Page 15 - Majalah Berita Indonesia Edisi 43
P. 15


                                    BERITAINDONESIA, 02 Agustus 2007 15BERITA UTAMABERITAINDONESIA, 02 Agustus 2007 15gulung Kelompok Warsidi, ini mengingatkan NKRI bisa-bisa bubar nantinya.Hendro mengatakan jika pemerintahtidak mampu mengendalikan konflik didaerah-daerah yang potensial berkembang gerakan separatisme, tidak menutupkemungkinan lima tahun lagi Borneo bisalepas.Eskalasi BerbedaSimon Patris Morin anggota FraksiPartai Golkar DPR RI asal daerah pemilihan Papua, mengatakan, soal separatismebukan hanya monopoli Papua, Maluku,dan Aceh. Tetapi milik seluruh daerah diIndonesia yang tidak diperhatikan olehpemerintah pusat.Khusus antara Ambon, Papua, danAceh, memang memiliki banyak persamaan sekaligus perbedaan dalam bagaimanamemperjuangkan ideologi dan motifpemisahan diri dari Indonesia.Fajar Kurnianto, peneliti pada PusatStudi Islam dan Kajian (PSIK) Universitas Paramadina, Jakarta, menulis, sudahbeberapa kali aktivis RMS mengibarkanbendera “Benang Raja”. Yaitu pada 25April 2001, saat Pimpinan Eksekutif Forum Kedaulatan Maluku (FKM), Alexander Hendricks Manuputty, memeloporipengibaran bendera RMS pada peringatan proklamasi organisasi ini di Ambon.Kemudian pada 25 April 2003, tak kurang60 orang aktivis ditahan aparat karenamengibarkan bendera RMS.Semuanya memberi sinyal gerakanseparatis RMS masih eksis meski dalamjumlah pengikut yang terbilang sedikit.Tetapi Menteri Pertahanan Prof Juwono Sudarsono menyebutkan RepublikMaluku Selatan (RMS) bukanlah gerakanideologi. Mereka hanya ingin mempertanyakan soal keadilan. Intinya, ingin diperhatikan pemerintah.Demikian pula Gerakan Aceh Merdeka(GAM), yang selama hampir 30 tahun melakukan gerakan bersenjata, juga sematamata hanya ingin meminta perhatianpemerintah soal keadilan sosial ekonomibagi mereka.“Bahwa mereka angkat senjata, itukarena tidak diperhatikan oleh Jakarta,”ujar Juwono, mencoba menyederhanakanpersoalan yang sesungguhnya sudahtergolong “mahagawat”.Gubernur Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhannas) Prof Muladi juga menyebut RMS tidak perlu dikhawatirkan. RMSmenurutnya tidak berbahaya karena tidakmemiliki jaringan internasional, danSDM-nya tidak ada yang unggul.Tetapi untuk Papua dan Aceh, Muladimengajak kita untuk perlu khawatir.Keduanya berbahaya sebab memilikijaringan internasional, sumberdaya yangandal, dan organisasi yang hirarkis.Kepada pers usai bertemu dengan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, untuk memaparkan hasil kajian lembaganyatentang separatisme, berlangsung di Kantor Wapres, Jakarta, Senin (9/7), mantanRektor Undip Semarang ini memastikangerakan separatis Papua sangat berbahayakarena jaringan internasionalnya bagus,sumberdaya manusianya mulai membaik,dan ada dorongan dari organisasi internasional seperti LSM di Australia, Belanda, dan Amerika Serikat.“Kita tahu Papua dan Aceh mendapatdukungan dana yang besar dari dalam danluar negeri. Papua punya dana otonomikhusus Rp 17 triliun, dan DAU Rp 11triliun. Sementara Aceh dapat banyakbantuan asing pascatsunami,” kata Muladi, yang memberikan pembekalanPendidikan Singkat Angkatan XV Lemhannas, di Istana Wapres tersebut.Muladi menekankan gerakan separatisme di Aceh harus mendapat perhatian penuh. Karena elit dan eks pejuang GAMmasih belum menerima UU Pemerintahan Aceh dan UU Pendirian Partai Lokal. Penggunaan atribut militer GerakanAceh Merdeka, menurutnya, merupakanbukti elit GAM masih memendam keinginan untuk merdeka. “Otsus sepertiAceh dan Papua itu sudah seperti negarafederal. Tidak ada ceritanya lagi kemudianorang masih bicara merdeka,” urainya.Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi mengatakan, konflik SARA di Ambonatau Maluku sudah sejak awal diidentifikasi oleh organisasi nahdliyin ini berintikan separatisme yang melibatkanRMS, bukan konflik agama.Mengenai Papua, Hasyim mengatakanpemerintah terlalu longgar membiarkanmulti intervensi asing di sana. “Karenaancaman terhadap Pancasila dan NKRIsekarang ini bukan hanya datang menyerang kedaulatan teritorial politis tetapijuga ideologis, ekonomi, dan budaya atauintegritas bangsa,” ujar Hasyim.Soal Aceh, Hasyim mengatakan semenjak perjanjian Helsinki telah banyakyang mengingatkan bahwa banyak mengandung kelemahan. Namun pemerintah sulit diberitahu. “Sekarang disalahgunakan GAM,” kata Hasyim kepadawartawan Selasa (10/7).Separatisme bukan monopoli Papua,Maluku, dan Aceh, juga pernah ditengarai oleh Samuel Huntington, ilmuwanpolitik Barat yang mengidentifikasi adapotensi terjadi benturan peradaban antaraTimur dengan Barat.Tony Wardoyo anggota Komisi II DPRRI dari daerah pemilihan Papua, dalamtulisannya di Suara Pembaruan mengangkat komentar Huntington tersebut,yang menyebutkan, Indonesia bisa bernasib sama seperti Yugoslavia dan UniSoviet terpecah-pecah karena gagal menjaga integrasi nasional.Pandangan Huntington, kata Tony,barangkali dilandasi oleh kenyataan Indonesia merupakan negara keempat terbesardi dunia, yang masyarakatnya sangat plural sehingga selalu dihantui oleh gerakanseparatisme. Heterogenitas strukturmasyarakat Indonesia secara horizontal
                                
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19