Page 53 - Majalah Berita Indonesia Edisi 50
P. 53
BERITAINDONESIA, 22 November 2007 53BERITA DAERAHMereka Melirik MalaysiaPenduduk di wilayah perbatasanKalimantan Timur - Malaysia kecewa atasminimnya perhatian pemerintah pusatterhadap pembangunan di pedalaman.Akibatnya, sejumlah tokoh masyarakatmencari jalan bekerjasama denganpengusaha Malaysia.emerintah Pusatdianggap mengabaikan perbatasan”. Begitu judulberita yang dimuat di harianlokal Tarakan, pertengahanSeptember lalu. Berita itudikemas terkait kedatanganSekretaris Jenderal DewanKetahanan Nasional, LetnanJenderal TNI Muhammad Yasin, SH ke Malinau. Isinya mengenai keluhan sejumlah tokoh masyarakat pedalamantentang minimnya pembangunan infrastruktur di enamkecamatan Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Timur.Masyarakat menganggap,pernyataan pemerintah pusatuntuk menjadikan daerah dikawasan perbatasan sebagai‘serambi’ depan pembangunan, hanyalah isapan jempol,karena tidak ada realisasinya.Akibatnya, menurut beberapatokoh masyarakat kepada Letjen M.Yasin, kehidupan penduduk pedalaman yang bermukim di sepanjang perbatasan Indonesia – Malaysia Timur, belum layak dikatakansebagai bangsa yang merdeka.Namun M.Yasin menolakanggapan itu. Karena menurutnya, arti merdeka itu adalah; semangat, paham, danrasa yang bisa dijadikan sebagai modal utama untuk membangun dan memperbaiki situasi, dan kondisi daerah.diberbagai sendi kehidupanmenjadi lebih baik. “Memang,masalah pembangunan terutama soal pendidikan dan layanan kesehatan di daerahmanapun masih banyak menimbulkan persoalan,” ujarnya.Bupati Malinau, DR DrsMarthin Billa MM melaporkanberbagai masalah dan kesulitan yang dialami masyarakatyang tinggal di daerah pedalaman. Mulai dari pendidikan, layanan kesehatan, serta belum adanya transportasidarat yang menghubungkanMalinau sebagai ibu kota kabupaten dengan kecamatanhingga ke pelosok. “Satu-satunya transportasi yang adahanyalah pesawat perintisyang disubsidi pemerintahseperti Mission Avation Fellowship (MAF) di bawahnaungan gereja, pesawat Dirgantara Air Services (DAS) danBAT yang daya angkutnyasangat terbatas,” kata Marthin.Hal memilukan yang dirasakan masyarakat adalah takbisa dipasarkannya hasil pertanian yang begitu melimpah.Ini karena belum adanya sarana transportasi darat. Sedangkan jika melalui angkutansungai bisa memakan waktuberhari-hari.Berbagai komoditi andalandi sektor pertanian sebenarnyabisa dikembangkan di daerahyang berbatasan langsung dengan Negara Bagian Serawak,Malaysia Timur itu. Sepertinilam, nenas, kopi, vanili,buah-buahan dan sayuran.Karena minimnya pembangunan, beberapa pemukamasyarakat berencana menjalin kerja-sama dengan pengusaha di negeri jiran itu. Sebuah sumber di PemerintahanKabupaten Malinau menyebutkan, beberapa tokoh adatdan kepala desa dari enamkecamatan atau yang dikenaldengan ‘Apau Kayan’ sudahberangkat ke “sebelah” (istilahSabah, Serawak Malaysia Timur, Red). Mereka menjajakikerjasama membangun jalandarat hingga tembus ke perbatasan Indonesia – MalaysiaTimur.Menurut sumber itu, masyarakat tidak tahan lagi dengansegala keterbatasan dan kebutuhan ekonomi yang sangattinggi. Sejak Republik Indonesiamerdeka, mereka terus bergantung dengan Malaysia. Untuk mendapatkan berbagai bahan kebutuhan hidupnya sepertiberas, gula dan sabun, penduduk harus berjalan kaki puluhan kilometer menyeberangiperbatasan menuju perkampungan Malaysia. Di perkampungan ini warga dari enamkecamatan di Apau Kayan dapatmembeli segala kebutuhan mereka. Sudah tentu, dengan hargayang relatif mahal.Alasan itulah yang membuatwarga Dayak Kabupaten Malinau menuntut PemerintahPusat dan Provinsi KalimantanTimur membuka keterisolasian mereka dengan cara membangun jalan darat.Bagaimana jika tuntutan itutidak bisa dipenuhi?“Pengusaha dari sebelahakan membangun badan jalanyang akan menghubungkankeenam kecamatan yang dulunya disebut Residen ApauKayan ini sampai ke perbatasan Malaysia. Sebagai kontribusinya, pengusaha tersebutakan mengambil kayu sepanjang akses jalan,” jelas sumbertersebut.“Apa yang dilakukan TokohAdat Apau Kayan itu manusiawi. Itu terjadi karena banyak faktor, mulai dari kurangnya perhatian pemerintah, dan tidak meratanya pembangunan yang akhirnya menimbulkan kekecewaan,” kataKila Ulee Herman, anggotaKomisi II DPRD KabupatenMalinau yang dibenarkan KilaLiman dari Komisi III DPRD.Apa yang dikatakan keduaanggota dewan ini bukanlahsuatu ancaman. Masyarakatmelirik Malaysia, hanya karena kedekatan, baik sebagaiwilayah yang bertetangga -juga karena hubungan keluarga yang satu suku. Masyarakatselama ini lebih banyak bergantung ke Malaysia, terutamadalam memenuhi kebutuhansehari-hari.“Tapi yang patut diacungijempol, jiwa nasionalisme dankecintaan mereka kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap tinggi meski hidupdalam berbagai kekurangan,”puji Marthin Billa, BupatiMalinau kepada Berita Indonesia. SLP, SP“P Sarana angkutan dengan perahu melewati arus deras dan curam.Profil warga Dayak Kenyah penduduk Apau Kayan.