Page 17 - Majalah Berita Indonesia Edisi 39
P. 17


                                    BERITAINDONESIA, 07 Juni 2007 17BERITA UTAMAtanah. Pendapat senada juga dipaparkanoleh Yayat Supriatna. Menurut Yayat,baik di hilir maupun di hulu, ruangterbuka hijau (RTH) terus saja mengalami penyusutan. Bahkan di Bogor, target penyediaan RTH sudah direvisi darisebelumnya 40 persen menjadi hanya 10persen. Ruang terbuka hijau dialihkanmenjadi kawasan komersil, seperti pembangunan vila-vila di kawasan Puncak,dengan tujuan sempit mendatangkanpendapatan asli daerah.Irfan Maksum termasuk sependapatdengan Syaykh Panji Gumilang tentangperlunya dibentuk semacam badan otoritadi tingkat nasional dengan kewenanganpenuh untuk mengelola kawasan TSJ.Alasannya, persoalan banjir melintasiberbagai wilayah administrasi pemerintahan, sehingga diperlukan badankhusus yang mengelolanya secara menyeluruh tanpa harus disekat oleh batasteritori pemerintahan.Paulus Wirutomo menyatakan pentingperubahan paradigma penyelesaian persoalan banjir Jakarta, dengan mengajukan visi educating city, yang bermaknakota mencerdaskan warganya. Kata Paulus, diperlukan komitmen pemerintahuntuk memberikan informasi dan pendidikan kepada publik tentang permasalahan sesungguhnya dari banjir yang terjadihampir setiap tahun. Tujuannya, masyarakat dapat melakukan penilaiansecara tepat dan proporsional, sehinggadapat mengambil peran aktif dalamupanya penanggulangannya.Menyalahkan AlamMelatari idenya, Tirta Sangga Jaya,Syaykh menjelaskan, 73 tahun yang lalupemerintah Hindia Belanda sudah berusaha menertibkan Jakarta. KataSyaykh, yang namanya Banjir KanalBarat, dikenal dengan Kalideres, tadinyasungai tersebut mengalir lambat, lalusetelah ditertibkan menjadi deras. Padajaman itu, Belanda membaca Jakartadengan mengadakan sodetan sungaisebelah barat.Bahkan sebelumnya, tahun 1887, Belanda sudah memikirkan harus adapenampungan air kiriman dari daerahsekitar Jakarta. Maka di ujung Bogordibangun bendungan Katulampa. Asalmula nama Katulampa adalah namasebuah kampung, identik dengan namaseekor binatang yang berjalan tanpahenti, bernyanyi siang malam, dan terusmencari terobosan. Bendungan Katulampa dibuat tahun 1887, diresmikantahun 1911, lalu disambung pembangunanBKB.Setelah merdeka, bangsa Indonesialengah menata air. Akhirnya semuadaerah mengalami banjir bandang. Tetapisemua orang di Jakarta malah menyalahkan alam. Banyak orang mengatakanbanjir sebagai fenomena alam, siklustahunan atau lima tahunan. Padahal, kataSyaykh, sebetulnya dari dulu alam tidakpernah butuh Jakarta, tidak pernah butuhAl-Zaytun, tidak pernah butuh Mekkah,sebab itulah alam.“Kalau roda alam semesta bergeraktidak kenal yang namanya Mekkah,Madinah, Roma apalagi Jakarta. Semua bisa digilas oleh alam,” kataSyaykh.Dia menyebut banjir yang melandaJakarta Februari 2007, bukan fenomenaalam, tetapi fenomena kebodohan bangsa. “Dengarkan orang Jakarta, ini kebodohan bangsa. Kok menyalahkanalam, sebab alam tidak salah, dan tidakpernah butuh manusia, tetapi manusialah yang butuh alam, maka itu harusdijaga,” kata Syaykh, penggagas TirtaSangga Jaya sebagai solusi holistikmengatasi banjir Jakarta. „ HT, SHSyaykh DR. AS Panji Gumilang Marwan Batubara Hidayat NurwahidPemerintah harus menyediakan tempat sampah yang memadai.
                                
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21