Page 13 - Majalah Berita Indonesia Edisi 39
P. 13
BERITAINDONESIA, 07 Juni 2007 13V ISIBERITAi tengah krisis karya monumental bangsa di era modernini, tak ada salahnya menengok ke belakang, merenung sejenak, bahwa nenek moyang kitatelah mengerjakan dan mewariskankarya monumental, seperti Candi Borobudur, yang diakui sebagai salah satukeajaiban dunia.Dalam wujud lain, Raja Purnawarman, penguasa Kerajaan Tarumanegara,pada abad kelima Masehi sudah menerapkan manajemen air dan pengendalian banjir yang terencana dan berjangka sangat jauh ke depan. Menurutcatatan sejarah, Raja Purnawarman, dengan peralatan yangsangat sederhana, mampu membangun kanal, kemudianmenjadi sungai, sepanjang 11 kilometer hanya dalam tempo21 hari. Artinya, setiap satu hari diselesaikan 550 meter kanal.Kanal itu kemudian diberi nama—Sungai Candra Bagasasi.Peninggalan sejarah itu, sekarang bernama Kali Cakung,membelah kawasan Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.Jadi, dilihat dari perspektif sejarah, Tirta Sangga Jaya (TSJ)boleh dibilang bukanlah sesuatu yang terlalu besar, karenanenek moyang kita sudah mengerjakannya 1.507 tahun laludengan peralatan yang sangat sederhana. TSJ atau sabukkanal penyangga Ibukota Negara Jakarta, merupakangagasan tentang tatakelola air secara holistik, yaitu mengamankan pasokan air baku dan mengendalikan arus air liardari empat sungai besar—Cisadane di barat, Ciliwung ditengah, Bekasi dan Citarum di timur—yang setiap tahunmengancam Jakarta dengan amukan banjir kiriman.Lewat konsep tersebut, 13 sungai sebelum masuk keJakarta, dipotong oleh TSJ yang berbentuk huruf U. Pusatkendali waduk reservoir bisa dibangun di Cibinong, Bogor,Jawa Barat. Air kiriman sungai-sungai Ciliwung, Cisadane,Bekasi dan Citarum, ditampung di waduk Cibinong danwaduk-waduk persimpangan antara sungai-sungai tersebutdan kanal TSJ. Air kanal dan waduk-waduk itu dimanfaatkanjuga untuk memasok kebutuhan air baku yang bermutu bagiwarga Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang danBekasi). Juga untuk keperluan industri perhotelan, apartemendan perkantoran, sekaligus mencegah eksploitasi air tanahsecara besar-besaran.TSJ dengan kanal selebar 100 meter dan sepanjang lebihkurang 200 kilometer, membentang membentuk huruf U dariCibinong ke Muara Mauk, Tangerang di sebelah barat, dandari Cibinong menuju Muara Jaya, di sebelah timur. Gagasanini lahir dari “Mimpi untuk Jakarta” Syaykh AS PanjiGumilang, pucuk pimpinan Lembaga Pendidikan Al-Zaytun.TSJ juga bisa berfungsi sebagai jaringan irigasi, pembangkitlistrik tenaga air, pariwisata, dan prasarana angkutan sungai,baik angkutan penumpang maupun barang.Yang jadi pertanyaan, bisakah mimpi atau gagasan ituterwujud sebagai kenyataan? Sebab, pembangunan proyekTSJ yang monumental dan spektakuler, membutuhkan biayayang sangat mahal, menurut perkiraan Syaykh sekitar Rp 900triliun. Namun menurut Syaykh, dana sebesar itu bisadiperoleh secara bertahap apabila dipikul bersama olehmasyarakat Indonesia yang berkemampuan secara ekonomi.Artinya, pemerintah bisa menjual surat utang negara (SUN)atau obligasi berjangka tidak terlalu lamakepada publik.Soalnya, TSJ diharapkan bisa memberikan return (penghasilan) begitupembangunannya selesai dalam tempo 8tahun (tahun 2015). Penghasilan TSJdiperoleh dari pasokan air baku bermutupada perusahaan-perusahaan daerah airminum, perhotelan, perkantoran danapartemen. Juga dari PLTA, angkutanair, angkutan jalan tol dan pariwisata.Raja Purnawarman saja bisa membuatsungai dengan peralatan sangat sederhana. Tentu di era kemajuan ini, puteraputera terbaik bangsa, dengan teknologidan peralatan modern, akan mampu membuat waduk, reservoir, jalan tol dan jembatan.Persoalannya apakah pemerintah punya political will(kemauan politik) untuk mengatasi persoalan-persoalan fundamental yang dihadapi Ibukota Negara (Jakarta) secaraholistik dan berjangka panjang. Bukan semata-mata pengendalian banjir, tetapi juga penyediaan pasokan air baku bermutu,penghentian ekspolitasi air tanah, penataan kembali tata ruangdan pemeliharaan keseimbangan lingkungan Jakarta.Jika masalah Jakarta ditangani secara parsial, misalnyamembangun terowongan air bawah tanah (deep tunnel), situ,resapan air dan sumur injeksi air, maka tak akan menyelesaikan masalah secara menyeluruh. Jakarta takkan pernahmemiliki pasokan air baku yang bermutu. Air baku kali-kaliJakarta dijejali pencemaran yang sangat serius. Sebab airbaku Kali Ciliwung dan kali-kali lainnya, pada musim hujanpenuh lumpur, dan hitam pekat pada musim kemarau.Kalau hanya berkutat di dalam, maka krisis air di IbukotaNegara Jakarta, takkan pernah selesai. Sebaliknya, air sungaisungai itu akan semakin kotor dan tercemar. Padahal manusiasangat membutuhkan sekitar 70% pasokan air bersih untukkehidupannya sehari-hari.Jika kebutuhan air Jakarta tidak ditangani secara terencanadan terarah mulai sekarang, maka dalam tempo tiga atauempat tahun ke depan, Ibukota Negara ini, akan mengalamikrisis air bersih yang sangat serius. Sebab sekarang saja,intrusi air laut sudah sampai ke kawasan Harmoni, JakartaPusat, dan Tomang, Jakarta Barat. Lambat laun, wargaJakarta yang bermukim di kawasan barat, pusat, timur danselatan, akan menghadapi kesulitan air seperti yang sudahlama dialami oleh saudara-saudara mereka di kawasan utara.Kapan lagi Jakarta memiliki sungai-sungai yang mengalirkan air yang jernih dan sehat, seperti kota-kota besar dunialainnya? Bagaimanakah nasib Program Kali Bersih (Prokasih)Jakarta? Kapankah Jakarta akan bebas dari banjir kiriman?Semua pertanyaan tersebut hanya akan terjawab denganmembangun TSJ. Bukan mengutak-atik Banjir Kanal Baratatau Banjir Kanal Timur. Persoalan pasokan dan pengendalian air di Jakarta, tidak bisa ditangani dari bagian tengah atauhilir, sebab sumbernya ada di hulu. Karena itu, TSJ akanmelindungi Jakarta dari punggung dan lengan, sesuatu yangsangat ideal, meskipun harganya mahal.Krisis air Jakarta hanya bisa diatasi dengan perencanaan danmanajemen air yang menyeluruh dan berjangka jauh ke depan.Kuncinya, mari kita mulai berpikir untuk mewujudkan “Mimpiuntuk Jakarta” melalui proyek monumental Tirta Sangga Jaya. Tirta Sangga JayaDilustrasi: dendy