Page 33 - Majalah Berita Indonesia Edisi 52
P. 33
BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006 33BERITA KHASBERITAINDONESIA, 27 Desember 2007 33 Nasionaldari Monas tersangka bandar ekstasidunia yang ditangkap dalam penggerebekan Apartemen Taman Anggrek, membuktikan kuatnya cengkeraman pelakukriminal dalam memengaruhi berbagaipihak. Termasuk “mengelabui” aparat Beadan Cukai Tanjung Priok untuk meloloskan masuk butiran pil ekstasi setelahdicampurkan dengan butiran jagung. Kataseorang tersangka Lim Jet Wee, 41,warganegara Malaysia, dia menyuap Rp100 jutakepada petugas Bea Cukai untuk meloloskan “jagungnya”.Direktur IV Narkoba Mabes Polri,Brigadir Jenderal Polisi Indradi Thanos,mengatakan, Cece yang berada di rumahIyek berperan sebagai perantara penjualdari warga Malaysia ke pengedar diJakarta. Jaringan sindikat ini dipimpinoleh Albert alias Steven Law warga Malaysia. Steven mengirim dan mendatangkan ekstasi dari Belanda ke Indonesia.Selama di Jakarta Steven dibantuCheong Mun Yau dan Diong Chee Meng.Sementara dua nama lain Lim Jit Wee danCua Lik Chang alias Asop bertugas memasarkan ekstasi ke sejumlah bandar. Sindikat ini juga dibantu oleh tiga orang Indonesia, Lim Pik Kiong, Monas, danThio Bok An. Ketiga orang itu mengedarkan ekstasi ke sejumlah pengguna. Sindikat mereka sebelumnya sudah membebaskan enam anggotanya yang sempatditahan di India. Keenam warga Cina itukini berada di Thailand, dan sudahmerencanakan akan masuk ke Indonesiauntuk mendirikan pabrik shabu. Kabarnya, mereka telah menyelundupkan sekitar 10 juta pil ekstasi ke Indonesiadengan kapal laut dari Belanda dengandua kali pengiriman.Diduga masih satu jaringan denganmereka, jajaran Kepolisian KP3 Tanjungpriok juga menyita 410 ribu butir ekstasisenilai Rp 41 miliar terbagi dalam beberapa kantong plastik, dari seorang bandarberkewarganegaraan Malaysia, Ong SengChye, di rumah kontrakan tersangka diJalan Janur Elok Blok QG1, KelapaGading, Jakarta Utara.Liem Marita alias Aling, 39 tahun, padabulan Januari 2006 menjadi tersangkapemilik 57 ribu butir ekstasi senilai Rp 5,7miliar setelah polisi menangkapnya dilantai 12 Apartemen Artha Gading, KelapaGading Square, Jakarta. Janda beranaksatu dan dikenal pemakai berat jenisnarkotika ini, juga diindikasikan merupakan anggota sindikat jaringan nternasional.AKBP Sugeng Ingat Rikolo, Kasat IIIDirektorat Narkotika dan Obat-obatanBerbahaya, Polda Metro Jaya, mengatakan, Aling yang mantan bandar shabushabu sering berpindah tempat dan biasatinggal di apartemen mewah, hasil penjualan ekstasi yang beromset miliaran.Liem yang mendapat pasokan dari seseorang asal Hongkong hanya melayanipembelian minimal 1.000 butir sehargaRp 35 jutaan.Dari Kawasan Industri Pungkur, Kabil,Batam, Kepulauan Riau dikabarkanmenemukan 29 drum atau 1.160 kilogrambahan utama pembuatan shabu-shabu.Inspektur Jenderal Polisi Sisno Adiwinoto, Kepala Divisi Humas Mabes Polri,meyakini temuan itu masih milik satujaringan sindikat narkotika internasional,dan terkait pula dengan temuan polisi diempat lokasi di Batam, dan satu lokasi diPluit, Jakarta Utara yang dibongkarberdekatan waktunya. Sisno mengatakanada