Page 63 - Majalah Berita Indonesia Edisi 53
P. 63
BERITAINDONESIA, 10 Januari 2008 63BERITA FEATURETren Ngopi di MalBukan SekadarKongkowMinum kopi telah menjadi tren gaya hidupkosmopolitan. Tempat ngopi kini dibuatsedemikian rupa agar nyaman. Fenomenaglobal ini dapat dilihat di mancanegara,termasuk di Jakarta.inum kopi atau“ngopi” di pusatpusat perbelanjaan dan perkantoran di Jakarta kini sudahmenjadi tren dan gaya hidupmetropolitan. Pengunjungyang membanjiri gerai-geraiminum kopi di mal-mal seantero Ibukota bukan lagi fenomena baru. Orang rela antredemi secangkir kopi yang harganya empat sampai lima kalilipat dibandingkan harga secangkir kopi di warung-warung kopi pinggir jalan. GeraiStarbucks, Coffee Club, CoffeeBean And Tea Leaf, SegafredoEspresso dan Java Bay menjadi tujuan para penikmatkopi.Gerai Coffee Bean dan Coffee Club, menawarkan trenminum kopi di mal dan perkantoran. Namun di antarasemuanya, Starbucks merupakan gerai minum kopi yangpaling berhasil menjadi ikongaya hidup metropolitan. Gerai Starbucks di Plaza SenayanJakarta, misalnya, setiap hariselalu ramai dikunjungi penikmat kopi. Sambil menikmati secangkir kopi yang harganya sekitar Rp 25.000, pengunjung bisa duduk santai disofa sambil membaca bukuatau majalah. Diiringi musiklembut, pertemuan denganteman-teman dan kolega biasadilakukan. Bahkan ada banyakpengunjung yang ngopi sambilmenyelesaikan pekerjaan dengan laptopnya.Ngopi di mal dan perkantoran lebih sering dilakukanselepas jam kantor. Sambilmenunggu kemacetan berkurang, para pekerja kantoranbiasanya kongkow di geraigerai ngopi. Apalagi sejakaturan three in one diberlakukan, orang-orang lebih sukangopi sampai jam 19.00, saatjam three in one usai.Di Indonesia, kongkow untuk minum kopi sebenarnyajuga biasa dilakukan di warung-warung kopi, denganharga segelas kopi tak lebih dari Rp 2.000. Namun tentu saja dilakukan oleh masyarakatkelas bawah. Kebiasaan ngopisambil ngobrol di kafe-kafepinggir jalan bahkan sudahlama menjadi kebiasaan orangPerancis. Di Amerika Serikat,Starbucks menjadi pionir trenkongkow sembari ngopi.Setelah ngopi menjadi trengaya hidup kosmopolitan,pengusaha dan pengelola pusat perbelanjaan yang jeli melihat peluang, kini mulai berinovasi untuk menarik pengunjung.Gerai Starbucks di GedungSkyline, Jalan MH Thamrin,misalnya, kini resmi beroperasi selama 24 jam untuk orang-orang yang biasa hang outsampai pagi. Sedangkan diStarbucks Plaza Senayan, pengunjung sudah berdatangansebelum mal tersebut buka.Kebiasaan pekerja kantoranyang membawa laptop sembari ngopi mendorong pengusaha untuk menyediakanteknologi internet nirkabel didalam gerai.Sarapan di gerai ngopi punkini bukan hal yang aneh lagi.Coffee Bean, misalnya, menyediakan paket khusus sarapan pagi dengan harga antara Rp 25.000 dan Rp 32.000per porsi. Yang membedakangerai kopi ini dengan lainnyaadalah tempat ini juga menyediakan teh, pasta, sandwich dan salad.Siang hari, gerai ngopi jugabanyak didatangi pengunjungyang biasanya melakukanmeeting atau pembicaraanbisnis. Sedangkan malam harihingga dini hari, pengunjungnya sebagian besar merekayang suka clubbing.Boleh dibilang ngopi di maltak jauh berbeda dengan kebiasaan nongkrong di warungwarung kopi. Namun sesuaidengan perkembangan zaman,lokasi ngopi pun berubah menjadi lebih elit. Pengusaha melakukan berbagai inovasi baikdari segi peracikan kopi maupun pelayanannya. Hal inisengaja dilakukan untuk membidik konsumen dari kelasmenengah atas. Harga secangkir kopi pun naik berkali lipat.Melihat potensi pasar yangbegitu besar, gerai-gerai minum kopi dari luar negerimerambah Jakarta dan kotakota besar di Indonesia. Sebagai kosmopolitan yangmenghalalkan kapitalis masuk, Jakarta menjadi kota yangmenarik bagi investor asing.Konsekuensinya, fenomenaglobal yang bisa ditemukan dibelahan dunia lain, dari Tokyo,Singapura, New York, hinggaParis, juga dapat ditemukan diJakarta. Tren ngopi di berbagai mal Jakarta pun kinimenjadi bagian dari fenomenaglobal. RHMKafe menjadi lokasi baru pertemuan bisnis.