Page 57 - Majalah Berita Indonesia Edisi 60
P. 57
BERITAINDONESIA, 26 September 2008 57BERITA PUBLIKculannya operator-operator swasta dibisnis yang sama perlu mendapat perhatian. Sekarang ini, harus lebih gigih danjeli menangkap peluang, karena ke depandalam UU itu, peluang pemerintah untukmembeli sarana dengan APBN sepertinyaagak tertutup, padahal, kita sadar uangyang tersedia itu, cenderung di APBN,kondisi inilah yang perlu diantisipasi,”ungkapnya.Tujuan pemerintah meningkatkanshare transportasi KA semakin berkembang dengan adanya kemungkinanmasuknya investasi asing ke Indonesia dibidang Perkeretaapian. Para investordiharapkan sedapat mungkin bekerjasama dengan INKA. Pemerintah jugadiharapkan memberi support kepadaindustri dalam negeri, khususnya INKA.Hal yang sama diungkapkan Lili Rustandi, Komisaris INKA. Bila nanti ada investor asing masuk, dia akan memperhitungkan masalah untung dan ruginya. Apakah lebih menguntungkan biladikerjakan sendiri meski belum mengetahui medan di Indonesia atau lebihbaik bermitra dengan INKA yang sudahberpengalaman di Indonesia. Dari hitungan bisnis, bermitra dengan INKAjelas lebih menguntungkan.Brand ImageKonfigurasi bisnis yang dikembangkan PTINKA selama ini memiliki standar yangkompetitif. Direktur Produksi & Teknologi, Kurnijanto mengungkapkan,penguasaan teknologi di bisnis inti sesuaistandar internasional, sementara di bisnispendukung, ibaratnya satu langkah lebihmaju dibanding kompetitor lain. Sehinggaberbagai produk yang dihasilkan INKAmendapat respon positif dari pasar, baikkualitas maupun desainnya.“Inovasi yang dikembangkan, sepertiKRD-I, diesel elektrik hingga dieselhidrolik, era Argo dan produk terbaruINKA, KRD-E dengan lebar rel 1.435 Myang siap dioperasikan di Aceh memilikikecepatan antara 120-140 Km/jam, lebihcepat dibanding KA yang ada saat ini,”katanya.Sementara itu, menurut Direktur Komersial, Gunesti W, paradigma berubah,baik pola pikir dan perilaku. “Kita harussiap menghadapi kompetisi, di bisnis intimaupun bisnis pendukung melalui berbagai macam produk transportasi atauproduk di luar itu. Kami harus semakinjeli melihat potensi pasar yang semakin dinamis,” katanya.Untuk menjadi maju, peluang besarmapun sekecil apapun, sepanjang itumampu dibuat PT INKA, akan ditanggapi.Misalnya, penjualan konstruksi jembatansampai ke pulau Nusa Penida, mobil, kursike PT Pal atau peralatan sinyal ke PT KA.Perilaku pasar berbeda-beda dan PTINKA juga harus melakukan adaptasiyang berbeda.“Produk INKA adalah brand image,yang selama ini dikenal publik adalahproduksi kereta api, sekarang disuguhkandengan berbagai produk yang memilikijaminan kualitas, dukungan pabrik dengan peralatan yang lengkap dan SDMberpengalaman, maka setiap produksiyang dihasilkan tidak kalah denganpemain lain yang sudah lama berkecimpung di bisnis yang sama,” kata Gunesti.Dari pengalaman yang sesuai dengankompetensinya, PT INKA ungkapnya,bekerjasama dengan BPPT. Dalam persaingan dengan produk China dari segikualitas dan harga kompetitif, produkINKA menjadi pilihan. Sementara produkyang ditawarkan negara tirai bambu itujauh lebih mahal, salah satunya disebabkan oleh biaya impor. Selain itu, semuaproduk pendukung yang dihasilkan PTINKA dikerjakan secara profesional,seperti yang dilakukan di bisnis inti.Keuntungan bruto diberi toleransi antara15-20 %.“Kami punya pengalaman pahit saatterjadi krisis di perusahaan. Oleh sebabitu, sebagai generasi kedua setelah PakRoos Diatmoko (Dirut INKA) kami bertekad memberi yang terbaik bagi perusahaan sesuai bidang dan tanggung jawab.Krisis di PT INKA beberapa waktu lalumerupakan sejarah untuk selalu diingatdan tidak terjadi lagi di kemudian hari,”katanya. RIPENINJAUAN: Presiden SBY mendapat penjelasan dari Dirut INKA Roos Diatmoko, saatmelakukan peninjauan ke PT. INKA, MadiunKomisaris Utama Soemino Eko Saputro bersama komisaris lainnya dan jajaran direksi PT. INKAfoto: samsuri/berindo