Page 15 - Majalah Berita Indonesia Edisi 48
P. 15


                                    BERITAINDONESIA, 25 Oktober 2007 15aranigiusmenjelang Idul Fitri. Macam-macam caraditempuh orang untuk menyiapkan kepulangannya. Pulang ke kampung halaman di dunia ini, atau ke kampung halamannya di akhirat kelak. Dua tujuantersebut, meski sama-sama memilikiperspektif yang berbeda, tetapi sungguhsama-sama membutuhkan persiapan,minimal bekal untuk dibawa pulang.Bekal untuk keperluan diri sendiri, ataubekal yang akan dipersembahkan kepadasanak saudara serta para keluarga yangtinggal di kampung.Menurut Hasyim, mudik ke kampunghalaman menjelang Idul Fitri sesungguhnya ajang latihan nyata menjelang kepulangan ke akhirat, sebagai tempat yangabadi untuk kembali kepangkuan Ilahiuntuk selama-selamanya. Tanpa disadari,selama kurun waktu sebelas bulan, berbagai persiapan dilakukan dengan mengumpulkan sebanyak mungkin bekalyang akan dibawa pulang.Tradisi mudik saat Hari Raya menyiratkan makna terdalam dari prosespenciptaan manusia oleh Sang Khaliq.Hasyim pun menyatakan bahwa Allahsudah menetapkan dalam kitab-Nyabeberapa hal terpenting yang akan mengiringi kehidupan seorang anak Adam.Beberapa di antaranya adalah persoalanrezeki, jodoh, serta kematian.Hasyim kembali memaparkan bahwaketerikatan antara tradisi mudik denganperjanjian dalam alam “alastu birobbikum” itu dicoba untuk memaknai secaratransendental rahasia kematian. Karenamudik memiliki sejarah panjang, bukansaja dari perspektif sosial, tetapi secarailahiyah terkait pula dengan kedalamantingkat keberagamaan seseorang.Dalam konteks mudik, di dalam firmanNya, Allah selalu mengingatkan, misalnya,“Kemudian, kepadaKulah tempat kaliansemua pulang.” (Tsumma Ilayya Marji’ukum). Hingga kini mudik tak pernahtersentuh dan terpengaruh sedikit punoleh krisis apa pun, termasuk krisis yangtiada henti mendera bangsa ini, karenamudik adalah prosesi panjang perjalanananak manusia menuju Tuhannya.Hasyim memandang mulia setiap mereka yang bisa mudik ke kampung halaman. Karena mudik itu merupakaninterpretrasi waktu yang tersisa selamaberjuang di tanah rantau, untuk bisaberbagi dengan saudara-saudara di kampung halaman. Tak ada seorang pun yangmenyangsikan ketulusan hati para pemudik. Mereka sejatinya para pahlawan.Bila dicermati lebih dalam, bangsa manadi atas bumi ini yang tetap bersikukuhuntuk mudik berbagi kebahagiaan dengansaudaranya.Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) dalambukunya “Sedang Tuhan pun Cemburu”(1994), menulis, orang beramai-ramaimudik sebenarnya sedang setia kepadatuntutan sukmanya untuk bertemu danberakrab-akrab kembali dengan asalusulnya. Cak Nun menambahkan secaraakar runtutan historis, setiap orangberusaha berikrar bahwa ia berasal darisuatu akar kehidupan, komunitas etnik,keluarga, sanak famili, bapak dan ibu,alam semesta yang berpangkal atauberujung dari Allah. Kesadaran ini diwujudkan para pemudik dengan bersusahpayah bisa berada di tengah-tengahkeluarga dan sanak kerabat tatkala IdulFitri tiba, dalam sebuah perhelatan silaturahmi dengan saling memaafkan sertaBERITAINDONESIA, 25 Oktober 2007 15BERITA UTAMAmenunaikan kewajiban membayar zakat.Abdul Munir Mulkhan, seorang tokohdan pemikir Islam, memandang bahwatradisi mudik di Hari Raya merupakanajaran tentang silaturahmi atau menyambung cinta-kasih dan ajaran untuksaling minta maaf bagi seseorang saatmenyadari telah berbuat salah pada orang lain.Ajaran silaturahmi dan minta maaf jikaberbuat salah memang tidak dikhususkanhanya pada Hari Raya Idul Fitri, yangberlangsung hanya sekali dalam setahun.Begitupun soal ajaran berbakti ataumemohon maaf pada orangtua, ataukepada orang yang dituakan bukan puladilakukan hanya pada Hari Raya Fitri saja,tapi di setiap saat dan waktu.Lebih jauh Mulkhan menjabarkan,tradisi mudik di Hari Raya Idul Fitrimengandung sejumlah nilai kemanusiaan yang kaya makna bisa dikelolasecara lebih fungsional, bagi penyelesaian problem sosial di negeri ini.Nilai-nilai kemanusiaan yang ada dalamtradisi mudik perlu dikembangkanuntuk tujuan lebih produktif bagi pemecahan berbagai persoalan sosial,ekonomi, politik, dan moral.Mudik Lebaran bagi Mulkhan merupakan prosesi ritual yang mengandung banyak makna. Jutaan manusiabergerak serentak di hari-hari terakhirRamadhan seolah sedang melakukantapak tilas atas jejak atau asal-muasalkehadirannya di dunia ini. Melaluimudik, sejarah hendak didaur ulang,disegarkan kembali, dan dicerahkanguna memberi napas baru perjalanansejarah satu tahun ke depan.Ajang hari raya fitrah menurut Mulkhanbersumber dari ajaran tentang fitrah, atauzakat fitrah, yang hukumnya wajib bagisemua orang yang mampu pada saat HariRaya. Kewajiban membayar zakat fitrahdikenakan pada semua Muslim, baik lakilaki atau perempuan, yang sudah dewasadan kanak-kanak yang harus dibayar ataudipenuhi orangtua dengan memberisebagian makanan yang dimiliki di HariRaya. Besarnya setara dengan 2,5 kilogram beras. Makanan ini diberikan khusus pada fakir miskin pada 1 Syawalsebelum melakukan shalat Hari Raya IdulFitri.Hari Raya Idul Fitri juga merupakansebuah peristiwa yang membuat berbagaikonflik sedikit terlupakan. Tidak ada lagisekat-sekat kesenjangan karena semuastrata sosial dalam masyarakat berbaur.Ketika itu rakyat jelata saling bersalamandengan pimpinannya, kaum fakir salingberkunjung dengan ulama panutannya.Semua bisa saling berkomunikasi baikdengan sesamanya maupun dengan wargakampung lainnya. „ ZAH
                                
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19