Page 19 - Majalah Berita Indonesia Edisi 39
P. 19


                                    BERITAINDONESIA, 07 Juni 2007 19BERITA UTAMAHidupcerita kalau banjir awalFebruari 2007 lalu sebagaibanjir yang membuat masyarakat benar-benar menderita.Di wilayah mereka yang jugadikenal dengan Kampung Melayu Kecil, terjangan banjirsudah merupakan bagian darikeseharian mereka. Tiba-tibasaja, air sudah menggenangirumah mereka, karena SungaiCiliwung meluap akibat banjirkiriman dari hulu.“Kalau menggenang 50 cmsampai 1 meter saja, bukanbanjir namanya. Genangan setinggi itu bisa muncul kapansaja. Jadi sudah kejadian sehari-hari dan masyarakatmenjadi terbiasa,” kata Endang Suherman (35), staf RT03 sembari menjelaskan bahwa kawasan pemukimannyaterlandai di kawasan Kampung Pulo.Ia menambahkan banjir kemarin (awal Februari 2007)benar-benar dirasakan wargasebagai banjir sungguhan.Endang Suherman yang lahirdan besar di RT 03, mengakubaru pertama kali merasakansiksaan banjir yang sedemikian parah, “Seumur-umursaya belum pernah merasakanbanjir separah itu,” katanya.Ketika disinggung gagasanTirta Sangga Jaya, baik Endang Suherman maupun Heri,mengakuinya sebagai gagasanyang layak diperjuangkan untuk mencegah banjir sepertiyang terjadi Febuari.“Agar tau aja mas, rumahwarga di sini baru benar-benarkering setelah tiga bulan. Lumpurnya saja satu meter tingginya,” kata Endang Suhermansembari menjelaskan bahwapenderitaan pasca banjir yangmereka alami luput dari pemberitaan media massa.Bagi warga Jakarta yangtinggal di bantaran Kali Ciliwung, bebas banjir benar-benar sebuah barang mewah.Penderitaan mereka selamapuluhan tahun diterjang banjir bandang dan lumpur, sudahdikenal luas hingga ke mancanegara. Bahkan dengan penderitaan berkepanjangan itupula, warga bantaran Kali Ciliwung mendapat kunjungandari pesohor paling top, baikdari dalam negeri maupunmancanegara.Beberapa presiden, dutabesar negara-negara sahabat,petinggi PBB maupun pimpinan Bank Dunia, sudah mengunjungi daerah ini. Beberapa presiden RI pun sudahbolak-balik mengunjungi mereka. Demikian juga denganbeberapa tokoh dunia, bahkantidak tanggung-tanggung, ibunegara Amerika Serikat HillaryClinton (saat itu) pun sudahmengunjungi daerah ini padatahun 1990-an.Akan tetapi, setelah semuaitu berlalu, nasib warga bantaran Kali Ciliwung tetap tidakberubah. Hingga kini, harapanmereka menempati bantarankali tanpa diusik banjir, ternyata masih ada. Harapan inipun telah mereka tunggu selama puluhan tahun. Bahkan,bagi sebagian warga, penantian itu sudah menjadi impiansepanjang masa.Kiranya tidaklah berlebihanjika gagasan Tirta Sangga Jaya,seperti menguatkan kembaliharapan mereka untuk mendapatkan pemukiman bebasbanjir. Dengan gagasan TirtaSangga Jaya, cita-cita lamamereka, mungkin saja masihbisa saja diwujudkan.Menjawab Impian“Mungkin nggak ini dilaksanakan? Masih lama kali iniya? Sepertinya, ini programjangka panjang,” tukas merekaketika melihat denah gagasanTirta Sangga Jaya. Optimismedari sejumlah Ketua RT diwilayah bantaran Kali Ciliwung pun langsung terlontar,setelah memahami konseppenanggulangan banjir alaTirta Sangga Jaya. Bagi mereka, bisa saja TSJ menjadijawaban dari impian merekaselama ini.Namun demikian, sebagaigagasan yang baru dimunculkan, sudah barang tentu jikagagasan Tirta Sangga Jayabelum dipahami masyarakatsecara utuh. Terlebih jika mereka juga belum pernah membaca penjelasan tentang gagasan Syaykh AS Panji Gumilang, pucuk pimpinan Lembaga Pendidikan Al-Zaytun,sebagaimana yang menjadilaporan utama Berita Indonesia (edisi 36). Sehingga wajarsaja bila terjadi pemahamanyang kurang tepat.Misalnya, ketika Tirta Sangga Jaya disebut sebagai proyekpembuatan sungai baru, diantara mereka ada yang langsung berpikir ke arah penggusuran besar-besaran di Jakarta. “Daerah mana aja yangmau digusur nih,” seru Wawan(48), Ketua RT 15 RW 12, Kelurahan Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan.Namun setelah dijelaskanbahwa Tirta Sangga Jaya tidakberada di Jakarta, melainkandi wilayah Bodetabek, Wawanyang memimpin lebih dari 100Kepala Keluarga (KK), barumengungkapkan responnya.“Gagasan ini sangat baik, tapisepertinya untuk jangka panjang ya?” katanya saat ditemuidi rumahnya, Kamis (26/5).Wartawan Berita Indonesiamenjelaskan, jika dilihat darisisi kebutuhan Jabodetabek,gagasan ini justru sangat mendesak. Sebab, tanpa infrastruktur penanggulangan banjir yang memadai, Jabodetabek akan terus berlarut-larutdalam ancaman banjir. Bukantidak mungkin banjir bandangseperti yang terjadi pada awalFebruari 2007 lalu terus berulang setiap tahun.“Harapan kita, gagasan inidapat segera terwujud,” imbuhnya. Ia juga berharap agarMulyadi R. Budi Budril Muhammad Wawanfoto-foto: berindo wilson
                                
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23