Page 18 - Majalah Berita Indonesia Edisi 52
P. 18
18 BERITAINDONESIA, 27 Desember 2007BERITA UTAMAkurang 42 persen. Demikianpula gletser di pegununganHimalaya, Alpen, dan Kilimanjaro hilang antara 50-90persen.Mencairnya es membuatpermukaan air laut naik. Akibatnya, sebanyak 322 jutapenduduk yang bermukim diwilayah pesisir dan dataranrendah harus bermigrasi ketempat yang lebih tinggi. Bahkan, 70 juta penduduk Bangladesh, 22 juta penduduk Vietnam, dan enam juta pendudukMesir dipastikan akan menjadikorban banjir.Perkiraan itu paralel dengantemuan IPCC, yang menyebutkan, selama 100 tahun terakhirtelah terjadi peningkatan muka air laut 10-25 cm, dan padatahun 2100 mendatang diperkirakan terjadi lagi peningkatan muka air laut sekitar 15-95 cm. Karena kenaikan mukaair laut sejumlah daratan dibumi hilang, diantaranya 1persen daratan Mesir, Belanda6 persen, dan Bangladesh kehilangan 17,5 persen.Karena perubahan iklim,sebanyak 400 juta pendudukdunia berisiko terkena penyakit tropis seperti malaria, sertapunahnya jutaan spesies floradan fauna. Laporan organisasikesehatan dunia WHO tahun1997 menyebutkan, 1-3 jutapenduduk meninggal duniasetiap tahun akibat malaria,diantaranya 80 persen merupakan anak-anak dan balita.Bencana alam yang melandabertubi-tubi juga dipengaruhiperubahan iklim. Daniel Mudiyarso, Peneliti Senior padaCenter for International Forestry Research (Cifor), mengatakan, 77-80 persen bencana alam merupakan bencanayang terkait dengan iklim seperti banjir, penyakit, kekeringan, hingga longsor.Berbicara di Kongres IlmuPengetahuan Nasional (Kipnas) IX di Jakarta, Rabu (21/11) Daniel mendata, 33 persenbencana berupa bencana banjir, disusul badai 23 persen,kekeringan 15,2 persen, penyakit 15,2 persen, dan longsor4,5 persen. Sedangkan bencana gempa dan tsunami yangtak terkait dengan iklim, hanyatujuh persen. Selama tahun2004 seluruh bencana alammengakibatkan kerugian 140miliar dollar AS.Merujuk semua fakta danperkiraan dampak perubahaniklim tersebut, “Indonesiaakan mengalami hal serupa,terutama pada kaum miskinyang akan terkena dampaklangsung akibat keterbatasanekonomi dan ketidaktahuaninformasi untuk melakukanadaptasi,” kata Hakan Bjorkman, Direktur UNDP untukIndonesia.Jika Hakan menyebutkanIndonesia akan mengalami halserupa dengan negara-negaralainnya, sesungguhnya, negeriini sudah terlebih dahulumengalami dampak burukperubahan iklim. Ditandaidengan aneka bencana alam,banjir, longsor, aneka wabahpenyakit meluas dan sebagainya. Bandara Soekarn0-Hatta,misalnya, belum lama ini lumpuh beroperasi sebab areanyadikelilingi banjir air laut pasang.Demikian pula di kawasanPelabuhan Perikanan Samudra (PPS) Nizam ZahmanMuara Baru, Jakarta, banjir airlaut pasang yang terjadi sejakpekan ketiga Oktober 2007membuat transaksi 163 industri perikanan di kawasanitu merosot 50-70 persen, darikondisi normal Rp 10 miliarper hari.Eka Melisa, Direktur Perubahan Iklim dan EnergiWWF Indonesia, mengatakan,sebagai negara kepulauan Indonesia sangat rentan terhadap berbagai dampak ekstrimperubahan iklim. Menurutnya,sudah banyak dampak perubahan iklim yang dirasakanIndonesia. Pada tahun 1997/1998 misalnya, Badai El Ninotelah menyebabkan terjadinyapemutihan karang secara luasdi wilayah bagian timur Sumatera, Jawa, Bali, dan Lombok.Eka juga merujuk data Forest Watch Indonesia tahun2001, yang menyebutkan peristiwa El Nino memicu terbakarnya kawasan hutan seluas hampir 10 juta hektar,dimana 80 persen diantaranyaterjadi di lahan gambut. Akibatperistiwa ini, sebanyak 0,81-2,57 gigaton karbon dilepaskan ke atmosfer. Padahal lahan gambut merupakan penyerap emisi karbon terbesardi dunia.Karena dampak perubahaniklim bersifat global, makasolusinya pun mesti bersifatglobal. Cepat atau lambat manusia akan diperhadapkanpada pilihan beradaptasi padadampak perubahan iklim. Jikatidak dapat beradaptasi, makapilihan satu-satunya adalahkematian sebab manusia tidakbisa menghentikan perubahaniklim.Sebelum COP ke-13UNFCCC digelar di Bali, duniasudah lama berikhtiar mencarisolusi bersama untuk mengatasi dampak dari perubahaniklim. Isu ini bahkan menjadiagenda politik internasional dimana-mana.Pada tahun 1980-an, misalnya, sejumlah negara mulaimembicarakan perubahaniklim. Hasilnya, pada tahun1989 dibentuklah badan Intergovermental Panel on ClimateChange (IPCC) oleh UNEP(United Nations EnvironmentProgramme) dan WMO(World Meteorological Organization). Lembaga IPCC yangterdiri para ilmuwan dari seluruh dunia bertugas menelitifenomena perubahan iklimsecara ilmiah serta mencarikemungkinan solusinya.Setahun setelah berdiri,IPCC menelurkan penelitianpertamanya, diberi judul FirstSebagai negara kepulauan Indonesia sangat rentan terhadap berbagai dampak ekstrim perubahan iklim.foto: berindo wilson