Page 41 - Majalah Berita Indonesia Edisi 31
P. 41
BERITAINDONESIA, 15 Februari 2007 41William SoeryadjayaTak Bisa “Lepas” dari AstraIa mendirikan raksasa otomotif PT AstraInternasional Inc tahun 1957, tetapi harusmelepasnya tahun 1993. Belasan tahunkemudian ia muncul di hadapan 1.000-antamu undangan perayaan pesta berlianpernikahannya dengan Lily Anwar.ejak Bank Summa dinyatakan kalah kliring, lalu dilikuidasioleh pemerintah Desember 1992, pendiri sekaligus pemilik induknyaPT Astra Internasional, William Soeryadjaya, secara gentlememasukkan dirinya sebagaijaminan pribadi untuk menyelesaikan seluruh kewajibanbank yang dipimpin oleh putrasulungnya, Edward Soeryadjaya. Sejak itu lepas sudah keterkaitan William denganAstra, perusahaan otomotifyang telah beranak pinak ketika itu.Pria yang biasa dipanggilOm William ini, berhasil membangun kerjasama ekonomiberdimensi luas dengan kaumnahdliyin yang tergabung dalam Nahdlatul Ulama (NU),dengan mendirikan bank perkreditan rakyat (BPR) tahun1989 diberi nama BPR NUSumma. Ia dengan legowomelepas kepemilikan sahamsahamnya di Astra demi mempertahankan reputasi sebagaipengusaha yang memiliki moral dan integritas tinggi.Pria kelahiran Majalengka,Jawa Barat 20 Desember1922 ini lantas surut darihiruk-pikuk peta perjalananbisnis otomotif Indonesia. Iamuncul di media massa sesekali saja. Hingga merayakan hari pernikahan ke-60dengan Lily Anwar, istri yangtelah memberinya empat orang anak, 10 cucu serta satucicit, ini di Hotel Grand MeliaJakarta pada 15 Januari2007, figur William dalampemberitaan media massarupanya masih identik dengan ketokohan yang tak bisadilepaskan dari sejarah Astra.Astra adalah entitas bisnisyang memang sungguh-sungguh dibangun William daribawah penuh pahit-getir. Seperti selama puluhan tahunsebelumnya, kali ini penampilan William tetap saja samamengenakan dasi kupu-kupu,sesuatu yang sudah menjadiciri khasnya.Pemilik nama asli Tjia KianLion, ini menikahi Lily Anwarseorang gadis yang supel danpandai bergaul di Bandungpada 15 Januari 1947. Keduanya berkenalan saat kota Parisvan Java itu sedang bergejolakdengan apa yang disebut “Bandung Lautan Api”. Lily sendiriwaktu itu sedang membantukakaknya, yang menjadi KetuaRegu Palang Merah untukmenolong korban perang. “Kami bertemu di Bandung sekitartahun 1943. Waktu itu, Lilyadalah anggota Chinese RedCross yang diketuai Om Dollar, ayah mertua dari RudiHartono (pebukutangkis,Red),” papar William kepadaSuara Pembaruan.Kegetiran hidup Williamsudah bermula sejak Oktober1934 saat ia kehilangan ayah,menyusul kemudian kehilangan ibu pada Desember 1934.Di usia 12 tahun ia lengkapsebagai yatim piatu, dan padausia 19 tahun putus sekolah. Dizaman Jepang, William yangsejak usia dini sudah berbakatmewarisi jiwa wiraswasta darisang ayah, mulai berdaganghasil bumi di wilayah kotaCirebon. Proses ini menempanya menjadi manusia baruyang ulet, cerdas, inovatif danpeka atas naluri dalam menitibisnis demi bisnis.Tak lebih dua minggu setelahmenikah, anak kedua dari enambersaudara ini pergi seorangdiri ke Belanda, mengikutikursus sambil berdagang. Menyusul kemudian istrinya datang hingga lahir anak pertamaEdward dan Edwin. Februari1949 mereka kembali, di Indonesia lahir kedua anak perempuannya Joyce dan Judith. DiJakarta ia mendirikan pabrikkulit, serta CV Sanggabuanabergerak di bidang perdagangan ekspor-impor.Oleh rekan bisnis, ia pernahtertipu hingga rugi jutaan DM.Tetapi bersama adiknya TjiaKian Tie, dan seorang temannya bernama kawan Lim PengHong, William pada tahun1957 mendirikan PT AstraInternasional Inc, awalnyabergerak memasarkan minuman ringan, mengekspor hasilbumi, hingga minyak serai. Iakemudian menggeluti otomotiftahun 1968, dengan memasukkan 800 unit truk Chevroletyang laris bak kacang goreng.Sejumlah keberuntunganmembuat bintang Williamsangat bersinar ketika itu.Seperti, kemunculannya tepatdi awal pemerintahan OrdeBaru yang giat melakukan program rehabilitasi besar-besaran demi menyukseskan pembangunan Repelita. “Truk sangat dibutuhkan waktu itu,hingga larisnya seperti pisanggoreng,” kenangnya. Demikianpula lonjakan kurs, dari Rp 141ke Rp 378 per dollar AS. “Bisadibayangkan berapa keuntungan kami,” katanya.Masa depan William selanjutnya mudah dikenali.Astra mulai merakit sendiritruk Chevrolet, mengageni danmerakit alat besar Komatsu,mobil Toyota dan Daihatsu,sepeda motor Honda, mengageni mesin fotokopi Xerox,hingga bergerak ke agrobisnis.Tiga belas tahun setelah didirikan, Astra sudah memiliki 72anak perusahaan, terus meroket ke akhir 1992 memilikikurang lebih 300 anak perusahaan bergerak di berbagaisektor termasuk keuangan, perbankan, perhotelan hingga properti. William bukan tipe pengusaha yang suka membusungkandada. Melainkan, bersyukuruntuk semua itu. “KeberhasilanAstra berkat kerja keras seluruhkaryawan dan rahmat Tuhan,bukan karena keberhasilan sayapribadi,” ucapnya. HT (DARIBERBAGAI SUMBER)SBERITA TOKOH