Page 25 - Majalah Berita Indonesia Edisi 52
P. 25
BERITAINDONESIA, 27 Desember 2007 25BERITA UTAMAg Terhadap BumiPemerintah Australia yang tadinyamengikuti jejak sekutunya AS untuk tidakmeratifikasi Protokol Kyoto sudah berubah haluan tahun ini. Beberapa saatsetelah dilantik sebagai Perdana MenteriAustralia, Kevin Rudd langsung menandatangani dokumen yang akan menyiapkannegaranya untuk meratifikasi ProtokolKyoto. Sebagai sinyal atas komitmentersebut, pemerintah Australia bahkanmenciptakan departemen baru bernamaDepartemen Perubahan Iklim.Penolakan ASMenurut Joseph Stiglitz, penerimaNobel Ekonomi 2001 dan kritikus kebijakan pemanasan global, Protokol Kyotohanya sampai pada penyampaian pesanakan pentingnya isu pemanasan globalpada dunia.Oleh karena itu, saat ini berkaitandengan Konvensi Kerangka Kerja PBBtentang Perubahan Iklim (UNFCCC) diBali, Amerika memastikan mendukungkesepakatan internasional baru yangdisebut Bali Road Map atau Peta JalanBali. Peta Jalan Bali merupakan suatu carayang ditawarkan untuk menjalani prosesmenuju pasca Protokol Kyoto yangberakhir 2012. Isinya antara lain rumusansoal mitigasi, adaptasi, transfer teknologiserta mekanisme pendanaan terkaitpenanganan perubahan iklim.Pernyataan dukungan itu tetap tidakmenghapus kesan arogansi negara adidaya ini. Amerika, menurut Stiglitz,adalah negara industri yang masih memiliki pandangan fundamental. Negaraini masih mempercayai teknologi industriyang banyak memakan bahan bakar bakarfosil. Saat Eropa dan Jepang mulai memproduksi mobil-mobil kecil yang irit bahanbakar fosil, Paman Sam justru melakukansebaliknya. Autonet menyebutkan mobilmobil produksi Amerika semisal Ford atauGeneral Motor rata-rata menghabiskanlebih banyak bahan bakar dibandingkanmobil Eropa, Jepang atau Korea.“Kebiasaan ini ada kaitannya dengankebudayaan Amerika sendiri,” kata EmilSalim, pakar lingkungan hidup. Menurutnya dibandingkan negara-negara lain didunia, penduduk Amerika cenderungmenggunakan kendaraan besar. Kendaraan yang menghabiskan lebih banyakbahan bakar fosil ini menjadi simbolismemaskulinitas ala Amerika.Pemerintahan Bush telah mengambilkebijakan tidak akan memaksakan peraturan pengurangan emisi pada industriAmerika. Keputusan menerapkan teknologi ramah lingkungan pada industrihanya didasarkan pada kesukarelaanmasing-masing perusahaan. Pemerintahan Bush juga mempertahankan Undang-undang Pertambangan Amerikayang telah ketinggalan zaman. UU yangdibuat tahun 1872 ini sama sekali tidakmengharuskan perusahaan tambangAmerika memperhatikan atau mengurusdampak kerusakan lingkungan sekitararea tambang. New York Post mencatathingga tahun 2006 sekitar 500 ribu areabekas tambang di Amerika terbengkalai.Bush berasal dari latar belakang keluarga yang dekat dengan industri minyak, dan ia sendiri seorang yang berpandangan fundamentalis untuk masalahini. Selama masih kuliah, Bush jugasempat bekerja di bisnis minyak milikkeluarganya. Tak heran jika Bush tak inginisu pemanasan global menggoncang bisnisminyak Amerika.Padahal menurut laporan terakhirorganisasi Peace, Amerika hingga tahun2007 masih menduduki peringkat pertama negara penghasil emisi karbondioksida terbesar. Serupa dengan Chinadi posisi kedua, emisi Amerika sebagianbesar berasal dari pemakaian energinegara tersebut. Dan penyerapan energiterbesar berasal dari lingkungan industri.“Amerika akan setuju dengan peraturanpemanasan global apapun selama itu tidakberpengaruh pada industrinya,” tegasStiglitz.Memang tak semua politisi di AS mendukung kebijakan Bush. Politikus Al Gorekini lebih dikenal sebagai aktivis lingkungan hidup yang menantang kebijakan Bush.Karyanya berupa film dokumenter Unconvenient Truth mengenai pemanasanglobal bahkan meraih penghargaan Academy Award 2007. Secara pribadi Al Gorejuga memilih menggunakan mobil Hibridyang lebih ramah lingkungan. Menurutmajalah Forbes, Gore sebenarnya telahberusaha memaksa Amerika menerimaProtokol Kyoto sejak tahun 2000. Namunia kalah dalam perebutan kursi kepresidenan, dan Amerika tetap menerapkankebijakan lingkungan “sukarelanya.”Sebenarnya Amerika mampu membiayai industri yang ramah lingkungan.Mampu tapi tak mau. Tak bisa diingkariperubahan teknologi tetap akan memakanbiaya tambahan.Berupaya memecahkan masalah, Stiglitz mengemukakan solusi pemanasan global yang berbasis ekonomi. Menurutnyamasalah terletak pada keengganan negaradan perusahaan polutan secara sukarelamembayar dampak sosial marjinal. Polusiakibat emisi karbon tak bisa diingkariberdampak langsung terhadap lingkungan sosial. Menurut EnvironmentalWorking Group dan Pew Campaign forResponsible Mining jumlah klaim terhadap pertambangan Amerika naik dari207.504 di 2003 menjadi 376.500 ditahun 2007.“Solusinya, perusahaan-perusahaan iniharus dipaksa membayar biaya marjinalitu lewat pajak,” kata Stiglitz. Ukuranbesar kecilnya pajak, menurut dosen Universitas Columbia ini akan ditentukanlewat dampak reduksi emisi sesuai yangdicita-dicitakan Protokol Kyoto.Di lain pihak, Stiglitz juga mempertimbangkan keadilan bagi negara-negarayang diminta mempertahankan hutannya.Laporan Greenpeace menyatakan padaAmerika penyumbang emisi karbon terbesar di dunia