Page 65 - Majalah Berita Indonesia Edisi 74
P. 65
BERITAINDONESIA, Februari 2010 65BERITA OLAHRAGAbelasan kedua negara tersebut. Taktanggung-tanggung Indonesia menaklukkannya dengan rata-rata 4-0. Tak hanyaitu, Taiwan juga pernah dilumat habis 11-1 di turnamen Merdeka Games 1969, padaera Soetjipto Soentoro. Bahkan negaratetangga seperti Thailand, Malaysia, danSingapura masih jauh ketinggalan daripermainan tim nasional Indonesia. Saatitu Indonesia mampu mensejajarkandirinya dengan timnas Israel yang waktuitu masih bergabung dengan zona Asia(kini bergabung dengan Eropa), sebagaitim elit yang disegani di kawasan Asia. Takhanya itu, 4 pemain nasional menjadipemain di Tim Asian All Stars 1966-1970termasuk Soetjipto Soentoro (sekaligusbertindak sebagai kapten), Jacob Sihasale,Iswadi Idris dan Abdul Kadir.Dan pada tahun 1991 di SEA Games diManila adalah yang terakhir kalinya Indonesia menikmati sebagai jawara sepakbola. Sembilan belas tahun berlalu, prestasi tim sepak bola Indonesia sejak saatitu semakin meredup. Indonesia minusprestasi di berbagai turnamen internasional baik di luar negeri atau ketikamenjadi tuan rumah penyelenggaraanevent internasional seperti Piala Asia.Bahkan di kawasan Asia Tenggara puntimnas Indonesia tidak bisa lagi mendominasi sepak bola seperti sedia kala.Keterpurukan tersebut sangat dirasakan pecinta sepak bola di tanah air karenaPSSI yang tak kunjung menuai prestasi.Seperti baru-baru ini di luar dugaan,karena saking kesalnya, saat timnas Indonesia kalah 1-2 melawan Oman di Jakarta(6/01/2010), salah satu pendukung timnas nasional Hendri Mulyadi (20) melompat pagar mencoba menggiring bola danmelepaskan tembakan ke gawang Oman,namun sayang usahanya untuk menunjukkan semangat bagaimana untuk memasukkan bola ke gawang lawan terhenti.Karena kiper Oman tidak mau kalah maluditaklukkan striker dadakan, sang kiperpun dapat menggagalkan bola tersebutmasuk dalam jala pertahanan-nya.Hendri mungkin hanyalah salah satumaniak pendukung kesebelasan nasionaldari sekian banyak orang yang secaraspontan mengekpresikan kekesalannyaterhadap prestasi sepakbola di tanah air,yang tak kunjung berubah. Seperti dilansirdari Kompas, Hendri mengaku melakukannya karena kecewa dengan tim nasional Indonesia yang tak kunjung menang.“Bukan motivasi saya menerobos ke lapangan, tetapi karena saya sangat kecewadengan penampilan tim nasional. Enggaktahu kenapa saya bisa melakukan itu.Mungkin masyarakat Indonesia jugakecewa, Indonesia kok enggak pernahmenang. Mungkin saya saja yang beraniberbuat nekat seperti itu,” kata Hendri.Pembinaan yang tidak berkesenambungan serta manajemen yang tidak rapiditenggarai sebagai salah satu penyebabmerosotnya prestasi sepakbola Indonesia.Walau dari sisi programnya, PSSI besertadengan fasilitasnya sudah lebih baikdibandingkan saat masa keemasan sepakbola Indonesia ; jam terbang para pemainyang semakin banyak karena kompetisisepak bola sudah berjalan dengan baik,penggajian atlet yang lebih baik. Namuntidak serta merta membuahkan prestasiyang membanggakan. Termasuk denganmendatangkan pemain asing, yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas parapemain di Indonesia.Sebaliknya kehadiran pemain asingdinilai belum signifikan memberikankontribusi bagi pemain Indonesia. Yangdidapati para pemain asing justru beradaptasi dengan gaya pemain Indonesia,ikut-ikutan marah dan menghakimi wasit.Bahkan dilihat dari segi kualitas tidak jauhbeda dengan para pemain lokal. Sehinggabanyak pihak berharap lebih baik mendatangkan pelatih asing yang bagus. Karenayang dibutuhkan ilmu dan strategi membangun sebuah tim yang solid yang dimulai dari dasar, yang dimungkinkanlebih berkesinambungan. Dibandingkandengan cara-cara instan, seperti adanyaide untuk menaturalisasi pemain asinguntuk menjadi pemain nasional.Pemahaman selama ini adalah denganmendatangkan pemain asing diharapkandapat menularkan spirit, keahlian dan jadicontoh bagi pemain-pemian klub lokal.Pemahaman ini dinilai sudah tidak tepat.Sebab ada kemungkinan, para pemainmalah diminta belajar dari sesama pemainyang belum tentu bagus. Muncul pulakecenderungan dimana para pemain malahbersaing dan bukan saling belajar. Hal iniakan memperburuk mentalitas para pemain. Terlebih PSSI yang mendapat subsididari FIFA selalu mendapat potongan hampirseparuh dari subsidi akibat para pemainasing yang bermasalah. Padahal dana yangada bisa lebih dioptimalkan untuk pembinaan sepakbola yang berkelanjutan.Sebenarnya tidaklah mustahil kalau Indonesia akan mendapat tantangan dariFIFA untuk menjadi penyelenggara PialaDunia tanpa harus mengajukan penawaran. Tentunya, jika prestasi sepakbolanasional sudah bisa berbicara di tingkatinternasional dan faktor keamanan sudahterjamin. SAN, CIDnaat bertanding melawan Kuwait (Saleh Alshaik) dalam pertandingan kualifikasi Grup B AFC Asian Cupuwait, seri 1-1