Page 12 - Majalah Berita Indonesia Edisi 33
P. 12


                                    12 BERITAINDONESIA, 15 Maret 2007BERITA TERDEPANBanjir Ujian Akhir SutiyosoGubernur Sutiyoso berpacu dengan waktu. Banyakpekerjaan rumah yang ia tinggalkan untuk penggantinya.Banjir Kanal Timur dan jaringan transportasi masihseperempat jalan. Sampah, penyakit diare dan DBD,mencoreng kening calon kota megapolitan Jakarta.barat musim panas setahun yangdisiram hujan sehari, begitulahperibahasa yang berlaku untukSutiyoso. Banjir dahsyat yang melanda hampir 60 persen wilayah Jakarta,awal Februari, seakan menghapus semuajerih payah dan karir yang dibangunnyaselama 10 tahun. Sutiyoso, mungkin, takmenyangka, banjir akan menghapus jejaksuksesnya yang dijadikan modal untukmelangkah lebih jauh dalam karir politiknya. Padahal masa jabatannya akan berakhir dalam hitungan bulan.Banjir telah membawa “malapetaka”,bukan hanya untuk karir politik Sutiyoso,tetapi juga buat sebagian besar wargaJakarta. Banjir merusak puluhan riburumah, gedung sekolah, toko dan fasilitasumum. Ratusan ribu warga jatuh miskin,sebagian masih merana di tenda-tendapengungsian.Banjir juga menyisakan lumpur, airkotor dan sampah yang masih berserakandi banyak tempat. Bagi warga miskin,banjir telah mengundang berbagai penyakit, seperti leptospirosis, demam berdarah dengue dan diare. Dua jenis penyakit terakhir menyerang ribuan warga, terutama anak-anak, sehingga rumah sakitumum daerah - Budhi Asih, Tarakan danKoja - dibanjiri pasien. Ribuan pasienmemenuhi kamar dan lorong RSUD.Merespon kedua penyakit ini, Sutiyosobereaksi cepat dan tangkas menyatakannya sebagai kejadian luar biasa (KLB).Konsekuensinya, seluruh proses pengobatannya dilakukan secara cuma-cuma.Artinya, para pasien dibebaskan daribiaya-biaya UGD, tes darah, obat, pelayanan dokter, perawat dan kamar. Sebabsemuanya dikompensasi oleh pemerintahDKI Jakarta lewat APBD.Namun aparat RSUD BA memungutbiaya pada keluarga pasien DBD. Padahalmenurut ketentuan, bilamana hasil tesdarah pasien positif DBD, ia seharusnyadibebaskan dari semua biaya. Pasien yangmasuk ke RSUD BA Kamis (15/2), harusmembayar biaya pendaftaran, UGD dantes darah. Pada hari berikutnya, orangtuanya harus membeli cairan infus danobat serta membayar ongkos tes darahdua kali sehari. Hari kelima (Senin, 19/2), pasien tersebut diperbolehkan pulang.Orang tuanya harus membayar biayaperawatan dan biaya-biaya lainnya,meskipun diberi sedikit keringanan.Mungkin pembayaran seperti ini jugadikenakan kepada pasien-pasien lainnya.Pascabanjir awal Februari, RSUD BAmenampung ribuan pasien DBD dandiare.Penyakit pasca banjir masih mengganas. RSUD Tarakan, Jakarta Barat,sampai 18 Februari, merawat 400 pasiendiare, kebanyakan bayi. Sampai 21Februari, para pasien yang dirawat RSUDtersebut, sebanyak 11 pasien meninggal;enam kasus DBD, empat kasus diare dansatu kasus leptospirosis. Sedangkansampai 11 Februari, di Jakarta terdata3.066 pasien DBD, meninggal 10 orang.SampahGunungan sampah yang ditinggalkanbanjir masih berserakan di banyak tempat, seperti Kalibata, Kampung Melayu,Bukit Duri, Tanah Abang dan MuaraAngke. Pemerintah DKI yang harusmembersihkan timbunan sampah warga,juga mendapat sampah kiriman air bahKali Ciliwung yang pekat dengan lumpur.Sampah-sampah ini sudah membusukdan menyebarkan bau tak sedap.Satgas Banjir DKI, membuang sampahsampah itu di Jalan Alternatif Jonggol,Desa Jonggol, Kabupaten Bogor, lebih kurang 150 kilometer selatan Jakarta. Wargasetempat protes, karena tumpukan sampah menyebarkan bau busuk. Minggumalam (19/2) lalu, Satgas Banjir DKImengambilnya kembali. Sampah-sampahitu dibersihkan dengan satu alat berat,diangkut ke TPA Bantargebang, Bekasi,dengan lima truk sampah. Pemda DKImembayar sewa kepada Pemda Bekasi,dihitung per truk sampah.Masalah sampah membuat Sutiyosopusing tujuh keliling. TPA Bojong Gede,Bogor, yang dibangun Sutiyoso untukmemproses sampah-sampah yang dihasilkan warganya, sampai saat ini masihditutup lantaran protes dari masyarakatsetempat.KampanyeTak ayal lagi, para pengungsi korbanbanjir, saat ini dibanjiri kampanye, terselubung atau terbuka, yang datang dari petinggi negara, pimpinan partai politik ataucalon gubernur DKI Jakarta. Padahalpada puncak prahara banjir, para korbanharus bergulat sendiri untuk menghadapiamukan banjir.Para elit itu rajin mengunjungi parakorban banjir sembari membawa bingkisan. Ada juga calon gubernur yang membawa serta artis untuk menghibur parapengungsi, menyumbang Sembako danpengobatan gratis.Rombongan Taufik Kiemas, suamimantan Presiden Megawati, lain lagicaranya. Memimpin bakti sosial PDIP,Taufik membawa serta beras untuk dijualmurah kepada para korban banjir, seharga Rp 3.000, hanya 5 kilogram setiapkeluarga. Sedangkan harga beras operasipasar Bulog Rp 3.700/kg. Selain menjualberas murah, PDIP tersebut juga melakukan pengasapan, pengobatan dan penyulingan air bersih secara cuma-cuma.Lain lagi cara yang ditempuh oleh istriWakil Presiden Hj. Mufidah Jusuf Kalladan rombongannya. Mereka mengunjungipara pasien penyakit pascabanjir di RSUDJakarta. Bingkisan yang mereka bawauntuk para pasien DBD dan diare berupapakaian dan selimut.RehabibilitasiPemerintah pusat lewat Ditjen BinaMarga Departemen Pekerjaan Umummenganggarkan dana Rp 240 miliaruntuk memperbaiki jalan dan jembatan diJakarta yang rusak akibat banjir. Anggaran tersebut, menurut Dirjen BinaMarga Hendrianto Notosoegondo, hanyauntuk membiayai program rehabilitasijangka pendek. Selain itu, pemerintahmempercepat pembangunan BKT, menormalisasi 14 sungai di Jakarta, renovasipintu air dan penataan 133 situ.Banjir telah menyadarkan Sutiyosoyang segera meninggalkan kursi gubernurnya, bahwa ia mewariskan Jakartayang rapuh, terutama menyangkut ancaman banjir dan kesemrawutan lalulintas.Selama 10 tahun menjabat, Sutiyosomalah menyisakan setumpuk pekerjaanrumah bagi penggantinya. „ SHIilustrasi: dendy
                                
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16