Page 37 - Majalah Berita Indonesia Edisi 66
P. 37


                                    BERITAINDONESIA, April - 15 Mei 2009 37LENTERACara solidaritas kita, InternationalSolidarity. Tatanan hidup kita,setingnya, International Setting.Barangkali itulah yang dinamakan hidupglobal dan itulah yang dinamakanglobalisasi. Kekuatan nasional, namunkita mampu mengakses kehidupanantarbangsa,” ujarnya. Sehingga kamimenyebut Ma’had Al-Zaytun sebagaiKampus Peradaban Berskala Dunia.Nyalakan Obor DemokrasiSebagai pendiri dan menjadipersonifikasi (tokoh panutan) AlZaytun, Syaykh Panji Gumilang jugamengajarkan dan menyalakan obordemokrasi. Sebagaimana kami petikmenjadi lead tulisan ini, menurutnya,Indonesia harus masuk dalam zone ofpeace and democracy kalau inginmenjadi negara yang kuat, beradab danbermoral di muka bumi ini bersamasama dengan negara-negara lain.Sementara, dalam berbagai forum didunia Islam, usaha penerapandemokrasi masih mengalami pasangsurut. Masih mengemuka pertanyaan:Apakah Islam sesuai dengan demokrasi?Kelompok kedua (moderat)menganggap demokrasi sesuai denganIslam. Menurut mereka, tidak ada nilainilai demokrasi yang bertentangandengan Islam. Kelompok iniberpandangan bahwa nilai-nilaidemokrasi seperti toleransi, konsultasiatau syura, keadilan dan pengawasanpublik, sejalan dengan Islam. Prof.Ahmad anna’im, seorang pakar hukumIslam asal Sudan yang kini menetap diAmerika, termasuk salah seorangpenganut paham ini. “Sayamembutuhkan demokrasi untukmenjadi muslim yang baik,” tegas Prof.Ahmad anna’im. Menurutnya, adasemacam link organic antara syariatdan demokrasi.Akademisi yang dilatari pengalamansebagai seorang aktivis, ini mengatakanmerasakan betul pentingnya kehidupanyang demokratis bagi negeri-negerimuslim. Pernyataan ini berkaitandengan masih banyak negeri muslimyang terjatuh pada despotismeotoritarian. Sehingga, beberapakalangan ilmuwan barat pun, sepertiHuntington, meragukan negeri-negeriingin menjadi negara yang kuat. Samaseperti apa yang dikemukakan Prof.Ahmad anna’im di atas, pernyataanSyaykh Al-Zaytun ini, menjadi sumberinspirasi bagi setiap orang yang inginmendalami kehidupan berdemokrasi,terutama bagi para calon pemimpinbangsa di negara berpenduduk muslimseperti Indonesia.Menurut Panji Gumilang, dalamkehidupan bernegara, kita perlu (harus)memiliki kerangka nilai (demokrasi)yang mampu menampung semuaelemen bangsa. Visi dan ajarannyatentang demokrasi tidak sekadarpaparan teori dalam kelas, tetapi jugadalam aplikasi dalam tubuh OrganisasiPelajar Ma’had Al-Zaytun (OPMAZ).Menurutnya, dalam rangka kaderisasikepemimpinan bagi para santri, untukmenjadikan mereka pemimpin yanghandal, tak cukup hanya denganmemberikan teori-teori tentangkepemimpinan. Mereka harus memilikiwadah praktik yang bisa menajamkaninsting kepemimpinan.Oleh karena itu, dibentuk sebuahorganisasi siswa yang dinamakanPertanyaan ini melahirkan beragamjawaban. Paling tidak bisa dibagi dalamdua kelompok. Kelompok pertama(Islam Ideologis) menganggapdemokrasi tidak sesuai dengan Islam.Karena, menurut mereka, demokrasimerupakan sistem kafir, karena telahmeletakan kedaulatan negara di tanganrakyat bukan Tuhan.Islam mampu berdemokrasi.Tatkala terpublikasikan pandanganyang beragam tentang Islam dandemokrasi dan adanya keraguanpenerapan nilai-nilai demokrasi dinegeri muslim, Syaykh Panji Gumilangtelah menegaskan visinya tentangmutlak perlunya Indonesia masukdalam zona damai dan demokrasi jikaOrganisasi Pelajar Ma’had Al-Zaytun,disingkat OPMAZ. Organisasi inidisesuaikan dengan bagan peran danfungsi yang ada di Yayasan PesantrenIndonesia (YPI). Maka,pembentukannya pun berdasarkansebuah surat keputusan.Untuk membentuk organisasi siswaini, terlebih dahulu diangkat sebuah ke dalam kotak yang disediakan Penghitungan suara di Ma’had Al-Zaytun diawasi oleh beberapa saksi
                                
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41