Page 21 - Majalah Berita Indonesia Edisi 52
P. 21
BERITAINDONESIA, 27 Desember 2007 21bawah. Kalau bangun bangunan yangtinggi-tinggi, tidak usah yang kita tanampaku bumi yang ada semen dan besi. Kayuapi-api bisa mengganti paku bumi mendirikan bangunan 100 tingkat.Intinya, lingkungan kita buat supayamanusia bisa berteduh. Jangan pernahkapok menanam hanya karena pohontumbang akibat tiupan angin. Hutan kotaitu wajib ada.Sikap yang keras (tegas) daripemerintah, apa maksudnya danbagaimana gambarannya?Harus disadarkan bahwa membakartanaman, membakar kayu itu mestinyadilaknat. Regulasinya begitu.Dulu Nabi Muhammad membuat regulasi di negara Madinah yang begitu gersang, begini: Diharamkan untuk berbuatyang tidak senonoh (kita kira tidak senonoh itu pergaulan dan sebagainya): satu,tidak boleh dipotong tanaman tandus.Tadi pagi kita baca di koran, MasjidilHaram akan dipasang payung raksasa.Seperti hebat beritanya, pemerintah Saudibisa bikin payung raksasa. Padahal kalaudipakai untuk menanam pohon, jadiberapa itu? Tanami saja pohon di sekeliling, itu akan jadi payung raksasa.Sekarang di sini (kawasan Al-Zaytun)kalau olahraga lebih asyik di bawahpohon-pohon yang rindang. Oksigen kitaperbanyak. Kalau kita banyak gerakmemberikan karbon ke tanaman, dantanaman memberi oksigen, jadi salingberi, baru bisa menciptakan ke depan airyang bagus.Kita masih nanam terus. Sekarangpinus kita perbanyak sebab di situ adakeindahan. Kita bibitkan banyak pinusradiata bisa menjadi pohon (kayu) danpagar yang indah, tembok hijau dipangkasyang rapih. Kalau mau dibentuk gerejabisa, dibentuk mesjid bisa, dibentukrumah gunung bisa. Kita tanam di sekeliling Palagan Agung, jarak dekat.Indonesia kurang sadar memelihara alam termasuk hutan. Kurang beriman barangkali, karenaorang beriman memelihara. Siapayang paling strategis memelihara,pemerintahkah atau masyarakat?Dua-duanya dan harus sinergi. Pemerintah punya kendali, punya power, punya modal dan lain sebagainya. Kemudiankalau rakyatnya tidak peduli tidak berhasil. Sekarang diajak, dengan poweryang tadi, regulasi yang keras, dan rakyatdibimbing.Menanam pohon tidak lama. Delapantahun sudah ada hasilnya. Bukan menghasilkan dolar, melainkan menghasilkanpembuat dolar. Kalau cuma menghasilkandolar kecil. Tapi menghasilkan pikiranyang bisa membuat dolar. Karena apa?Suasana lingkungannya tenteram. Sudah,kita pikirkan yang bikin dolar saja, jadibukan menghasilkan dolar dari jualkayunya. Untuk apa kayu ditebang.Inspirasi dari teduh akan bisa membuatdolar. Jangan dibalik kayunya dipotongpotong jadi dollar, otaknya kering.Bukankah pemerintah yang haruspaling bertanggung jawab?Semua bertanggung jawab. Janganserahkan pemerintahnya paling bertanggung jawab. Tidak.Tetapi kepedulian pemerintahsepertinya tidak begitu nyata?Ya, sekarang mari diangkat supaya duaduanya nyata. Ringan itu, menanampohon itu ringan.Belajar dari Al-Zaytun, kalauSyaykh sebagai pemimpin (panutan) tidak peduli maka yang lain punmenjadi kurang peduli. KalauSyaykh peduli yang lain juga menjadi peduli. Seperti tatkala Syaykhlangsung ikut aktif memproningpepohonan, semua menjadi ikutmenikmati?Di sini ada regulasi, kalau ada yangsalah sedikit di-umbreng. Pokoknya siapayang salah di-umbreng.(Ngumbrengartinya memarahi orang yang perludimarahi).Jadi sesungguhnya, untuk pemerintahIndonesia dibuat saja regulasi yang jelas,yang ketat, untuk menghijaukan Indonesia.Sekarang kalau kita hitung pemanasanglobal dimulai tahun 2008, umpamanya,kemudian pemanasan itu tidak sekaligustapi perlahan-lahan. Tatkala perlahanlahan datang, masih bisa kita menyediakan payung sebelum panas, payung yangbenaran. Panas itu kan neraka. Makaneraka dalam bahasa Arab dikatakan annar, api. Api itu panas. Surga dikatakanair karena setiap mengatakan sorga dibawahnya ada air yang mengalir. Jadipemanasan global, neraka sedang bergerak.Sebelum neraka bergerak, bikin payung. Payungnya gampang. Delapantahun tanah gersang, tidak ada air, bisabegini. Lha kalau Jakarta lebih bisa lagi.Jakarta itu tanah yang paling subur didataran pulau Jawa.Jangan terlalu rumit menata hutankota. Pemerintahnya mau, rakyatnyamendukung, undang-undangnya sangatketat.Perubahan iklim mengglobal bukan hanya terjadi di Indonesia.Lantas di tingkat internasionalbagaimana kekuatan regulasinya,secara global haruskah juga kuat?Tentang regulasi itu interdependen.Tapi kita bicara lokal dulu. Yang terjadisekarang pemanasan global tidak lokalIndonesia saja. Namun sebagai bangsa,kita awali dari negeri kita dulu. Janganlantas nanti, ah orang lain nggak mau, kitajuga nggak mau, sama-sama terbakarnanti.Undang-undang kebersamaan, atauinterdependen menghadapi ini kan dibahas juga di Bali. Paling tidak kita jugamemberikan input, masukan kepada konvensi itu: Indonesia sudah membuatseperti ini. Dan tidak harus menuntutbanyak-banyak dari dunia internasional.Kalau kita berbuat dan dilihat dunia,BERITA UTAMASyaykh Al-Zaytun AS Panji Gumilang