Page 14 - Majalah Berita Indonesia Edisi 42
P. 14
14 BERITAINDONESIA, 19 Juli 2007BERITA UTAMA14 BERITAINDONESIA, 19 Juli 2007ISLAM ADALAH RAHMAIslam, sudah terlalu sering dicatut untuk membenarkanperilaku teror. Pencatutan yang juga terjadi di tingkatinternasional menimbulkan rasa takut yang berlebihanterhadap Islam. Muncul phobia Islam yang menggejala disebagian besar negara di dunia. Itulah sebabnya,tantangan terbesar bagi bangsa Indonesia khususnya parapemuka agama dan tokoh masyarakat, untuk semakinintens dan berani menyuarakan kebenaran, bahwa Islamadalah rahmatan lil’alamin, atau pembawa rahmat bagisemesta alam. Semua insan di dunia harus dapatmerasakan bahwa mereka bisa hidup berdampingansecara damai, nyaman, tenteram, dan terlindungi bersamasemua umat Islam di seluruh dunia tanpa kecuali.Awal Juni lalu (4/6), sebuahdiskusi antarbangsa berlangsung menarik di UniversitasCambridge, London, Inggris,bertemakan Islam and Muslims in theWorld Today. Dan dari Jimbaran Bali,pada 12 Juni 2007 juga diberitakanberlangsung konferensi religi berskalainternasional, mengambil topik hampirsenada, “Toleransi Antaragama: SebuahRahmat bagi Semua Ciptaan.”Dialog internasional di Inggris menghadirkan sejumlah pembicara berbobotdari seluruh penjuru dunia, termasukZannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid,pimpinan The Wahid Institute dari Indonesia.Konferensi internasional diisi antaralain dengan sumbangan pemikiran yangdisampaikan oleh Perdana Menteri Inggris saat itu, Tony Blair, dan PM PakistanShaukat Azis, melalui telekonferensi.Pembukaannya sendiri dilakukan olehPangeran dari Wales, Putra MahkotaKerajaan Inggris Pangeran Charles. JuliusPour, salah seorang wartawan seniorKompas, turut hadir sebagai peserta, yangmenuangkan laporannya pada hari Senin,18 Juni.Di situ, Blair mengungkapkan pengalaman ketika bertemu dengan parapemimpin muda Muslim. Mereka, kataBlair, selalu mengeluh, bahwa ajaran Islam sering diberi tafsir keliru oleh sekelompok kecil, yang sama sekali tidakrepresentatif. Tetapi, tafsir keliru kelompok kecil ini, justru sering mendapatpublikasi luas dalam media.Blair kemudian menceriterakan hasilkunjungannya yang menarik ke Indonesia. “Tahun lalu, ketika berkunjung ke Indonesia, sebuah negara mayoritas Muslimterbesar di dunia, dengan 200 juta penduduk, saya telah menyaksikan sendiribagaimana pesantren, sekolah-sekolahagama di sana, melengkapi diri denganberagam pelatihan, untuk bisa ikut mengatasi pengangguran,” kata Blair.Blair, yang mengakhiri dan menyerahkan tongkat kepemimpinan per 27 Junikepada pengganti Gordon Brown, menyebutkan, kebijakannya di Indonesia tersebut bisa membantu menjelaskan tentang mulai rontoknya mitos, bahwa,sekolah agama selalu memberikan pendidikan model kuno dan semata-matahanya mengajarkan persoalan agama.Blair mengakui, apa yang telah diasaksikan di Indonesia, ternyata jugasedang menjadi kebijakan yang sudahdimulai di Pakistan, berbentuk reformasipendidikan madrasah, diikuti keseragaman silabus dalam program pendidikandasar. Hal ini juga dilakukan di Singapuraoleh Dewan Agama Islam.Bahasan Yenny sendiri langsung menuju ke pokok ajaran Islam. “Ajaran Islam lahir di tengah masyarakat komersialArab, yang masa itu kafir. Maka, istilahkafir, pada awalnya bukan berkait denganagama, melainkan konotasinya mengarahke politik dan sosial ekonomi. Kafir,adalah siapa saja yang secara sistematismengeksploitasi masyarakat, baik secarajender, atau dengan motivasi ekonomi,sehingga menimbulkan degradasi moraldan ketidakadilan,” kata Yenny.Di Inggris, sejak peristiwa 7/7, ataupada 7 Juli 2005 silam saat sebuah bombunuh diri meledak di kota London,kata kafir dan teror menjadi topikutama setiap kali pembicaraan me-