Page 50 - Majalah Berita Indonesia Edisi 38
P. 50


                                    50 BERITAINDONESIA, 24 Mei 2007BERITA EKONOMIKomitmen Produsen Minyak Goreng Menstabilisasi HargaSukarela atau “Sukarela”Para produsen CPO berkomitmen secarasukarela menstabilisasi harga minyakgoreng. Namun setelah menggelarsejumlah operasi pasar, harga minyakgoreng tidak kunjung turun. Benarkah paraprodusen itu sukarela atau sekadar“Sukarela”.idak diketahui persis, mengapa minyak goreng mengalami kelangkaanluar biasa sejak minggu terakhir April. Sebelumnya, kelangkaan itu dipicu karenaarus ekspor yang meningkat,seiring dengan menguatnyapermintaan pasar global terhadap crued falm oil (CPO).Menjawab persoalan itu,pemerintah segera mengambillangkah-langkah stabilisasipasokan dalam negeri denganmenggalang komitmen produsen minyak goreng untukmenambah pasokan dalamnegeri. “Produsen CPO danminyak goreng sudah menyampaikan komitmennya untuk menjaga stabilitas pasardalam negeri. Mereka maumengorbankan margin keuntungannya sehingga minyakgoreng bisa dilepas denganharga murah di tingkat pengecer,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) FahmiIdris di Jakarta, Selasa (1/5).Tidak perlu dijelaskan mengapa ada semacam “itikatbaik” dari para produsen CPOdan minyak goreng menambah pasokan dalam negeri.Bahkan komitmen itu disebutsebagai sebuah kesepakatan“sukarela” antara pemerintahdengan produsen CPO danminyak goreng.Sedemikian “sukarelanya”para produsen CPO dan minyak goreng itu, mereka tidakhanya dengan sukarela memangkas keuntungan, sebagaimana yang diungkapkan Menperin Fahmi Idris, tetapi jugadengan sukarela menggelaroperasi Pasar (OP) minyakgoreng di berbagai tempat.Namun jika dicermati lebihjauh “itikat baik” dan “kesukarelaan” itu berkaitan erat dengan ancaman Wakil PresidenJusuf Kalla untuk meningkatkan Pungutan Ekspor (PE)guna membatasi ekspor CPOsekaligus mendorong peningkatan pasokan dalam negeri.Konon, pemerintah akan meningkatkan PE dari sebesar1,5% menjadi 3% dari hargajual CPO.Hal itu dikemukakan JusufKalla setelah menerima Pelaksana Harian GabunganPengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Derom Bangundi Kantor Wakil Presiden,Selasa (1/5). Para produsensudah pasti sangat memahami,jika wakil presiden itu sampaimerealisasikan ancamannya,maka kerugian besar sudahmenanti mereka.Secara umum, jika pemerintah memutuskan peningkatanPE, akan serta merta memukuldaya saing ekpor CPO Indonesia di pasar luar negeri, dibanding produk CPO dari Malaysiamisalnya. Di sisi lain, peningkatan PE juga akan membuatmarjin keuntungan produsenCPO kian mengecil, bahkanterancam merugi. Sebab, jikatidak diekspor, maka total produksi dalam negeri yang sebesar 16,5 juta ton CPO tidakakan terserap di dalam negeri,yang hanya 3,8 juta ton?Yang menjadi pernyataan,apakah para produsen CPOdan minyak goreng itu benarbenar sukarela menurunkanvolume ekspor mereka danmenambah pasokan dalamnegeri? Ataukah hal itu hanya“kesukarelaan” untuk sekadarmenghindari ancaman WakilPresiden Jusuf Kalla?Teka teki ini sebenarnyadijawab sendiri oleh pasar.Berdasarkan komitmen sukarela antara pemerintah denganprodusen CPO dan minyakgoreng pada 1 Mei lalu, telahdicapai kesepakatan sasaranharga Rp 6.500-Rp 6.800 perkg pada tingkat pengecer.Akan tetapi, walaupun operasipasar minyak goreng telahberlangsung lebih dari seminggu, ternyata tidak efektifmenurunkan harga di tingkatpengecer. Menurut beberapapedagang yang ditemui BeritaIndonesia di sejumlah tempat,harga minyak goreng curahhingga pertengahan minggukedua Mei masih berkisar Rp8.000 per kg.Dan ironisnya, kenaikanharga minyak goreng, justrumemicu kenaikan harga komoditi-komoditi lain. “Biasanya, kalau harga minyak goreng naik, harga ikan, telur, sayur, dan beberapa jenis barangselalu ikut-ikutan naik,” kataWati yang membuka WarungTegal (Warteg) di Stasiun Tebet sembari mengakui bahwaia terpaksa menaikkan hargamakanan kepada pelanggannya.Bertitik tolak dari realitaspasar yang masih menunjukkan harga minyak goreng yangtinggi, kiranya wajar dipertanyakan apakah komitmenprodusen minyak goreng menstabilisasi harga sukarela atau“sukarela”. „ MHTOperasi pasar tidak secara efektif menurunkan harga di tingkat pengecer.foto: berindo wilson
                                
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54