Page 16 - Majalah Berita Indonesia Edisi 42
P. 16
16 BERITAINDONESIA, 19 Juli 2007BERITA UTAMAtentang kasih sayang, keadilan, dan salingmemahami. Sebagai berkah bagi semuamakhluk, agama merupakan pengingatabadi pada seluruh umat manusia tentangadanya percikan illahiah pada setiap orang.Konferensi religi di Jimbaran, yangdiprakarsai oleh The Wahid Institute,Libforall, dan Museum of Tolerance, itudihadiri para tokoh-tokoh agama dariberbagai agama. Toleransi menjadi katakunci pertemuan, sampai-sampai GusDur yang menjadi salah seorang pesertamenyebutkan, “Toleransi beragama itutidak ada batas.”Peserta konferensi juga menyepakati,bahwa dewasa ini dunia bergejolak ketikatindakan-tindakan yang mengerikandibenarkan atas atas nama agama. Amatsering, kebencian dan kekerasan justrumengenyahkan kedamaian, saat agamadimanipulasi untuk tujuan-tujuan politik.Kata Gus Dur, ada kesan bahwa adaagama tertentu yang mengizinkan kekerasan dan penggunaan pedang. Banyakpeperangan atau kekerasan terjadi dengan membawa simbol agama. Jika benarterjadi, penjelasan apa yang sanggupmemberikan pemahaman, bahwa sesungguhnya semua agama itu termasukIslam adalah pembawa damai.Tentang terorisme yang juga dikupashabis di Jimbaran, Buya Syafi’i Ma’arifselaku mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah berpendapat, terorisme itu tidaksederhana. Apalagi, terorisme dikenaldengan jihad melalui bom bunuh diri.Buya menyebutkan, ada tiga hal yangperlu dipisahkan saat membicarakanterorisme. Yakni, terorisme bersifatpribadi, terorisme grup, atau ada yangmensponsori. Islam, kata dia, sebenarnyamoderat, terbuka, dan toleran. “Itu, yangkami perjuangkan bersama Muhammadiyah dan NU. Ke depan, kita harus seriusmelawan segala macam bentuk terorisme,” ucap pimpinan The Ma’arif Instituteini menegaskan.Semakin MelemahKepala Divisi Humas Mabes Polri, IrjenPol Drs Sisno Adiwinoto, kepada BeritaIndonesia Jumat (29/6) mengatakan,jaringan teroris sudah mulai resah,tertekan, dan semakin melemah, setelahtertangkapnya Abu Dujana dan Zarkasih,atau Mbah.Polri, dalam hal ini Detasemen Khusus(Densus) 88/Anti Teror, kata Sisno, akansemakin intensif menangani kasus teror,hingga bisa mengungkap dan menangkapsemua pelaku sampai ke tingkat tokohtopnya.Abu Dujana dan Zarkasih, dalam pengakuan di hadapan penyidik, kata Sisno,sudah pula memberikan kesaksian tentang keterlibatan salah seorang tokohyang dulu pernah disidik dan sudahdivonis bersalah sejak tingkat pengadilanpertama, banding, hingga kasasi.Padahal saat itu, menurut Sisno hanyaseorang saja saksi yang bersedia memberikan kesaksian tentang keterlibatanABB. Nama inisial tokoh yang disebutSisno, yaitu Nasir Abas. Tetapi, karenakesalahan prosedural hukum acara,kelengahan ini dengan cerdik berhasildimanfaatkan oleh tim pengacara, membuat ABB secara hukum harus dibebaskandi tingkat PK (Peninjauan Kembali).Kendati secara materil, Polri, kata Sisno,bisa membuktikan tentang keterlibatansang tokoh pada kasus Bom Bali I.“Jadi, si Abu Dujana, dan si Mbah iniyang harusnya bisa menjadi saksi keterlibatannya ABB dulu, ya, mungkin tidak dilakukan. Tapi, makin terungkap, bahwadulu kemenangannya pembela itu hanyakarena situasi saja. Bahwa, sebenarnyaperbuatannya bisa dibuktikan,” kataSisno.“JI itu makin lemah, sehingga, sampaituntutannya untuk petugas yang intensifmenangani ini diambil sampai tingkatpembubaran. Itu suatu teknik saja, karenakeresahan yang sudah kejepit itu,” kataSisno, menggambarkan kepanikan yangterjadi di lingkungan JI, hingga tuntutannya mengarah agar Densus 88/AntiBendera Australia berkibar di tengah puing-puing gedung Kedubes Australia di Jakartapascaserangan bom teroris tahun 2004.foto: wikipedia.orgThe Ma’arif Institute: Kita harus serius melawan segala macam bentuk terorisme.foto: discoverychannel.co.uk