Page 31 - Majalah Berita Indonesia Edisi 70
P. 31


                                    BERITAINDONESIA, September 2009 31BERITA WAWANCARAkegelisahan Anda tentang kelengkapan alutsista TNI?Menurut saya, tidak usah merisaukan. Karena dari segiperimbangan kekuatan konvensional di negara-negara Asean,kita memang tidak terlalu banyak memiliki alutsista yangcanggih dibandingkan dengan Singapura, Malaysia, Thailand.Tapi saya yakin bahwa hidup di era global ini, negara-negaratetangga kita juga tidak perlu terlalu takut pada kita memilikisenjata-senjata yang canggih. Karena keamanan global ituterwarnakan dari adanya hubungan yang demikian intens antarasesama negara, ekonomi, politik, kebudayaan, sehingga praktisnegara-negara Asean ini sudah menyatu sebagai satu komunitaspolitik, ekonomi, dan keamanan. Oleh karena itu, kitamanfaatkan apa yang dimiliki oleh Singapura, Malaysia, Thailand dan Philipina, untuk ikut menjaga keamanan kita diperbatasan.Itu keamanan regional ya. Tapi sekarang justruantara Malaysia- Indonesia. Justru mereka merasalebih kuat daripada kita. Bagaimana kita menghadapi?Ndak. Itu saya kira tidak benar karena yang terjadi adalahmasalah sengketa tentang kedaulatan, daulat atas Ambalatsebagai wilayah potensi sumber daya alam. Bukan masalahkedaulatan negara. Sengketa itu, sengketa tentang hak daulatatas wilayah yang di perairan yang di luar perairan teritorialmasing-masing. Hanya, karena jarak antara laut teritorialdengan hak daulat itu cukup panjang. Karena nilainya sangattinggi dan energi merupakan penting. Diperlukan kehadiranalutsista yang memadai.Dengan cara pandang seperti itu, bisa diterima olehPanglima TNI?Diterima, karena Panglima sendiri mengatakan, “Sebagaitentara rakyat, bersedia untuk sementara mengorbankananggaran yang lebih banyak untuk perekonomian dan kesra.Karena rakyat yang adil dan sejahtera itu juga bentuk pertahananyang tidak bisa diukur dengan senjata.Kalau begitu, kami menangkap, sebenarnya kitasabar dalam keprihatinan alutsista. Menurut pendapatAnda, yang idealnya seperti apa mengenai alusista itu?Yang sekarang kita kembangkan adalah masalah perimbanganitu tidak dilihat dari jumlah alutsista yang dimiliki, tetapi yangdisebut sebagai varitas teknologi. Harus ada kesetaraan. Kalaumereka punya sekian F-16, F-18, kita harus punya Sukhoi. Tidakbanyak tetapi varitas tekonologinya sama. Karena itulah yangkita bisa mampu membayar. Karena anggaran lebih banyakuntuk perekonomian, untuk pelabuhan, untuk bandara, untukkesra, dan kesempatan bekerja, begitu.Mengenai policy pengadaan alutsista diadakandengan kemampuan sendiri di dalam negeri,bagaimana itu dalam kebijaksanaan departemenpertahanan?Relatif. Karena alutsista yang terlalu canggih, tidak bisadikembangkan di dalam negeri ataupun di negara-negara Asean.Kalau alat pukul seperti kapal selam dan pesawat tempur tetapharus import dari luar negeri. Tapi yang kita pentingkan adalahalutsista teknologi madya, pesawat angkut, patroli. Itu punkomponennya masih banyak komponen asing.Ada roket yang dikembangkan oleh Lapan?Masih bisa diolah supaya rudal itu dipadukan dengankemampuan kendali. Jadi harus ada keterpaduan antara industrikimia dan mesin dan pesawat dengan masalah komando dankendali. Cuma di situ belum ada keterpaduan antara peroketandengan masalah kendali itu.Kembali ke soal kuantitas alutsista, walaupun ituakan bersangkut paut dengan daya mampunya.Menurut Anda, berapa sih jumlah pesawat, misalnyaSukhoi idealnya kita miliki untuk kawasan Indonesiayang begitu luas?Kalau pesawat tempur, saya kira minimumnya harus ada tigaskuadron. Kalau satu skuadron itu antara 12 dan 16 berarti 36pesawat tempur. Tapi sekarang kita paling-paling enam ataudelapan. Masih jauh. Tapi kalau dilihat dari varitasnya, masihokelah, buat saya. Cukup menjadi daya tangkal untuk membuatnegara tetangga berpikir dua kali, sebelum mencoba-coba lagimenguji kekuatan kita.Kemudian tentang HAM. Ini masalah lama. TNImasih dipersoalkan mengenai HAM. Ada pandanganyang khusus tentang itu dari Anda?Ya. Singkatnya begini, seringkali indentifikasi HAM adalahTNI sebagai pelanggar HAM. Termasuk HAM berat. Tapi marikita lihat sisi lain yang sering tidak diakui oleh teman-temandari LSM. Seringkali TNI berperan untuk mencegah pelanggaranHAM berat yaitu terjadinya perang suku di Papua. Terjadinyakeonaran-keonaran di daerah-daerah rawan, termasuk di Poso,di Ambon. Kalau tidak masuk TNI, akan terjadi lagi pelanggaranHAM berat antara sesama warga, karena keterbukaan yangberlebih-lebihan.Terakhir. Apa mimpi Anda tentang Indonesia. Mimpidalam tanda kutip. Visi Anda kira-kira?Bangsa yang percaya diri, itu saja. Jangan terlalu banyakmengeluh.Supaya menjadi bangsa yang percaya diri?Ya. Supaya menjadi bangsa yang percaya diri, pemerataan dibawah harus ditingkatkan, terutama kebutuhan dasar manusia.Sandang, pangan, papan, listrik yang murah, hunian yang layakuntuk khalayak banyak. Listrik yang cukup sampai ke desa-desa.Tidak perlu PDB perkapitanya 30.000 dolar, tapi timpang.Cukup 6.000 dolar asal merata ke seluruh banyak orang. Janganmengikuti gaya hidup orang-orang negara maju. Cukup sajasesuai dengan daya dukung lingkungan hidup.Berarti Anda tidak setuju neoliberal ya?Neoliberal itu sudah berkuasa berpuluh-puluh tahun. Darizaman saya mahasiswa.„ BI/MS-BHS-CRSMenhan Juwono bersama Menhan AS Robert Gates
                                
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35