Page 14 - Majalah Berita Indonesia Edisi 67
P. 14
14 BERITAINDONESIA, 16 Mei - 15 Juni 2009BERITA UTAMAfoto-foto: daylife.comkader Golkar yang masih menginginkanberkoalisi dengan SBY.Dengan gerak cepat JK dan PartaiGolkar segera melakukan manuver, merangkul kembali Blok Teuku Umar yakniMegawati (PDIP), Prabowo (Gerindra)dan Wiranto (Hanura). Setelah melaluihiruk-pikuk beberapa kali pertemuan,Partai Golkar berhasil bergandeng tangandengan PDIP, Gerindra dan Hanuramembentuk Koalisi Besar. KesepakatanKoalisi Besar itu pun disepakati danditandatangani di kantor DPP PartaiHanura, Jumat 1/5. Salah satu kesepakatannya adalah mereka siap bekerjasama di parlemen, mulai tingkat pusathingga daerah.Namun Koalisi Besar ini tampaknyasulit bersatu dalam koalisi Capres-Cawapres. Keempat partai dalam koalisi inimasing-masing mempunyai Capresnyasendiri. Tampaknya tidak ada yang maumengalah menjadi Cawapres. HanyaWiranto (Hanura) yang kemudian menyadari realitas politik, terutama perolehan suara yang hanya 3,77 persen,sehingga rela menurunkan derajat sebagaiCawapres. Padahal pada Pemilu 2004,memenangkan konvensi Golkar sebagaiCapres. Sementara, Parabowo (Gerindra)yang hanya memperoleh suara 4,46persen tetap mempertahankan ambisibesarnya sebagai Capres.Jusuf Kalla, sebagai seorang berlatarbelakang saudagar yang memiliki kejelianmelihat dan menangkap peluang sekecilapa pun, yang juga secara internal didalam tubuh Golkar telah didesak danterdesak untuk segera mengambil keputusan, segera menangkap sinyal dariWiranto yang rela menurunkan derajatjadi Cawapres. Maka, hanya hitungan jamsetelah penandatangan kesepakatanKoalisi Besar, keesokan harinya, Sabtu 2/5, JK-Wiranto langsung dideklarasikansebagai Capres-Cawapres koalisi PartaiGolkar dan Hanura. Megawati (PDIP)ditinggal kembali bersama Prabowo(Gerindra).Riak Keempat, Koalisi JK-Win versusKoalisi Campur Sari atau Koalisi Gaduh.Pasangan Capres-Cawapres Partai Golkar-Hanura (Jusuf Kalla – Wiranto),tampil lebih cepat mengambil keputusanberkoalisi. Pasangan ini dengan memakaitagline “lebih cepat lebih baik dengan hatinurani” langsung bergegas meretas jalanmenuju pertarungan Pilpres 8 Juli 2009.Sementara tiga tokoh lainnya yang belakangan paling dinominasikan berpeluang sebagai Capres yakni SBY, Megawati dan Prabowo, masih diliputi anekamacam (campur aduk, campur sari) masalah. SBY diliputi campur aduk kepercayaan diri berlebihan dan keraguanmemilih pasangan Cawapres. Megawatiberada dalam posisi dilematis mempertahankan keputusan kongres PDIP yangmemutuskannya sebagai Capres. Sementara Prabowo bertahan dalam ambisibesar sebagai Capres.SBY tampak ragu menentukan pilihanCawapres dari 19 nama yang diajukanmasyarakat dan partai-partai mitrakoalisinya (PKS, PAN, PPP dan PKB).Terutama PKS dan PAN yang tampaknyasangat menghendaki kadernya dipilihsebagai Cawapres. Atau sebenarnya SBYsama sekali tidak ragu, tapi malah sangatpercaya diri, tidak mau memilih Cawapresdari kader partai mitra koalisinya, karenahal itu bisa seperti membesar anak macanyang siap mengalahkan Partai Demokratpada Pemilu 2014.Sementara, Megawati (PDIP) tampaknya mulai ditinggal sendiri oleh Prabowo(Gerindra) setelah sudah lebih duluditinggal Golkar dan Hanura. Prabowomelakukan manuver dengan usaha menghimpun puluhan partai kecil yang tidaklolos parliamentary threshold untukbersama-sama mengusungnya sebagaiCawapres berpasangan dengan RizalRamli yang sejak awal menggalang blokperubahan dengan partai-partai guremtersebut. Memang, jika perolehan suara29 partai tersebut dihimpun ditambahperolehan suara Gerindra akan mampumencapai 25 persen suara dan memenuhisyarat minimal pengajuan Capres.Dalam kondisi ini, SBY mengutus HattaRajasa menemui Megawati di Jalan TeukuUmar, Rabu (6/5). Walaupun semulakedatangan Hatta disebut dalam rangkaurusan rumah pemberian negara kepadamantan Presiden Megawati, namun belakangan pada acara syukuran kemenanganPartai Demokrat di rumah pribadi SBY diCikeas, Minggu 10/5, SBY mengungkapkan bahwa benar tengah dijalin komunikasi politik dengan PDIP (Megawati).Tanda-tanda keseriusan komunikasipolitik PD dan PDIP ini ditangkap berbagai pihak dari pengunduran rancaanadeklarasi Cawapres pendamping SBY dari11 Mei mejadi 15 Mei. WalaupunpihakPartai Demokrat (PD) tegas-tegas menolak bila disebut alasan pengunduran hanya karena sabar menunggu PDIP. “Deklarasi mundur tanggal 15 Mei malamkarena Presiden SBY melaksanakan tugasnegara, menghadiri acara WOC (WorldOcean Conference) di Manado. Selain ituada kebutuhan untuk mematangkanpersiapan koalisi,” kata Ketua PD AnasUrbaningrum, Sabtu (9/5/2009).Hiruk-pikuk tentang kemungkinanbergabungnya PDIP dengan Partai Demokrat membuat dinamika koalisi partaipolitik bergerak bagai gelombang tsunamiyang memutar balik. Partai Demokrat danPDIP yang dalam lima tahun terakhirberseberangan dengan komunikasi yangbeku, yang satu sebagai penguasa dan satulagi oposisi, dalam sekejap dimungkinkanberkoalisi.Beberapa kader Partai Golkar langsungberteriak, tak sungkan menuduh PDIPmengingkari kesepakatan Koalisi Besaryang sudah ditandatangani sebelumnya.Namun, PDIP yang tampaknya sudahmerasa berulang kali ‘diperdaya’ dalamkesepakatan politik, tidak menanggapiteriakan itu. Bahkan, khusus tentangpembicaraan kemungkinan berkoalisidengan Gerindra, Ketua Dewan Pertimbangan DPP PDIP Taufik Kiemas menganggap itu sudah masa lalu. “Aku enggakberani ngomong. Itu (Prabowo) sudahberlalu. Sudahlah, itu masa lalu,” kataTaufik Kiemas, sebelum berangkat menuPertemuan Megawati dan Jusuf Kalla menghasilkan kesepakatan dua tokoh, 12 Maret 2009.