Page 51 - Majalah Berita Indonesia Edisi 38
P. 51
BERITAINDONESIA, 24 Mei 2007 51BERITA EKONOMIGratifikasi Bulogdan Disinsentif PetaniPertanyaan besar di balik kasus Tindak Pidana Gratifikasi(TPG) mantan Dirut Perum Bulog Widjanarko Puspoyo,sejauh mana rente yang diperoleh itu mempengaruhikebijakan perberasan nasional?inerja perekonomian sepanjang Maret 2007 diwarnaideflasi sebesar 0.16%. Demikian pengumuman bulananBadan Pusat Statistik (BPS), Selasa (1/5).Kepala BPS Rusman Heriawan mengungkapkan, fenomena deflasi yang terjadi pada Maret 2007 tersebut dipicu harga berasyang menurun. Selama Maret 2007, kelompok bahan makanan mengalamideflasi sebesar 1.30%.Penurunan harga beras, yang kemudianmemicu deflasi, menjadi pertanda besarnya dampak beras terhadap kinerja perekonomian nasional. Contoh lain dapatdilihat dari tren harga beras yang melambung pada Desember 2006, secara langsung mendorong inflasi sebesar 3.12% pada kelompok bahan pangan dan menghasilkan laju inflasi bulanan sebesar 1,21%.Dari uraian di atas, terlihat jelas betapakuatnya komponen beras mempengaruhikinerja perekonomian nasional. Sekecil apapun perubahan harga yang terjadi padakomoditi ini, akan berdampak besar meningkatkan atau menurunkan laju inflasi.Dan sebagaimana diketahui, laju inflasimenjadi salah satu parameter dalam mengukur kinerja perekonomian suatu negara.Tentunya yang dibutuhkan adalah stabilitas harga. Hal ini berkaitan erat denganpasokan (supply) yang harus seimbangdengan kebutuhan (demand). Dengantercapainya keseimbangan, komponenbahan pangan dan lebih khusus lagi komoditi beras, tidak menciptakan tekananyang berlebihan terhadap inflasi. Kondisiseperti ini berdampak positif mendukungkinerja perekonomian secara nasional.Yang menjadi persoalan, keseimbanganantara pasokan dan kebutuhan berashampir tidak pernah tercapai. Kalau tidakberlebihan, selalu mengalami kekurangan.Pada musim paceklik, terjadi kelangkaanberas dan mendorong terjadinya kenaikanharga-harga, serta memicu kenaikaninflasi. Sebaliknya, saat musim panen hargaberas turun hingga memicu deflasi, sebagaimana yang terjadi pada Maret lalu.Tentu ada yang salah dalam hal ini. Mengapa pasokan dan harga beras tidak dapat dikontrol sedemikian rupa, sehingga tidak menjadi jebakan pada kinerja ekonomimakro? Jika bertitik tolak pada kewenangan Badan Urusan Logistik (Bulog) sebagaimana yang diamanatkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2003 tentang Perusahaan Umum Bulog, bukankah stabilitassuplai dan harga beras bisa diwujudkan?Pada Pasal 6 ayat 2 poin 2 PP Nomor 7Tahun 2003 tersebut menyebutkan maksud pendirian Bulog, agar dalam hal tertentu melaksanakan tugas-tugas yangdiberikan Pemerintah dalam pengamananharga pangan pokok, pengelolaan cadangan pangan Pemerintah dan distribusipangan pokok kepada golonganmasyarakat tertentu, khususnya panganpokok beras dan pangan pokok lainnyayang ditetapkan oleh Pemerintah dalamrangka ketahanan pangan.Apakah dugaan Tindak Pidana Gratifikasi (TPG) yang dituduhkan pada mantan Direktur Utama Bulog WidjanarkoPuspoyo sebesar 1,555 juta dolar AS dariVietnam Food telah membuat Bulog kehilangan kewenangannya? Persoalan inilahyang tercecer di tengah-tengah hirukpikuk pemberitaan tentang Bulog pascapenangkapan Widjanarko Puspoyo.Yang menjadi pertanyaan, sejauh manakebijakan dan kinerja Perum Bulogmenstabilkan pasokan dan harga beras?Sejauh mana keberpihakannya pada petani padi? Kenyataannya, imej PerumBulog di mata masyarakat, lebih menonjolsebagai importir beras dari Vietnam,Thailand, atau Birma. Sementara perananlain, sebagai institusi pengamanan hargapangan pokok, tidak terlihat menonjol,bahkan kalau tidak mau disebut tidakdilaksanakan secara serius.Buktinya, walaupun pemerintah telahmenetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) terhadap beras petani, namunsetiap musim panen, harga gabah maupunberas hampir dipastikan selalu anjlok. Inimerupakan refleksi kinerja Bulog yangtidak pro petani. Sebaliknya, setiap musimpaceklik, Perum Bulog selalu sibuk menghitung volume impor beras. Benarkah halitu lebih didorong karena mengejarkeuntungan semata, di samping fee berjumlah puluhan miliar rupiah yang diterima pimpinan Perum Bulog.Terungkapnya sejumlah kasus korupsidan gratifikasi yang melibatkan Mantan Dirut Perum Bulog Widjanarko Puspoyo, diharapkan menjadi pelajaran berharga bagi Direktur Utama Bulog yang baru, Mustafa Abubakar. Besarnya volume imporberas, rendahnya volume produksi berasnasional, rendahnya kesejahteraan petani,dan penurunan gairah petani membudidayakan padi, sedikit banyak dipengaruhikinerja bulog yang memburu rente.Oleh karena itu, kebijakan-kebijakanPerum Bulog ke depan harus terarah padaupaya mendorong kesejahteraan petanimelalui stabilitas harga jual produksipertanian mereka. Perburuan rente yangdilakukan Perum Bulog selama ini telahmemicu disinsentif bagi para petani dalammeningkatkan produktivitasnya. Alhasil,produksi padi nasional terus menurun padasatu sisi dan pada sisi yang lain mendorongpeningkatan volume impor beras.Janji Mustafa Abubakar mereformasiPerum Bulog akan dapat dilihat secarafaktual, baik melalui stabilitas harga berasdi tingkat konsumen maupun harga jualdi tingkat petani, sesuai dengan HPPpemerintah. MHKKenaikan harga beras sekecil apa pun akan berdampak meningkatnya laju inflasi.foto: berindo wilson