Page 21 - Majalah Berita Indonesia Edisi 32
P. 21
BERITAINDONESIA, 01 Maret 2007 21BERITA UTAMAKonsep Megapolitan JakartaBelajar dari amukan banjir, muncul pemikiran, Jakartatidak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri tanpaketerpaduan antar wilayah.erman bisa berkoordinasi dengannegara-negara tetangganya untuk mengatur Sungai Rhein,kenapa Jakarta tidak bisa mengatur Sungai Ciliwung, Citarum dan Cisadane dengan daerah-daerah tetangganya?Sibuk dengan dialog, diskusi, seminardan rapat koordinasi, lupa pada bagaimana mewujudkannya. Itulah nasib yangdialami konsep megapolitan Jakarta. Takada rotan akar pun jadi. Meskipun tidaklangsung menohok ke konsep Megapolitan, DPR sudah mengesahkan hasilrevisi UU Ibukota RI No. 34/1999 tentangKedudukan Ibukota Negara Jakarta. UUyang direvisi ini tentu tak sepenuhnyamenampung gagasan megapolitan versiGubernur Sutiyoso.Mereka yang terlibat tentu punyaangan-angan masing-masing bagaimanamenata, membangun dan mengelola wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.Apakah mengacu kepada ibukota negaranegara Eropa dan Amerika. Ataukah menerapkan konsep sendiri.Permasalahan di wilayah Jakartadan sekitarnya terkait dengan, misalnya, masalah lingkungan, kependudukan, infrastruktur dan transportasi.Semua masalah ini tidak bisa terlepasdengan wilayah belakang (hinterland),seperti Depok, Bogor, Bekasi danTangerang.Tadinya, untuk menyamakan persepsitentang megapolitan, Sutiyoso hanyaperlu berbicara secara bilateral denganGubernur Jawa Barat. Sekarang, dia harusjuga berbicara dengan Gubernur Banten.Bahkan, di era otonomi yang berbasiskabupaten dan kota, Sutiyoso harus jugamembuka dialog dengan bupati danwalikota Bekasi, Bogor, Depok dan Tangerang. Tentu ini pekerjaan rumah yangsemakin rumit bagi Sutiyoso.Berikut ini konsep megapolitan dalambenak Gubernur Sutiyoso.z Konsep megapolitan merupakan geliatlanjutan metropolitan yang tumbuhsangat cepat dan berdampak pada perubahan kawasan belakang di sekelilingnyamenjadi metropolitan-metropolitan baru.z Maka konsep megapolitan berlandaskan kesatuan wilayah yang lebih luas,mencakup dua atau lebih kawasan metropolitan di sekelilingnya. Kota-kotasatelit metropolitan sangat berkaitandengan kota megapolitan dalam begitubanyak aspek. Misalnya, transportasi,jaringan air bersih, energi dan listrik,telekom, lingkungan, kawasan hulu danhilir aliran sungai, kegiatan ekonomi danbisnis, bahkan dari aspek keamanan.z Karakteristik megapolitan; jumlahpenduduk kota inti (Jakarta) lebih dari 1juta, sedangkan kota-kota di sekelilingnyaberkisar antara 50.000 sampai 1 juta jiwa,sehingga secara keseluruhan mencapailebih dari 10 juta jiwa. Semua keterkaitanini dapat dilihat, baik dari kondisi nyatayang ada pada saat ini maupun dari sisiproyeksi pertumbuhan wilayah-wilayahtersebut di masa datang.z Dengan kriteria ini, maka DKI Jakartasejak tahun 1970-an telah berkembangmenjadi kota metropolitan, memacupertumbuhan wilayah hinterland (Bodetabek) menjadi kota-kota metropolitandan mikropolitan baru. Gabungan jumlahpenduduk Jakarta dengan daerah-daerahsekitarnya: Bogor, Depok, Tangerang,Bekasi dan Cianjur (BODETABEKJUR)telah melebihi 10 juta jiwa, sehinggakawasan ini sudah dapat dikategorikansebagai kawasan kota megapolitan.z Dalam kaitan dengan konsep megapolitan, maka hubungan antara Jakartadan wilayah sekitarnya, semestinya berlaku seperti kota-kota megapolitan lainnya di negara-negara maju. Misalnya, diAmerika Serikat, ada 10 kota megapolitanyang menerapkan konsep ini.z Dasar hukum konsep megapolitantersebut mengacu pada Undang-UndangNomor 34/1999 yang sudah direvisi dandisahkan oleh DPR. Juga UU Nomor 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah.z Konsep megapolitan juga sejalandengan Peraturan Pemerintah (PP) No.47/1997 tentang Tata Ruang WilayahNasional yang menggolongkan kawasanJakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasidan kawasan Bogor-Puncak-Cianjur sebagai kawasan yang memerlukan penanganan khusus.z Berdasarkan amanat Undang-Undangdan Peraturan Pemerintah tersebut, makaperlu segera mewujudkan pembentukankawasan megapolitan yang mencakupDKI Jakarta dan kawasan BODETABEKJUR. DEN, SHJGeliat Jakarta menuju kota megapolitan. foto: berindo wilson