Page 64 - Majalah Berita Indonesia Edisi 74
P. 64


                                    64 BERITAINDONESIA, Februari 2010BERITA OLAHRAGAfoto: daylife.comBermimpi menjadi tuan rumah Piala Dunia sah-sah saja.Namun lebih elok bila mimpi itu terwujud sejalan denganprestasi PSSI yang sudah mampu membuat timnas sepakbola Indonesia menjadi yang terbaik di Asia Tenggara.atu tahun sudah, PSSI (PersatuanSepak Bola Seluruh Indonesia)tepatnya 26 Januari 2009 silam,mendaftarkan diri sekaligus mengajukan proposal kepada FIFA untukmenjadi tuan rumah pada Piala Dunia2022. Bersama dengan sejumlah negaralainnya, Indonesia akan bersaing denganInggris, Jepang, Qatar, Rusia, Portugal, danSpanyol. Serta pesaing lainnya Australia,trio Belgia-Belanda-Luxemburg, Kanada,China, Meksiko, dan Amerika Serikat. Danpemenangnya secara resmi akan diumumkan FIFA pada Desember 2010.Salah satu syarat yang dianjurkan olehFIFA adalah, masing-masing negara harus memiliki stadion berkapasitas lebihdari 80.000 penonton untuk pertandingan pembuka dan final. Dan untuk kapasitas tersebut, Stadion Utama Gelora BungKarno dapat menampung 88.000 suporter dan telah banyak menggelar pertandingan internasional. Selebihnya, setidaktidaknya kandidat tuan rumah juga harusmemiliki 12 stadion dengan kapasitas40.000 orang.Pengajuan yang dilakukan PSSI ini, dinilai sangat mengejutkan. Sebab Indonesia belum pernah lolos ke putaran finalPiala Dunia ditambah lagi prestasinyayang makin anjlok. Mungkin karena alasan sadar diri, pemerintah tidak mengeluarkan memo yang diminta PSSI sebagaibukti dukungan pemerintah atas biddingatau penawaran yang dilakukan oleh PSSI.Memo dari pemerintah diperlukankarena menjadi tuan rumah penyelenggara Piala Dunia membutuhkan biayayang tidak kecil. Triliunan rupiah akan dibutuhkan untuk menyelenggarakan eventtersebut. Mulai dari pembangunan fasilitas, penginapan hingga pengadaan keamanan mutlak dibutuhkan sesuai dengan standar FIFA demi memberikan rasaaman bagi tim kesebelasan masing-masing negara. Dengan tidak adanya memodari pemerintah ini, kandas sudah harapan untuk menjadi tuan rumah PialaDunia tersebut.Walau pemerintah tidak secara ekplisitmenyatakan ketidaksetujuannya untukmengeluarkan rekomendasi, kita harusmengakui prestasi sepakbola tanah air belum menunjukkan perkembangan positifseperti yang diharapkan, khususnya bagiinsan pengagum sepakbola. Di sisi lain,PSSI sendiri merasa sudah melakukanupaya maksimal untuk membenahi danmengangkat prestasi sepakbola nasional.Mulai dari regulasi, mendatangkan pelatih asing, sekaligus mendatangkanpemain asing. Hingga meningkatnyakesejahteraan para pemain yang sudahlebih baik bila dibandingkan pada erakejayaan sepakbola nasional. Namun, halitu tidaklah cukup untuk dijadikan acuanuntuk mengemukakan keberhasilan.Sebab semua melihat skor “prestasi”diukur dari berapa banyak pertandinganyang dimenangkan.Maka tidak heran bila pemerintah lebihmemprioritaskan berbicara mengenaipembenahan prestasi olahraga nasionaldaripada berbicara menjadi tuan rumahPiala Dunia. Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng ketika menjawabwartawan (8/2/2010) sehari sebelumbatas waktu untuk kepastian adanyadukungan dari pemerintah, secara berulang-ulang menegaskan pemerintahlebih menekankan perbaikan prestasisepak bola dan mengembalikan kejayaansepak bola seperti dulu. Menurutnya sebelum berbicara Piala Dunia, PSSI harusmampu membuat timnas sepakbola menjadi yang terbaik di Asia Tenggara setidaknya menjadi juara ASEAN. Hingga bisamenjadi sejajar dengan negara sepak bolatop Asia dan bisa lolos ke Piala Dunia.Masa JayaHarus disadari, sejak sepuluh tahunterakhir ini, PSSI yang khusus membidanipersepakbolaan Indonesia semakin kesulitan untuk mengangkat prestasi timsepakbola nasional. Jangankan berbicaradi tingkat ASEAN, melawan tim sepakbolaLaos saja tim sepakbola Indonesia terbungkuk badan menerima kekalahan.Laos, ibarat bayi yang baru lahir, sanggupmembuat tim Garuda yang pernah didengungkan sebagai macan Asia, tidak bisaberbuat banyak.Padahal, sedikit menoleh ke masa lalu,prestasi sepakbola Indonesia menuaibegitu banyak prestasi yang menjadikebanggaan tersendiri di era 60 hingga80-an. Di antaranya pada tahun 1960Juara 1, Turnamen Merdeka Games, Kuala Lumpur; tahun 1961 Juara 1, TurnamenAgha Khan Gold Cup, Dhaka; tahun 1961Juara 1 Sepakbola Asian Games IV,Jakarta; 1962 Juara 2 Turnamen MerdekaGames, Kuala Lumpur; 1962 Juara 1Turnamen Agha Khan Gold Cup, Dhaka;1966 Juara 1 Turnamen Agha Khan GoldCup, Dhaka; 1967 Juara 1 Turnamen AghaKhan Gold Cup, Dhaka; 1968 Juara 1Turnamen King’s Cup I, Bangkok.Pada 1968 Juara 1 Turnamen AghaKhan Gold Cup, Dhaka; 1968 Juara 1Turnamen Merdeka Games, Kuala Lumpur; 1969 Juara 1 Turnamen King’s CupII, Bangkok; 1969 Juara 2 Turnamen AghaKhan Gold Cup, Dhaka; 1970 Juara 2Turnamen Jakarta Anniversary Cup I,Jakarta; 1970 Juara 3 Turnamen Queen’sCup, Bangkok; 1971 Juara 1 TurnamenPresident’s Cup, Seoul; 1971 Juara 2Turnamen Merdeka Games, Kuala Lumpur; 1971 Juara 2 Turnamen Jakarta Anniversary Cup II, Jakarta; 1972 Juara 1Turnamen President’s Cup, Seoul; 1972Juara 2 Pesta Sukan, Singapura; 1972 AllIndonesian Final (Indonesia & B).Bahkan Jepang dan Korea Selatan saatitu masih jauh di bawah Indonesia.Namun telah lebih dulu menapakkankakinya di pentas Piala Dunia. Padahalfakta sebelumnya membuktikan, RonyPattiasarani (almarhum) dan kawankawan pernah mempermalukan tim keseMeraih Kembali KejayaanSTim sepakbola Indonesia (Syamsul Bachri - merah) sa2011 di Jakarta, 18 November 2009. Indonesia dan Ku
                                
   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68