dia tidak pernahbergaul dengan warga, dan rumahnyadikelilingi pagar setinggi dua meter.Warga sempat mencurigai kegiatan AhKwang, kemudian melapor ke DPRDTangerang. Juli lalu, 10 anggota DPRDbersama tiga polisi, mendatangi tempatusahanya di Tegal Angus, tetapi diusir.Menurut polisi, Ah Kwang banting stirmenjadi anggota sindikat sabu-sabukarena bisnis terumbu karangnya bersama A Hua bangkrut.Untuk menangkap ketiga buronanNarkoba internasional—A Hua, Mr. Loudan Mr. Chen—Kapolda Metro Jaya IrjenAdang Firman telah melakukan pertemuan dengan agen-agen DEA Singapura dan Hong Kong serta agen CIA.Mereka juga menginterogasi Mr. Wong,bandar Narkoba internasional yang punyajaringan di Hong Kong, Singapura, Cina,Belanda dan Indonesia. Wong memberikesaksian bahwa jaringan Teluk Naga,pemain baru. SHR