Page 26 - Majalah Berita Indonesia Edisi 52
P. 26


                                    26 BERITAINDONESIA, 27 Desember 2007BERITA UTAMAtahun 2006 hutan tropis Amazon berkurang 25 persen dari luasnya semula.Meskipun pemerintah Brazil telah berkomitmen akan mengurangi pembalakanhutannya.Emil Salim bahkan mempertanyakanmengapa tidak ada kompensasi bagi negara-negara berkembang yang mempertahankan hutannya. Padahal mempertahankan hutan berarti mengurangi kesempatan membuka lahan untuk pertanian.Dalam makalah “Economics and Politics of Gobal Climate”, Stiglitz mengemukakan solusi insentif berbasis pasar. Selainpengenaan pajak untuk setiap emisikarbondioksida, perlu diterapkan penyeimbang berupa subsidi dan tukarmenukar teknologi antara negara-negaradunia.Untuk ini, setiap negara berkembangmenurut Stiglitz memerlukan insentifuntuk melakukan efisiensi energi. Demikian, Amerika sebagai negara maju seharusnya tak hanya berkomitmen padareduksi emisi karbon dalam negeri saja.KetidakadilanRusaknya hutan diklaim seakan sebagaipenyebab utama pemanasan global. Selaludiberitakan kebakaran hutan dan gambutyang ikut meningkatkan tinggi muka lautakibat naiknya suhu udara dan melelehnya es di Greenland dan Antartika.Ada yang tidak adil dalam kasus ini.Kemampuan serap alami hutan terhadapkandungan karbon di udara dan pengendalian kenaikan suhu ataupun peredamangas rumah kaca (GRK) hampir tidakditonjolkan. Peran hutan yang sebenarnyadiandalkan untuk menetralisasi buangankarbon dari negara industri maju seakandisembunyikan.Yang muncul justru sikap negara majuyang terus menyalahkan negara berkembang, khususnya Indonesia, karenadianggap lalai menjaga kelestarian hutannya. Bahkan tekanan dan hambatandalam ekspor hasil-hasil hutan jugadihubungkan dengan meningkatnya pemanasan global tersebut yang notabenemayoritas dibuat oleh mereka sendiri.Menurut praktisi kehutanan TranstotoHandadhari Rimbawan, penyebab utamaterjadinya kejenuhan emisi karbon ituternyata ada empat. Satu, kelistrikan yangmenyumbang 42 persen; dua, transportasimenyumbang 24 persen; tiga, industrimenyumbang sebesar 20 persen; dansisanya empat, kependudukan sertapenggunaan barang-barang komersialmenyumbang 14 persen bagi emisi global.Hutan yang rusak sekalipun bukan penyebab utama emisi karbon.Permasalahannya, sebagian terbesarhutan dunia kini dinilai telah rusak.Meskipun negara maju di Eropa danAmerika Serikat sebagai pengemisi karbon terbesar dunia justru telah lamakehilangan hutannya, mata dunia hanyatertuju kepada hutan negara berkembangyang dijadikan tumpuan menyerap karbon buangan negara maju. Kerusakanhutan di negara berkembang, termasukIndonesia, dipaksa ikut mempertanggungjawabkan meningkatnya pemanasanglobal.Harus diakui bahwa Indonesia memangsempat mengalami deforestasi yang cukupbesar. Namun kini perkembangan tutupan hutan khususnya di Pulau Jawa, baikdi kawasan hutan negara maupun yangdilakukan rakyat di tanah milik, justrumenggembirakan.Pencanangan Perhutani Hijau 2010oleh Perum Perhutani pun berdampakbesar. Dengan hanya menebang tidaklebih dari 6.000 hektar, Perum Perhutanimenanam sekitar 121.000 hektar padatahun 2006 dan pada tahun 2007 akandilakukan penanaman seluas 201.500hektar. Sebelum tahun 2010, kawasanhutan Jawa yang dikelola Perum Perhutani akan bebas tanah kosong.Emisi karbon sampai dengan tahun2000-an yang meningkat menjadi sekitar6,5 miliar ton hanya dalam waktu setengah abad menyebabkan kenaikan suhurata-rata dunia sekitar 0,13 derajat Celsius setiap dekade. Akibat lain dariperubahan iklim adalah terjadinya pencairan es di kutub yang menciutkan lautanes Artik seluas 2,7 persen per dekade,meningkatnya tinggi muka air laut 0,5milimeter per tahun, dan badai yangsering kali kita rasakan.Utang AmerikaNegara maju, khususnya AmerikaSerikat, telah menyumbang 24 persenemisi global, diikuti China 14 persen,Rusia 6 persen, dan negara industriraksasa Jepang serta India menyumbang5 persen. Meskipun tiga perempat (75persen) dari emisi karbon disebabkan olehpenggunaan bahan bakar fosil, deforestasihutan terutama disebabkan oleh penebangan yang berlebihan, kebakaranhutan, dan perubahan fungsi lahan hutantetap dianggap memperparah terjadinyaemisi karbon dunia.Negara maju penghasil emisi karbonterbesar berkewajiban memberikan kompensasi atas upaya penyelamatan hutan dinegara berkembang dengan mekanismeclean development mechanism (CDM).Yang kini ramai dibahas adalah Reducing Emission from Deforestation andDegradation (REDD). Namun tak semuapihak sepakat, lagi-lagi ada pro kontra.Yang pro menganggap sistem ini realistis,dimana negara maju memberikan kompensasi kepada negara yang berhasilmengurangi emisinya melalui pengelolaanhutan yang baik.Yang kontra merasa sistem ini memilikibanyak jebakan. Apalagi kompensasidibayarkan setelah beberapa tahun terbukti adanya penurunan emisi karbon.Selain itu dikhawatirkan hak-hak masyarakat lokal tergusur.Mungkin kita mesti mendengarkanpendapat Stiglitz. Negara maju punyakewajiban mendukung negara-negaraberkembang mengurangi emisi karbonmereka. Ia menegaskan negara-negaraberkembang tidak akan mampu menerapkan kebijakan ramah lingkungan. Dukungan ini terutama berupa transferteknologi. Dan ia mengatakan AmerikaSerikat memiliki dua utang pemanasanglobal, yakni mengurangi emisi dalam negeri dan kewajiban memberi insentif lingkungan pada negara berkembang. „ RHIndonesia termasuk korban ketidakadilan negara maju
                                
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30