Page 14 - Majalah Berita Indonesia Edisi 47
P. 14
14 BERITAINDONESIA, 04 Oktober 2007BERITA UTAMA14 BERITAINDONESIA, 04 Oktober 2007ASKESKINTerjepitdi AntaraDua SrikandiAwal Agustus lalu, tepatnya Kamis (2/8) Menteri KesehatanSiti Fadilah Supari melansir sebuah kabar yang begitumencengangkan: “Kami memeriksa beberapa rumah sakitkecil yang tagihannya mencapai Rp 2 miliar sebulan.”Pernyataan Menkes terkait dengan pengusutan yangsedang dilakukan Tim Inspektorat Jenderal Depkes,terhadap indikasi penggelembungan tagihan klaimAsuransi Kesehatan untuk Masyarakat Miskin (Askeskin).Tim yang dipimpin Irjen Depkes Faiq Bahfen, itu mendugaterjadi penyimpangan klaim Askeskin di sejumlah rumahsakit (RS) di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan luar Jawa.“Kalau rumah sakit jantung tagihannya Rp 2 miliar sebulanitu pantas. Tetapi kalau rumah sakit tipe C di daerah kecil,jumlah kasus 100-200 kok tagihannya Rp 2 miliar,” gugatMenkes Siti Fadilah yang seorang dokter spesialis jantung.bu Menteri langsung mengarahkandugaannya terhadap peristiwa yangterjadi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Baubau, Sulawesi Tenggara. Disebutkannya, selama periodeJanuari-April 2007 RS Baubau melayani615 pasien Askeskin dengan total tagihanobat dari Apotek Kimia Farma Rp 5,4miliar. Pada Januari saja dari 169 pasienyang dilayani, tagihan obat mencapai Rp1,72 miliar.Jika dirunut ke belakang, apa yang terjadi sebelumnya sungguh jauh berbeda. Pada November 2006 RS Baubau yang melayani 533 pasien hanya mencatat tagihanRp 277 juta. Kemudian, Desember 2006jumlah tagihan mulai membengkak menjadi Rp 630 juta untuk melayani 633 pasien.Memasuki Januari 2007 tagihan meroket menjadi Rp 1,72 miliar untuk melayani169 pasien, kemudian Februari 2007 melayani 169 pasien dengan tagihan obat Rp999 juta, Maret melayani 133 pasientagihan obat Rp 1,4 miliar, dan April 2007melayani 144 pasien dengan tagihan obatRp 1,2 miliar. Padahal RS Baubau tergolong rumah sakit tipe C dengan kapasitas75 tempat tidur, diantaranya 47 tempattidur untuk melayani pasien Askeskin.Faiq Bahfen menyebutkan, dari pemeriksaan yang dilakukan terlihat ada 10obat mahal seperti obat injeksi seharga Rp2,3 juta per ampul dan dipakai sebanyak1.552 buah. “Ada satu obat menghabiskanRp 2,3 miliar,” kata Faiq. Faiq mendugapenggelembungan melibatkan oknumdokter, apotek, rumah sakit, dan petugasAskes.Siti Fadilah menduga penggelembungan serupa juga dilakukan belasan rumahsakit rujukan Askeskin lainnya. “Lainnyabanyak, ada belasan seperti itu. Tapi sayatidak akan sebut nama karena nanti mereka bisa berdalih bahwa itu belum diklaim,” kata Siti, yang sedang memeriksapengajuan klaim biasa Askeskin di sejumlah rumah sakit. Tujuannya untuk mengetahui kemungkinan adanya pelanggaranatau penggelembungan klaim.Berdasarkan sejumlah kejadian tersebutMenkes menyimpulkan, klaim Askeskinmembengkak karena verifikasi yang dilakukan PT (Persero) Asuransi Kesehatan(Askes) tidak berjalan sama sekali. PT Askesditunjuk pemerintah menjadi pelaksanapembayaran klaim Askeskin.“Apakah itu disengaja atau tidak bisamemverifikasi? Kami akan urus ke pengadilan. Nanti akan diperiksa siapa yangsalah. Itu supaya bisa jadi pelajaran,” kataMenkes mantap. Ia juga beralasan, padapelaksanaan tahun 2005 dana programAskeskin masih bisa tersisa hingga Rp 1,1triliun tetapi sejak memasuki tahun 2006langsung turun hingga defisit.Menkes menduga manajamen Askeskinmulai tidak beres sejak tahun 2006. “Kita sudah laporkan ke BPK secara lisan,” ujar Siti,mengancam akan melakukan tender ulangsecara terbuka untuk memilih perusahaanasuransi pelaksana program Askeskin.I