orang kuat yang berada di belakangsindikat narkotika internasional ini.Sebuah jaringan pengekspor sabu-sabuberbasis di Hong Kong, pada Selasa (29/8) tahun 2006 lalu juga berhasil dibongkar jajaran kepolisian berikut barangbukti berupa shabu-shabu seberat 966kilogram senilai Rp 600 miliar. Pembongkaran sindikat internasional ini dilakukandi kawasan Teluk Naga, Tangerang, Banten. Dari pemeriksaan tujuh orang tersangka diketahui, mereka, dalam menjalankan bisnis ilegalnya berkedok usahaekspor terumbu karang.Berbicara ketika pengungkapan terjadi,Kapolri Jenderal Pol Sutanto ketika itumemastikan kasus shabu-shabu yangdisita meyakinkan kita bahwa Indonesiamenjadi tempat bisnis narkotika yangmenjanjikan dan menggiurkan bagi sindikat internasional.Sebelumnya lagi, pada 2 Februari 2006digerebek shabu-shabu seberat 200 kg diApartemen Pantai Mutiara, Pluit, JakartaUtara, dan pada Januari 2006 dibongkarsindikat narkotika yang menyelundupkan57 ribu butir ekstasi. Kedua sindikat inididuga juga berasal dari Hongkong.Lalu pada 11 November 2005 ataskerjasama berbabagi institusi, berhasildibongkar pabrik ekstasi di Jalan Cikande,Desa Cemplang, Kecamatan Jawilan, Serang, Banten. Pabrik yang berdiri di atastanah seluas empat hektar ini mampumenghasilkan shabu-shabu 148 kg/hari. Pabrik terbesar ketiga dunia ini bisamemproduksi 1 juta butir pil ekstasi perhari, dengan omzet Rp 100 miliar perminggu, atau Rp 4,8 triliun pertahun.Ketika penggerebekan terjadi munculopini yang menguatkan posisi sindikatnarkotika di Indonesia sudah ke tarafmemproduksi barang terlarang, bukanlagi sekadar mengedarkan.Indonesia LemahKriminolog Universitas Indonesia (UI)Jakarta, Erlangga Masdiana, AdrianusMeliala, dan Ronny Nitibaskara, samasama sependapat, kerapuhan di birokrasitermasuk di lembaga penegak hukum,menjadikan Indonesia dianggap sangatcocok sebagai salah satu lokasi industrinarkotika internasional. Dengan kesadaran penuh sindikat narkotika internasionalmemanfaatkan berbagai institusi formalnegara yang mudah “dibeli”.“Dalam memenuhi kebutuhan duniaakan narkoba, sindikat narkoba internasional memisahkan tempat-tempatuntuk kultivasi dan produksi. Untuk itu,mereka mencari tempat yang dikategorikan sebagai soft state,” kata Adrianuskepada Kompas.Menurut Adrianus, yang dimaksud softstate adalah negara-negara yang pemerintahannya lemah, aparat penegak hukumdan birokrasinya mudah “ditembus”, danadministrasi kependudukannya kacau.Dalam hal ini, Indonesia memenuhiseluruh persyaratan sebagai soft state.Ronny Nitibaskara dalam bukunyaKetika Kejahatan Berdaulat, mendugakuat, di Indonesia telah hidup jaringansindikat narkoba yang sangat sistematis,yang menyerupai organisasi kejahatanyang selama ini dikenal di berbagainegara, seperti Mafia Sisilia, Triad China,Yakuza Jepang, atau kartel-kartel diKolombia.Organisasi kejahatan itu juga dijalankan oleh warga negara Indonesia yangmenjadi kepanjangan dan binaan organisasi tersebut yang bermarkas besar dinegara lain. Transnasionalisasi organisasikejahatan itu “didukung” juga oleh perdagangan bebas, sistem keuangan global,kemudahan transportasi, dan teknologikomunikasi. HTilustrasi: dendy