Page 16 - Majalah Berita Indonesia Edisi 52
P. 16


                                    1616 BBERITA ERITAIINDONESIA NDONESIA, , 27 Desember 2007 27 Desember 2007BERITA UTAMAPETAJALAN BALIPeta Jalan Bali atau Bali RoadMap disetujui setelah melewatilobi-lobi intensif dan mengurasbanyak energi. Amerika akhirnyaturut ikut dalam gerbong negaranegara yang menyetujui adanyakerangka yang lebih jelas dantegas demi penyelamatan bumisecara menyeluruh.ini dunia tengahmenghadapi gejala alam yang disebut sebagai global warming (pemanasan global) sebagai efek dari gas rumah kaca. Akibatnya, perubahan iklim tak menentu kinimelanda bumi diantaranyamakin panjangnya musim panas dan makin pendeknyamusim hujan. Selain itu makinmaraknya badai dan banjir dikota-kota besar di seluruhdunia, termasuk Indonesia.Alam juga semakin tidakbersahabat terhadap manusiayang tidak menjaga kelestarianlingkungan. Hutan dibabathabis, pasir laut dikeruk secaramassif, air dicemari oleh limbah, udara dipenuhi polusi,gunung dirusak, dan perilakudestruktif manusia lainnya.Ketika telah sampai pada satutitik, dimana alam sudah taklagi bisa seimbang, pada saatitu juga munculah fenomenaalam seperti pemanasan global.Hal inilah yang membuatlebih dari 10.500 orang anggota delegasi dari 189 negara,termasuk 120 orang setingkatmenteri dan sejumlah kepalanegara berkumpul di Bali 3-14Desember 2007, menyelenggarakan Conference of PartiesKe-13 United Nations Framework Convention on ClimateChange (COP Ke-13 UNFCCC).Konferensi tingkat duniayang diliput oleh 1.700 oranglebih wartawan dalam dan luarnegeri merupakan wujud kekhawatiran dunia akan perubahan iklim yang makin takmenentu. Tak heran apabilaterjadwal sebanyak 800 sidangutama, 203 sidang sampingan,118 sidang mini, 37 sidangparalel, dan puluhan pameranmemadati agenda UNFCCCberbiaya sekitar Rp 100 miliarini.Dampak perubahan iklimmemang menakutkan. Adayang menyebutkan lebih seram dari ancaman terorismeglobal, hingga harus dibahassecara khusus di Bali denganharapan terlahir sebuah PetaJalan Bali (Bali Road Map)untuk menyelamatkan bumi.“Kerusakan dunia akibat perubahan iklim akan sangat fatal pada beberapa dekade kedepan,” kata Rachmat Witoelar, Menteri Negara Lingkungan Hidup, Maret 2007, satusatunya tokoh yang beranimempersamakan bahaya ancaman terorisme global dengan dampak perubahaniklim. Witoelar yang juga President COP-13 pada UNFCCCdi Bali, bahkan mengatakan,jika persoalan perubahan iklimtidak diselesaikan maka dampak paling ekstrimnya adalahakan terjadi kepunahan manusia.Sebagai negara kepulauandan pemilik hutan lestari yangmaha luas, Indonesia memangsangat berkepentingan dengandampak perubahan iklim. Karena itu, delegasi Indonesia kekonferensi UNFCCC di Baliterdiri dari Kementerian Lingkungan Hidup, Deplu, Depkeu,Kementerian Koordinator Kesra, yang masing-masing kementerian diwakili 12 peserta.“Perubahan iklim akanmengancam kemampuan kami memenuhi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan(MDG) dan mengangkat negara-negara miskin dari kemiskinan,” kata Rachmat Witoelar, Menteri LingkunganHidup RI yang juga PresidenCOP ke-13 UNFCCC di hadapan ribuan peserta saatpembukaan Konferensi (3/12).Seiring pernyataan Witoelar,Elfian Effendi Direktur Eksekutif Greenomics Indonesiamenekankan perlunya Indonesia memperkuat posisi tawar.Menurut Effendi, posisi tawaritu didasarkan atas nilai ekonomi hutan Indonesia sebagaipenyerap karbon terbesar dunia. Ia menuturkan, Indonesiamemiliki 36,5 juta hektar kawasan konservasi dan hutanlindung (kawasan lindung)yang masih berhutan. Nilaiekonomi hutan lindung Indonesia itu untuk penye-rapanK
                                
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20