Page 38 - Majalah Berita Indonesia Edisi 60
P. 38
38 BERITAINDONESIA, 26 September 2008LenteraL ENTERA38pandangannya di atas. Bahkan dapatdikatakan, pandangan-pandangan itutampak memperoleh cara dan pola pengungkapan yang makin matang dan penuhbelakangan ini – sejalan dengan makinmatang dan penuhnya Nurcholish sebagaipribadi.Setelah terlibat dalam kontroversiseputar pembaruan yang cukup besarpada awal tahun 1970-an, Nurcholishmemang memilih untuk “mundur” dariarena dan menyibukkan diri dalam bidangintelektual. Ia antara lain mendirikanYayasan Kebajikan Islam Samanhudi danmemimpin majalah Arena, yang keduanya berpusat di Jakarta. Namun, yangpenting dicatat dari aktivitasnya pada eraini adalah keterlibatannya di LembagaIlmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),sebuah lembaga penelitian milik pemerintah dan berpusat di Jakarta. Iasebenarnya bukanlah orang yang cocokuntuk menjadi pegawai negeri (ia lebihsering “bolos kantor” dan bekerja dirumah), dan ia bekerja di LIPI karenalembaga itu tengah mempersiapkanproyek penelitian ini, dengan tema besarbekerjasama dengan Universitas Chicago,AS. Dalam proyek penelitian ini, dengantema besar Islam and Social Change (“Islam dan Perubahan Sosial”, ia terpilihsebagai satu-satunya peneliti dari Indonesia – dan untuk itu ia harus menjadipegawai LIPI.Pertautannya dengan Universitas Chicago, salah satu perguruan tinggi palingbergengsi di AS, di atas, belakanganterbukti cukup memainkan peran dalammematangkan Nurcholish sebagai pemikir dan pembaru. Terkesan oleh kemampuan Nurcholish, universitas itumenawarkan beasiswa pasca-sarjanakepadanya—sebuah tawaran yang, sekalipun dengan antusias diterimanya, barudapat dijalaninya setelah ia selesai berkampanye untuk PPP pada pemilu tahun1977.Di Universitas Chicago, Nurcholishpertama-tama belajar ilmu politik. Setelahmerasa cukup, ia pindah ke bidang studikeislaman, dan di sinilah ia berjumpadengan almarhum Fazlur Rahman, salahseorang pemikir Islam paling berpengaruh di abad ini. Di bawah bimbinganguru besar asal Pakistan ini, Nurcholishlalu menulis Desertasi mengenaipemikiran Ibn Taymiyyah, tokoh yangdianggapnya sebagai mbah-nya pemikirpembaruan di dunia Islam.Sekembalinya dari AS, bersama rekanrekannya, Nurcholish membentuk Yayasan Wakaf Paramadina (1986). Lewatyayasan ini, ia membidik sasaran publikyang lebih tegas: kaum Muslim menengahkota yang selama ini kurang tertampungminat dan kepentingan religiusnya—karena pola, bentuk dan kandunganinteletual para dai “tradisional” dirasakankurang memadai. Selain menyelenggarakan kursus-kursus regular dan diskusibulanan tentang tema-tema keislaman,yayasan ini juga menerbitkan buku-bukubaik karangan asli maupun terjemahan.Sekarang, setelah berusia lebih darisatu dekade, yayasan di atas telah berkembangan pesat. Yayasan ini dapatlahdikatakan sebagai kaki paling kukuhdengan apa Nurcholish, dengan dukunganbanyak rekan lain yang sepandangandengannya, menggerakkan agenda-agenda pembaharuannya. Belakangan, yayasan itu mulai ke jalur pendidikan formal dengan mendirikan UniversitasParamadina.Bahwa Nurcholish kini mempertajamsasaran dakwahnya kepada kelas menengah Muslim, itu memang sepenuhnyaby design. Menurutnya, kelompok itulahyang paling potensial untuk menggerakkan perubahan di Tanah Air. Bahwa posisisosial, ekonomi dan politik mereka kinimasih sangat lemah, masih sangat rentanuntuk di intervensi negara, ia sepenuhnyamenyadarinya. Tapi, baginya, merekalahsatu-satunya harapan masa depan—danitulah sebabnya ia berusaha keras, dalamtiap kesempatan dan lewat berbagai cara,untuk memperkuat posisi mereka. Bahwajumlah mereka di Indonesia masih sangatkecil, ia juga sepenuhnya menyadarinya– dan itulah sebabnya ia berusaha untukmemperbanyaknya, sesuai dengan kapasitas dan sumber daya yang ada padanya.Nurcholish memang bukan seorangpemikir dengan gairah revolusioner yangmenggebu. Ia tidak mempunyai akibatakibat akhir yang positif dari perubahanyang dilakukan dengan tergesa-gesa dandengan jalan kekerasan. Sebisa mungkin,menurutnya, perubahan harus dilakukansecara smooth dan damai. Itulah sebabnya ia memandang penting pembentukanopini (opinion marking) untuk meningkatkan kesadaran sosial dan politikrakyat, meskipun diperlukan tingkat kesabaran cukup tinggi untuk melihat implikasi konkretnya. Dengan kemampuanlisan dan tulisan yang sama tangguhnya,ia terus memberikan ceramah, mengajardan menulis di berbagai tempat. dan karena makin percaya akan pentingnyafaktor internasional dalam menentukanperkara-perkara domestik, ia juga rajinmengemukakan pikiran-pikirannya diluar negeri, menjadikannya salah satu darisegelintir “juru bicara” cendikiawan Indonesia di forum internasional.Memasuki dekade 1990-an, daya desakPenerbit:Yayasan PesantrenIndonesia, Al-Zaytun,Mekar Jaya, Gantar, Indramayu, JawaBarat, Indonesia 45264Phone (0234) 742814-15 Fax (0234)742833E-mail: zaytun99@yahoo.comBudhy Munawar-Rachman:Penyunting Buku EnsiklopediaNurcholish Madjid.foto-foto: dok. berindo