Page 12 - Majalah Berita Indonesia Edisi 31
P. 12
12 BERITAINDONESIA, 15 Februari 2007BERITA TERDEPANTebar Pesona dan Cabut Mandat“Tebar pesona” tiba-tiba muncul sebagaikosa kata paling favorit. Ungkapan yangdilontarkan Megawati ini menggelindingibarat bola salju. Setelah tersentil kritikanMegawati, pemerintah tersentak oleh“pawai cabut mandat.”udah dua tahun Megawati, pemimpinpartai oposisi terbesar (PDIP), membisusoal kinerja dan perilaku pemerintahan pasangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres Jusuf Kalla.Belakangan dia gregetan, sehingga meluncur ucapan, “pemerintah lebih banyak menebar pesona ketimbang menebar karya.” Megawati mengeluarkan uneg-unegnya setelahmelihat kenyataan bahwa rakyat kecil bertambah susah. Namun gayung bersambut. Kritikdibalas kritik.“Apa yang mereka perbuatuntuk kesejahteraan?” kataPresiden Susilo yang lebihakrab dipanggil SBY. Dia meminta media massa melihatsiapa pemimpin yang sungguh-sungguh bekerja untukkesejahteraan rakyat, dan siapa yang hanya berpangku tangan, berkomentar sana-sini.SBY pernah satu kubu dengan Megawati di dalam Kabinet Gotong Royong. Megawatijadi presiden, SBY menjabatMenko Politik dan Keamanan.Tetapi mereka bersaing sengitdi dalam perebutan kursi presiden tahun 2004. SBY menang, Megawati kalah suaracukup telak. Sekarang, Megawati telah dikukuhkan olehpartainya menjadi calon presiden tahun 2009.Kritik pedas juga terlontardari Taufik Kiemas, suami Megawati, yang pernah menyebutSBY sebagai jenderal yang kekanak-kanakan. “Buat rakyat,tidur 24 jam sehari dan pergikeluar negeri nggak soal asalkan harga Sembako murah,”kata Taufik, tokoh sangat berpengaruh di PDIP. Seno, seorang pengeritik dari rakyatbiasa, sependapat. Menurutdia tidaklah salah mengeritikSBY, karena prestasinya tidakmeyakinkan. Di mata Seno,SBY dan para pembantunyahanya bisa tebar pesona.Sebenarnya bukan hanyapemerintah yang menebar pesona, tetapi juga MPR danDPD. Ketua MPR HidayatNurwahid yang paling awalmenebar pesona. Selesai dilantik, Hidayat menolak fasilitasmobil sedan mewah yang disediakan oleh negara, cukupmenggunakan Kijang pribadi.Namun langkah Hidayat tidakdiikuti oleh anggota MPR lainnya, termasuk PKS yang pernah dipimpinnya.Dalam dua tahun ini hampirtidak ada yang dilakukan olehMPR dan DPD. Para anggotanya hanya bisa menebar pesona, hidup enak menikmatifasilitas negara yang dikumpulkan dari hasil tetesan keringat rakyat. Rumusan draftamandemen kelima UUD 1945yang diajukan oleh KomisiKonstitusi sudah berbulanbulan tertahan di MPR.Mekanisme aspirasi masyarakat buntu. Ratusan massaberunjuk rasa (15/1), meneriakkan yel-yel “cabut mandatSBY.” Mereka membawa spanduk bergambar SBY-JK: Turun. Spanduk ini atas namaPanitia Persiapan Pembentukan Pemerintah Baru. Sedangkan kata Cabut Mandat ditulisdengan tinta merah. Di antararatusan pengunjuk rasa, tampak para tokoh, seperti Hariman Siregar, Sri Bintang Pamungkas, Sjahrir, MoeslimAbdurrahman, WS Rendradan Eggi Sudjana.SBY tersentak. Tetapi barumenjawabnya lima hari kemudian, pada acara peringatanHari Bangkit Kelima PartaiBintang Reformasi (21/1). KataSBY: “Demokrasi yang sedangtumbuh dan berkembang butuh kepatuhan pada konstitusidan kesabaran.” SBY tidakingin melihat seorang presidendijatuhkan setiap tahun. Dalam nada yang cukup hati-hati,SBY menambahkan menghalalkan segala cara untuk mencapai kekuasaan tanpa mempedulikan hukum, sangat berbahaya.Unjuk rasa berlangsung disaat SBY dan Ibu Ani masihberada di Sulawesi Utara danGorontalo, sepulang dari KTTASEAN di Cebu City, Filipina.Di Tomohon, SBY sempat berpose bersama keluarga korbanpesawat Adam Air. Sedangkandi Gorontalo, SBY turun kesawah, menanam padi bersamaGubernur Fadel Muhammad.Satu barisan dengan SBY,Haris Rusli Moti, anggota DPRmantan Ketua Umum PRD,menilai manuver politik GKIRtidak laku dijual. “Menjatuhkan presiden di tengah jalantanpa ada proses Pemilu yangdemokratis, merupakan langkah mundur,” kata Haris.GerahLantaran gerah dengan hujan kritik dan tekanan dari banyak pihak, SBY memintaMenko Polhukam Widodo ASdan Kepala BIN Syamsir Siregar mengumpulkan para jenderal purnawirawan yang dinilai kritis terhadap pemerintahnya. Pertemuan berlangsung (16/1) di Balai Sudirman,Jakarta, hanya sehari setelahaksi “cabut mandat.” Parajenderal pensiunan yang hadir,antara lain, mantan WapresTry Sutrisno, mantan KSADTyasno Sudarto, mantan KetuaMPR Kharis Suhud dan mantan KSAD Wismoyo Arismunandar. Sayang, SBY tidak hadir pada pertemuan tersebut.Tyasno menolak tudinganbahwa dia memimpin DewanRevolusi untuk menjatuhkanSBY, tetapi mengatakan bahwaunjuk rasa cabut mandat dansikap kritis para purnawirawan TNI membuat presidentersentil. “Karena itu, presidenmeminta dua petinggi (Widodo dan Syamsir) menemui kami,” kata Tyasno kepada pers.Syamsir mengungkapkanbahwa di dalam pertemuan tertutup itu para purnawirawanmenyorot, antara lain, beratnyabeban ekonomi yang ditanggung masyarakat, tebang pilihdi dalam pemberantasan korupsi dan para pejabat pemerintah yang tak becus. Tetapimereka tetap mendukung pemerintahan SBY sampai akhirmasa jabatan (2009).Ditanya tentang Dewan Revolusi yang disebut-sebut dipimpin Tyasno, Syamsir menjawab: “Saya bertanya apa benar Pak Tysno memimpin Dewan Revolusi? Kalau benarsaya akan minta polisi untukmenangkapnya.” Tetapi Tyasno membantah keras, menyebut dirinya hanya dimanfaatkan oleh orang lain. Juga PakTry membantah bahwa diamendukung pawai cabut mandat yang digalang Hariman,tokoh Malari 1974. Pak Tryhanya mengaku meminta DPRmemperingatkan pemerintahagar serius menangani permasalahan rakyat.Bantahan juga datang darimantan Capres Jenderal (Pur)Wiranto, lantaran dia dikaitkaitkan dengan pawai cabutmandat. Tentang Dewan Revolusi, Wiranto yang sekarang memimpin Partai Hanura, mengatakan tidak tahu menahu. SHSilustrasi: dendy